Peneliti Temukan Cara Baru Deteksi Dini Kanker Ovarium lewat Tes Urin
Minggu, 11 Februari 2024 - 09:22 WIB
JAKARTA - Kanker ovarium atau kanker indung telur adalah kanker ketiga yang tercatat paling sering dialami oleh wanita Indonesia. Kanker ovarium merupakan kanker ginekologi yang paling mematikan dengan angka ketahanan hidup 5 tahun sekitar 43%.
Penanganan kanker ovarium merupakan tantangan terbesar bagi para dokter onkologi ginekologi di antara seluruh kanker ginekologi. Namun, baru-baru ini para ilmuwan tengah gencar melakukan tes berbasis urin yang potensial untuk membantu mendeteksi kanker ovarium pada tahap awal.
Para peneliti dari Virginia Commonwealth University itu mempublikasikan penelitian mereka di Journal of American Chemical Society. Mereka juga akan mempresentasikan temuan tersebut dalam Pertemuan Tahunan Masyarakat Biofisik minggu depan di Philadelphia, AS.
Tujuan para peneliti dalam tes ini adalah agar tim medis dapat menggunakan informasi tersebut dan segera diterapkan dalam dunia medis, khususnya untuk deteksi dini dan pengobatan kanker ovarium. Nantinya, tes urin ini akan dikombinasikan dengan tes darah CA-125, USG transvaginal, dan riwayat keluarga untuk melakukan deteksi tahap awal, diagnosis, serta pengobatan kanker ovarium.
“Tidak ada tes skrining yang berguna atau tersedia untuk kanker ovarium,” kata ahli onkologi ginekologi di Perlmutter Cancer Center NYU Langone, Dr. Deanna Gerber, dilansir dari laman Medical News Today, Minggu (11/2/2024).
“Dengan demikian, sebagian besar kanker ovarium didiagnosis pada stadium tiga dan empat ketika sudah menunjukkan gejala,” tambahnya.
Penanganan kanker ovarium merupakan tantangan terbesar bagi para dokter onkologi ginekologi di antara seluruh kanker ginekologi. Namun, baru-baru ini para ilmuwan tengah gencar melakukan tes berbasis urin yang potensial untuk membantu mendeteksi kanker ovarium pada tahap awal.
Para peneliti dari Virginia Commonwealth University itu mempublikasikan penelitian mereka di Journal of American Chemical Society. Mereka juga akan mempresentasikan temuan tersebut dalam Pertemuan Tahunan Masyarakat Biofisik minggu depan di Philadelphia, AS.
Tujuan para peneliti dalam tes ini adalah agar tim medis dapat menggunakan informasi tersebut dan segera diterapkan dalam dunia medis, khususnya untuk deteksi dini dan pengobatan kanker ovarium. Nantinya, tes urin ini akan dikombinasikan dengan tes darah CA-125, USG transvaginal, dan riwayat keluarga untuk melakukan deteksi tahap awal, diagnosis, serta pengobatan kanker ovarium.
“Tidak ada tes skrining yang berguna atau tersedia untuk kanker ovarium,” kata ahli onkologi ginekologi di Perlmutter Cancer Center NYU Langone, Dr. Deanna Gerber, dilansir dari laman Medical News Today, Minggu (11/2/2024).
“Dengan demikian, sebagian besar kanker ovarium didiagnosis pada stadium tiga dan empat ketika sudah menunjukkan gejala,” tambahnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda