Operasi Minimal Invasif Tawarkan Keunggulan Aman, Minim Nyeri, dan Pemulihan Lebih Cepat
Kamis, 12 Oktober 2023 - 14:14 WIB
JAKARTA - Menjadi bagian dari dunia medis yang semakin berkembang dengan dukungan inovasi teknologi, Rumah Sakit Royal Progress (RSRP) tengah mengembangkan penerapan operasi dengan metode Minimal Invasif agar pasien merasa lebih aman, nyaman, dan minim sayatan. Berlokasi di Sunter, Jakarta Utara, RSRP yang menjadi salah satu rumah sakit unggulan di kawasan ini, memiliki jajaran dokter spesialis bedah yang lengkap dan berpengalaman untuk melakukan tindakan operasi minimal invasif.
Dalam satu dekade terakhir, ilmu medis dan kedokteran berkembang dengan cepat. Tentunya perkembangan inovasi dan teknologi turut ambil bagian dalam perkembangan tersebut. Teknologi yang semakin terdepan menjadi pembuka jalan dan harapan baru bagi pasien untuk mendapatkan prosedur serta proses pengobatan yang lebih baik, termasuk tindakan operasi atau pembedahan. Operasi yang dulunya dianggap sebagai suatu hal yang menakutkan, kini semakin dipermudah berkat metode minimal invasif dengan teknik laparoskopi tanpa mengabaikan keselamatan pasien.
Direktur Utama Rumah Sakit Royal Progress dr. Ivan R. Setiadarma, MM mengatakan, pihaknya kerap mengadopsi dan mengembangkan bermacam teknik serta metode hingga teknologi penunjang medis terbaru untuk memastikan bahwa setiap pasien mendapatkan pelayanan terbaik.
"Sebagai salah satu rumah sakit terbaik di Jakarta Utara, kami berkomitmen mengutamakan keamanan dan kesembuhan pasien dalam pengobatan," katanya.
Berbagai macam operasi metode minimal invasif dapat dilakukan, salah satunya Laparoskopi. Operasi ini dilakukan menggunakan alat bantu kamera, monitor, dan instrumen khusus dalam melakukan pembedahan melalui layar monitor tanpa melihat dan menyentuh anggota badan pasien.
Dokter Ika Megatia, B.MedSc, SpB, FINACS, FICS merupakan salah satu dokter spesialis bedah di RS Royal Progress yang telah berpengalaman dalam menangani berbagai kasus bedah seperti Wasir, usus buntu, hernia (turun berok), sirkumsisi (sunat), benjolan payudara dan jaringan lunak lainnya. Dalam hal ini, dr. Ika menyampaikan bahwa metode minimal invasif dapat digunakan bukan hanya sebagai terapi atau pengobatan, namun juga langkah mendiagnosa berbagai jenis penyakit rongga abdomen dan kasus cidera organ perut pada kasus kecelakaan.
Jika pada operasi konvensional dilakukan pembedahan terbuka dengan sayatan yang relatif besar, maka dengan tindakan minimal invasif, luka operasi yang dihasilkan berukuran kecil hanya berkisar antara 5-15 mm sehingga rasa sakit setelah pembedahan jauh berkurang dan pemulihan pasca tindakan lebih cepat.
“Minimal invasif menjadi primadona di kalangan pasien bedah dikarenakan keunggulannya, yaitu luka sayatan yang kecil, kemungkinan terjadinya risiko infeksi luka paska operasi sangat kecil, pasien dapat pulih lebih cepat dan tentunya metode ini sangat aman dapat dilakukan bagi pasien sesuai dengan hasil diagnosanya. Umumnya prosedur bedah dilakukan menggunakan alat-alat bedah kecil yang akan membuat sayatan kecil di area yang telah ditentukan. Kemudian melalui sayatan tersebut, dokter akan menyelesaikan proses operasi dan setelahnya sayatan tersebut akan dijahit. Karena sayatan yang dilakukan berukuran kecil, maka bekas luka jahitan pun lebih kecil dibandingkan dengan bedah terbuka,” bebernya.
