Metode Wolbachia Tuai Pro Kontra, Kemenkes Optimistis Nol Kematian DBD pada 2030
Sabtu, 18 November 2023 - 19:31 WIB
JAKARTA - Nyamuk wolbachia menjadi pro dan kontra untuk menangani penyakit DBD di Indonesia. Kemenkes pun menjelaskan hal ini dan optimistis mengatasi masalah ini.
Praktisi Kesehatan Masyarakat sekaligus Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan Kemenkes RI, Ngabila Salama menjelaskan bahwa pada intinya program wolbachia ini baik untuk dijalankan.
Alasannya, program ini dapat menyebabkan semua nyamuk aedes aegepty menjadi mandul dan tidak menularkan DBD lagi.
“Ketika menggigit seseorang, orang yang sakit DBD nantinya akan jauh berkurang bahkan nol, dan komitmen bersama untuk nol kematian dengue tahun 2030 akan dapat terwujud,” kata Ngabila kepada MNC Portal Indonesia, Sabtu (18/11/2023).
Dijelaskannya, kegiatan matode wolbachia terbilang baik dilakukan karena sudah terbukti efektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal itu dibuktikan dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh banyak anak bangsa.
Selain itu, wolbachia juga tidak ada hubungannya sama sekali dengan vaksin DBD. Karena untuk vaksin itu sendiri sudah ada sejak lama di Indonesia dan dilakukan berbayar guna untuk mengurangi risiko perawatan di rumah sakit dan kematian akibat dengue.
“Diberikan dua kali selang waktu tiga bulan pada usia 6-45 tahun. Harga dua kali pemberian total 600 ribu silahkan saja bagi yang tertarik untuk melakukan mandiri ke fasilitas kesehatan terdekat,” ucapnya.
Meskipun belum dijadikan program pemerintah, tetapi organisasi profesi PAPDI dan IDAI sudah merekomendasikan untuk diberikan pada 2023 ini dengan skema berbayar.
Untuk itu, dengan terselenggaranya program tersebut maka akan membantu masyarakat Indonesia lebih siap melawan DBD.
Lihat Juga: Sortaman Saragih Soroti Dugaan Pungli dan Bullying PPDS Unsrat: Prodi Kedokteran Harus Transparan
Praktisi Kesehatan Masyarakat sekaligus Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan Kemenkes RI, Ngabila Salama menjelaskan bahwa pada intinya program wolbachia ini baik untuk dijalankan.
Alasannya, program ini dapat menyebabkan semua nyamuk aedes aegepty menjadi mandul dan tidak menularkan DBD lagi.
“Ketika menggigit seseorang, orang yang sakit DBD nantinya akan jauh berkurang bahkan nol, dan komitmen bersama untuk nol kematian dengue tahun 2030 akan dapat terwujud,” kata Ngabila kepada MNC Portal Indonesia, Sabtu (18/11/2023).
Dijelaskannya, kegiatan matode wolbachia terbilang baik dilakukan karena sudah terbukti efektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal itu dibuktikan dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh banyak anak bangsa.
Selain itu, wolbachia juga tidak ada hubungannya sama sekali dengan vaksin DBD. Karena untuk vaksin itu sendiri sudah ada sejak lama di Indonesia dan dilakukan berbayar guna untuk mengurangi risiko perawatan di rumah sakit dan kematian akibat dengue.
“Diberikan dua kali selang waktu tiga bulan pada usia 6-45 tahun. Harga dua kali pemberian total 600 ribu silahkan saja bagi yang tertarik untuk melakukan mandiri ke fasilitas kesehatan terdekat,” ucapnya.
Baca Juga
Meskipun belum dijadikan program pemerintah, tetapi organisasi profesi PAPDI dan IDAI sudah merekomendasikan untuk diberikan pada 2023 ini dengan skema berbayar.
Untuk itu, dengan terselenggaranya program tersebut maka akan membantu masyarakat Indonesia lebih siap melawan DBD.
Lihat Juga: Sortaman Saragih Soroti Dugaan Pungli dan Bullying PPDS Unsrat: Prodi Kedokteran Harus Transparan
(tdy)
tulis komentar anda