Rusia Umumkan Vaksin Covid-19 Pertama

Selasa, 11 Agustus 2020 - 08:01 WIB
Rusia siap menjadi negara pertama di dunia yang mendaftarkan vaksin COVID-19 pada 12 Agustus 2020 mendatang. Kabarnya, saat ini sedang memasuki uji tahap akhir. Foto/Istimewa.
JAKARTA - Rusia siap menjadi negara pertama di dunia yang mendaftarkan vaksin COVID-19 pada 12 Agustus 2020 mendatang. Wakil Menteri Kesehatan Rusia, Oleg Gridnev telah mengonfirmasi bahwa vaksin COVID-19 sudah siap didaftarkan.

Vaksin yang dikembangkan oleh Gamaleya Research Institute dan Kementerian Pertahanan Rusia itu sedang memasuki tahap terakhir, ketiga.

"Ujian itu sangat penting. Kita harus memahami bahwa vaksin itu harus aman. Profesional medis dan lansia akan menjadi yang pertama mendapatkan vaksinasi, '' kata Gridnev seperti dilansir dari Times Now News.

Kepala laboratorium yang mengembangkan vaksin mengungkapkan bagaimana vaksin itu akan bekerja melawan SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19. Rusia adalah salah satu dari beberapa negara yang berlomba menjadi yang pertama mengembangkan vaksin virus corona untuk menghentikan pandemi yang sejauh ini telah menewaskan sedikitnya 727.288 orang di seluruh dunia.

Alexander Gintsburg, direktur Pusat Penelitian Nasional Gamaleya, mengklaim bahwa partikel virus corona yang digunakan dalam vaksin anti-COVID-19 tidak dapat membahayakan tubuh. Menurut kepala pusat Gamaleya, obat yang digunakan partikel mati dibuat berdasarkan adenovirus dan tidak ada kekhawatiran bahwa vaksin tersebut berpotensi membahayakan kesehatan seseorang.



“Partikel dan benda yang dapat mereproduksi jenisnya sendiri adalah yang dianggap hidup. Partikel yang dimaksud tidak dapat berkembang biak," jelas Gintsburg. (Baca juga: WHO: Enam Kandidat Vaksin COVID-19 dalam Uji Klinis Fase 3 ).

Sementara itu, seorang ahli virologi Rusia telah mempertanyakan keamanan kandidat vaksin COVID-19 yang berkembang pesat di negara itu, memperingatkan bahwa itu bisa berbahaya bagi mereka yang memiliki antibodi terhadap SARS-CoV-2.

Sebuah laporan di The Moscow Times, mengutip Alexander Chepurnov, mantan kepala penyakit menular di Vektor, menunjukkan kurangnya informasi dan data yang tersedia tentang uji klinis vaksin sebagai tanda bahaya.

“Bahayanya ada dalam hal kemungkinan peningkatan penyakit (keparahan) dengan vaksin yang salah,” ungkap Chepurnov.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More