“Tak hanya itu, rasa sakit dan efek samping yang dirasakan pasien juga lebih minimal dibandingkan operasi konvensional. Hal ini bisa berdampak positif pada psikologis pasien sebelum melakukan tindakan, karena persiapan yang matang bukan hanya diperlukan dari sisi tim medis saja, pasien juga perlu siap melakukan operasi agar operasi berjalan lancar,” tambahnya.
Lihat Juga: Libatkan para Ahli Urologi Tanah Air, Operasi Telerobotik Pertama di Indonesia Sukses Dilakukan
Dalam satu dekade terakhir, ilmu medis dan kedokteran berkembang dengan cepat. Tentunya perkembangan inovasi dan teknologi turut ambil bagian dalam perkembangan tersebut. Teknologi yang semakin terdepan menjadi pembuka jalan dan harapan baru bagi pasien untuk mendapatkan prosedur serta proses pengobatan yang lebih baik, termasuk tindakan operasi atau pembedahan. Operasi yang dulunya dianggap sebagai suatu hal yang menakutkan, kini semakin dipermudah berkat metode minimal invasif dengan teknik laparoskopi tanpa mengabaikan keselamatan pasien.
Direktur Utama Rumah Sakit Royal Progress dr. Ivan R. Setiadarma, MM mengatakan, pihaknya kerap mengadopsi dan mengembangkan bermacam teknik serta metode hingga teknologi penunjang medis terbaru untuk memastikan bahwa setiap pasien mendapatkan pelayanan terbaik.
"Sebagai salah satu rumah sakit terbaik di Jakarta Utara, kami berkomitmen mengutamakan keamanan dan kesembuhan pasien dalam pengobatan," katanya.
Berbagai macam operasi metode minimal invasif dapat dilakukan, salah satunya Laparoskopi. Operasi ini dilakukan menggunakan alat bantu kamera, monitor, dan instrumen khusus dalam melakukan pembedahan melalui layar monitor tanpa melihat dan menyentuh anggota badan pasien.
Dokter Ika Megatia, B.MedSc, SpB, FINACS, FICS merupakan salah satu dokter spesialis bedah di RS Royal Progress yang telah berpengalaman dalam menangani berbagai kasus bedah seperti Wasir, usus buntu, hernia (turun berok), sirkumsisi (sunat), benjolan payudara dan jaringan lunak lainnya. Dalam hal ini, dr. Ika menyampaikan bahwa metode minimal invasif dapat digunakan bukan hanya sebagai terapi atau pengobatan, namun juga langkah mendiagnosa berbagai jenis penyakit rongga abdomen dan kasus cidera organ perut pada kasus kecelakaan.
Jika pada operasi konvensional dilakukan pembedahan terbuka dengan sayatan yang relatif besar, maka dengan tindakan minimal invasif, luka operasi yang dihasilkan berukuran kecil hanya berkisar antara 5-15 mm sehingga rasa sakit setelah pembedahan jauh berkurang dan pemulihan pasca tindakan lebih cepat.
“Minimal invasif menjadi primadona di kalangan pasien bedah dikarenakan keunggulannya, yaitu luka sayatan yang kecil, kemungkinan terjadinya risiko infeksi luka paska operasi sangat kecil, pasien dapat pulih lebih cepat dan tentunya metode ini sangat aman dapat dilakukan bagi pasien sesuai dengan hasil diagnosanya. Umumnya prosedur bedah dilakukan menggunakan alat-alat bedah kecil yang akan membuat sayatan kecil di area yang telah ditentukan. Kemudian melalui sayatan tersebut, dokter akan menyelesaikan proses operasi dan setelahnya sayatan tersebut akan dijahit. Karena sayatan yang dilakukan berukuran kecil, maka bekas luka jahitan pun lebih kecil dibandingkan dengan bedah terbuka,” bebernya.
“Tak hanya itu, rasa sakit dan efek samping yang dirasakan pasien juga lebih minimal dibandingkan operasi konvensional. Hal ini bisa berdampak positif pada psikologis pasien sebelum melakukan tindakan, karena persiapan yang matang bukan hanya diperlukan dari sisi tim medis saja, pasien juga perlu siap melakukan operasi agar operasi berjalan lancar,” tambahnya.
Lihat Juga: Libatkan para Ahli Urologi Tanah Air, Operasi Telerobotik Pertama di Indonesia Sukses Dilakukan
(tsa)
tulis komentar anda