Purupiru dan Kagama Beksan Hadir di Ludruk Sakera, Where are You
Selasa, 18 Juli 2023 - 07:03 WIB
JAKARTA - Yayasan Koncodhewe dan Ikatan Alumni ITB pertama kali berkolaborasi menggelar pentas tari dengan mengangkat Ludruk sebagai hiburan masyarakat. Pentas Ludruk berjudul “Sakera, Where are You” digelar di Gedung Wayang Orang Bharata pada Sabtu (15/07/2023) lalu.
Sakera merupakan tokoh legenda pada masa penjajahan Belanda yang dianggap sebagai pahlawan karena berani melawan penguasa Belanda. Tapi dalam pentas kali ini sosok Sakera tidak dimunculkan, yang di angkat justru orang-orang di sekitar Sakera dan bagaimana opini mereka tentang Sakera.
“Melalui Sakera kami ingin mengenalkan dunia kesenian kepada masyarakat luas terutama anak muda, agar mencintai budaya bangsa dan diharapkan turut mengawal keberlangsungan kesenian tradisional," kata Sutradara Josh C. Rahadi.
"Kami menjadikan komunitas ini sebagai wadah berkumpulnya para pecinta seni dengan tujuan mengangkat kesenian tradisional ke kalangan atas," tambahnya.
Maka dari itu, lanjut dia, pementasan ini menjadi media berkumpulnya berbagai “seniman amatir” yang berasal dari berbagai paguyuban, sanggar, dan perkumpulan kesenian di Jabodetabek.
"Seluruh pemain dan penari ludruk ini berasal dari sektor non kesenian dengan beragam latar belakang yang mempunyai kecintaan yang tinggi terhadap seni budaya," jelasnya.
Pentas Ludruk “Sakera, Where are You” ini juga merupakan wujud peran serta masyarakat dalam rangka memberikan kegembiraan dan menularkan keberlangsungan kesenian kepada generasi penerus Indonesia.
Purupiru sebagai konsultan kehumasan ikut menjaga keberlangsungan kesenian tradisional dengan dukungan komunikasi dan promosi. Sementara para penari Glipang dan Jejer Jaran Dawuk yang membuka pementasan ludruk berasal dari Kagama Beksan, kelompok tari yang sebagian besar beranggotakan para alumni UGM.
Panitia juga membuka sistem tiket donasi yang ditujukan untuk anak-anak panti asuhan binaan komunitas yang datang tidak hanya untuk menonton tetapi sekaligus mengenalkan seni tradisional dan menularkan keberlangsungan kesenian tradisional ini.
Melihat banyaknya penonton dari lintas generasi yang hadir menyaksikan pentas ludruk yang diadakan dua kali ini memberikan harapan bahwa seni tradisional masih mendapatkan tempat di hati masyarakat Indonesia.
Lihat Juga: Jimbaran Hub Hadirkan Ruang Kolaborasi Seni, Musik, dan Budaya yang Berkelanjutan di Bali
Sakera merupakan tokoh legenda pada masa penjajahan Belanda yang dianggap sebagai pahlawan karena berani melawan penguasa Belanda. Tapi dalam pentas kali ini sosok Sakera tidak dimunculkan, yang di angkat justru orang-orang di sekitar Sakera dan bagaimana opini mereka tentang Sakera.
“Melalui Sakera kami ingin mengenalkan dunia kesenian kepada masyarakat luas terutama anak muda, agar mencintai budaya bangsa dan diharapkan turut mengawal keberlangsungan kesenian tradisional," kata Sutradara Josh C. Rahadi.
"Kami menjadikan komunitas ini sebagai wadah berkumpulnya para pecinta seni dengan tujuan mengangkat kesenian tradisional ke kalangan atas," tambahnya.
Baca Juga
Maka dari itu, lanjut dia, pementasan ini menjadi media berkumpulnya berbagai “seniman amatir” yang berasal dari berbagai paguyuban, sanggar, dan perkumpulan kesenian di Jabodetabek.
"Seluruh pemain dan penari ludruk ini berasal dari sektor non kesenian dengan beragam latar belakang yang mempunyai kecintaan yang tinggi terhadap seni budaya," jelasnya.
Pentas Ludruk “Sakera, Where are You” ini juga merupakan wujud peran serta masyarakat dalam rangka memberikan kegembiraan dan menularkan keberlangsungan kesenian kepada generasi penerus Indonesia.
Purupiru sebagai konsultan kehumasan ikut menjaga keberlangsungan kesenian tradisional dengan dukungan komunikasi dan promosi. Sementara para penari Glipang dan Jejer Jaran Dawuk yang membuka pementasan ludruk berasal dari Kagama Beksan, kelompok tari yang sebagian besar beranggotakan para alumni UGM.
Panitia juga membuka sistem tiket donasi yang ditujukan untuk anak-anak panti asuhan binaan komunitas yang datang tidak hanya untuk menonton tetapi sekaligus mengenalkan seni tradisional dan menularkan keberlangsungan kesenian tradisional ini.
Melihat banyaknya penonton dari lintas generasi yang hadir menyaksikan pentas ludruk yang diadakan dua kali ini memberikan harapan bahwa seni tradisional masih mendapatkan tempat di hati masyarakat Indonesia.
Lihat Juga: Jimbaran Hub Hadirkan Ruang Kolaborasi Seni, Musik, dan Budaya yang Berkelanjutan di Bali
(hri)
tulis komentar anda