Menikmati Nasi Ketan Hitam di Teras Empang
Sabtu, 01 Agustus 2020 - 09:55 WIB
Banyak hal yang dilakukan pengusaha cafe dan restoran di Kota Parepare, demi tetap menghidupkan usahan kuliner mereka di tengah pandemi virus Covid-19.
Salah satunya, dengan menyuguhkan panganan tradisional khas Bugis di pagi hari, seperti konsep Ngopi Pagi di cafe Teras Empang Parepare, yang terletak di Kecamatan Bacukiki.
Buka setelah salat Subuh, Ngopi Pagi di kafe Teras Empang terasa lebih segar, karena pengunjung bisa merasakan sejuknya suasana pagi di kafe yang letaknya tak jauh dari bataran Sungai Karajae (Salo' Karajae).
Pengelola kefe, menyuguhkan berbagai varian kopi mau pun teh panas, dengan ditemani beragam olahan kue tradisional khas Bugis. (Baca: Satu Desa Dihancurkan Israel, 200 Warga Palestina Dipaksa Pergi)
Beragam pilihan kudapan yang ditawarkan Teras Empang. Selain Barongko, ada kue mendut atau lebih dikenal dengan sebutan Doko' Cangkuneng, Kacipo, Bandang Loka, Bandang Mallojo', Onde-onde, Katarisala, Bandang Mallojo, Sawella, Apang, Putu Bugis, dadar gulung, Serabi hingga Donat.
Pengelola Kafe Teras Empang, Andi Nono mengatakan, Ngopi Pagi yang dikonsepnya, adalah upaya mencari pasar pasca fakumnya kasawan wisata kuliner yang dikelolanya selama tiga bulan akibat serangan korona. "Renspons pengunjung cukup baik dengan konsep Ngopi Pagi yang kami tawarkan. Sejak kami buka, jumlah pengunjung terus bertambah," jelasnya.
Kue Bugis yang ditawarkan, kata Nono, diolah warga setempat, sebagai upaya ikut memberdayakan indrustri rumahan, sekaligus, kata dia, untuk menghidupkan kembali wisata kuliner dengan beragam kue khas Bugis, yang peminatnya masih cukup tinggi. (Baca juga: Kue Bugis Ketan Hitam Legit, Kudapan Segala Suasana)
"Sedangkan untuk panganan berat, kami tawarkan Sokko' Lotong. Olahan beras ketan hitam dengan lauk sambel ikan teri, kelapa parut yang disangrai dengan rempah," ujar dia.
Sokko Lotong semacam kudapan dari beras ketan hitam yang direbus hingga matang. Jika di pulau Jawa, Sokko Lotong hampir mirip nasi ketan hitam. Penyajiannya biasanya ditambah dengan parutan kelapa yang diberi garam secukupnya lalu ditabur di atasnya. Agar lebih nikmat, Sokko disantap dengan ikan asin atau goreng, ada juga yang menikmatinya dengan telur rebus dan sambel.
Andi Nono mengungkapkan, salah satu kue Bugis yang paling banyak penggemarnya yakni, Bandang Mallojo'. Kue berbahan dasar Singkong dengan isian pisang matang tersebut, ditaburi gula pasir dan parutan kelapa setengah tua. "lalu ada Barongklo, kue Bugis berbahan pisang dan telur yang dikukus dengan bungkusan daun pisang," tuturnya.
Untuk harga, tambah Andi Nono, pihaknya membandrol harga Rp1.500 hingga Rp7.500, perpotong kuenya. Sementara untuk harga kopi susu, dibandrol dengan harga Rp12.000, Long Black Caffe seharga Rp15.000 dan teh panas dengan harga Rp10.000. (Lihat videonya: Puluhan Orang Terjarinng Razia Masker di Jakarta Pusat)
"Ngopi pagi kami buka mulai selepas salat subuh hingga jam sembilan pagi. Selepasnya, barulah kami menyediakan berbagai makanan berat, seperti ikan, ayam serta makanan khas Bugis lainnya," tandasnya. (Darwiaty Dalle)
Salah satunya, dengan menyuguhkan panganan tradisional khas Bugis di pagi hari, seperti konsep Ngopi Pagi di cafe Teras Empang Parepare, yang terletak di Kecamatan Bacukiki.
