Polusi Udara Memburuk, Begini Dampaknya bagi Kesehatan

Jum'at, 22 September 2023 - 19:19 WIB
Pekatnya tingkat polutan yang dapat dilihat secara kasat mata, membuat masyarakat khawatir karena dapat berdampak serius pada kesehatan. Foto Ilustrasi/Dok Reuters
JAKARTA - Kualitas udara di wilayah Jabodetabek saat ini menjadi topik hangat yang diperbincangkan publik. Pekatnya tingkat polutan yang dapat dilihat secara kasat mata, membuat masyarakat khawatir karena dapat berdampak serius pada kesehatan.

Secara historis, polusi udara di wilayah Jabodetabek khususnya Jakarta sudah menjadi perhatian serius sejak tahun 1990-an.

Product & Scientific Manager Prodia Trilis Yulianti mengatakan, polusi udara akibat dari meningkatnya jumlah penggunaan kendaraan bermotor hingga mencapai lebih dari 26 juta kendaraan. Jumlah ini terdiri dari mobil, bus, truk, serta sepeda motor. Dengan kata lain, keberadaan moda transportasi dan kendaraan bermotor menjadi salah satu penyebab polusi udara di Jakarta setiap tahunnya yang mempengaruhi kualitas udara.



Berdasarkan standar WHO, lanjut Trilis Yulianti, ambang batas PM 2.5 yang dapat diterima yaitu sebesar 5 mikrogram per meter kubik dalam waktu 24 jam.

Namun, berdasarkan data real-time portal Global Environment Monitoring dari United Nations for Environment Programme (UNEP), tercatat bahwa hampir sebagian besar wilayah Jabodetabek memiliki rerata kadar konsentrasi PM 2.5 lebih dari 45 mikrogram per meter kubik atau 9 kali melebihi ambang batas WHO1. Tentu paparan zat partikulat yang melebih ambang batas ini dapat mengganggu kesehatan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

“Partikel-partikel ini umumnya adalah logam berat, karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), ozon (O3), senyawa organik volatil (VOC), dan sulfur dioksida (SO2) merupakan partikel di udara yang terkontaminasi,” ujar Trilis Yulianti melalui keterangan pers, Jumat (22/9/2023)

Menurutnya, logam berat tersebut dapat mempengaruhi kesehatan manusia jika terhirup, risiko yang terjadi apabila logam berat ini terakumulasi di dalam tubuh akan menimbulkan gangguan sistem saraf pusat, hipertensi, penyakit jantung, iritasi mata-hidung-tenggorokan, penyakit paru, hingga gangguan sistem reproduksi.

“Selain logam berat, polutan yang ada di udara yang buruk ini juga dapat memicu faktor alergi yang bisa timbul karena udara yang kotor dan juga kondisi peradangan yang dapat ditimbulkan dari udara yang buruk tersebut,” kata r Trilis.

Dia menjelaskan, tubuh manusia mempunyai kemampuan membersihkan racun polutan yang masuk ke dalam tubuh. Namun, kemampuan itu juga berbeda-beda tergantung variasi gen yang dapat ditinjau dari profil gen di setiap individu. Apabila terdapat variasi gen yang menurunkan kemampuan detoksifikasi, maka individu ini harus lebih berhati-hati melindungi dirinya dari berbagai macam polutan baik yang berasal dari udara, pengawet makanan maupun zat kimia yang sering digunakan sehari hari.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More