Buka setelah salat Subuh, Ngopi Pagi di kafe Teras Empang terasa lebih segar, karena pengunjung bisa merasakan sejuknya suasana pagi di kafe yang letaknya tak jauh dari bataran Sungai Karajae (Salo' Karajae).
Pengelola kefe, menyuguhkan berbagai varian kopi mau pun teh panas, dengan ditemani beragam olahan kue tradisional khas Bugis. (Baca: Satu Desa Dihancurkan Israel, 200 Warga Palestina Dipaksa Pergi)
Beragam pilihan kudapan yang ditawarkan Teras Empang. Selain Barongko, ada kue mendut atau lebih dikenal dengan sebutan Doko' Cangkuneng, Kacipo, Bandang Loka, Bandang Mallojo', Onde-onde, Katarisala, Bandang Mallojo, Sawella, Apang, Putu Bugis, dadar gulung, Serabi hingga Donat.
Pengelola Kafe Teras Empang, Andi Nono mengatakan, Ngopi Pagi yang dikonsepnya, adalah upaya mencari pasar pasca fakumnya kasawan wisata kuliner yang dikelolanya selama tiga bulan akibat serangan korona. "Renspons pengunjung cukup baik dengan konsep Ngopi Pagi yang kami tawarkan. Sejak kami buka, jumlah pengunjung terus bertambah," jelasnya.
Kue Bugis yang ditawarkan, kata Nono, diolah warga setempat, sebagai upaya ikut memberdayakan indrustri rumahan, sekaligus, kata dia, untuk menghidupkan kembali wisata kuliner dengan beragam kue khas Bugis, yang peminatnya masih cukup tinggi. (Baca juga: Kue Bugis Ketan Hitam Legit, Kudapan Segala Suasana)
"Sedangkan untuk panganan berat, kami tawarkan Sokko' Lotong. Olahan beras ketan hitam dengan lauk sambel ikan teri, kelapa parut yang disangrai dengan rempah," ujar dia.
Sokko Lotong semacam kudapan dari beras ketan hitam yang direbus hingga matang. Jika di pulau Jawa, Sokko Lotong hampir mirip nasi ketan hitam. Penyajiannya biasanya ditambah dengan parutan kelapa yang diberi garam secukupnya lalu ditabur di atasnya. Agar lebih nikmat, Sokko disantap dengan ikan asin atau goreng, ada juga yang menikmatinya dengan telur rebus dan sambel.
Andi Nono mengungkapkan, salah satu kue Bugis yang paling banyak penggemarnya yakni, Bandang Mallojo'. Kue berbahan dasar Singkong dengan isian pisang matang tersebut, ditaburi gula pasir dan parutan kelapa setengah tua. "lalu ada Barongklo, kue Bugis berbahan pisang dan telur yang dikukus dengan bungkusan daun pisang," tuturnya.
Untuk harga, tambah Andi Nono, pihaknya membandrol harga Rp1.500 hingga Rp7.500, perpotong kuenya. Sementara untuk harga kopi susu, dibandrol dengan harga Rp12.000, Long Black Caffe seharga Rp15.000 dan teh panas dengan harga Rp10.000. (Lihat videonya: Puluhan Orang Terjarinng Razia Masker di Jakarta Pusat)
"Ngopi pagi kami buka mulai selepas salat subuh hingga jam sembilan pagi. Selepasnya, barulah kami menyediakan berbagai makanan berat, seperti ikan, ayam serta makanan khas Bugis lainnya," tandasnya. (Darwiaty Dalle)
(ysw)
tulis komentar anda