The Bases of Our Insecurity

Selasa, 06 Agustus 2024 - 14:10 WIB
Diplomasi pertahanan merupakan instrumen penting bagi kedua negara dan juga negara-negara lain di kawasan untuk mencapai tujuan keamanan nasional dan regional. Kebangkitan kekuatan regional seperti China dan India telah mengubah lanskap keamanan di kawasan ini, menyebabkan persaingan antar negara besar dan meningkatkan potensi konflik. Selain itu, sengketa maritim di Laut Tiongkok Selatan, Laut China Timur, dan Laut Jepang Timur terus menjadi sumber ketegangan.

Hal-hal di ataslah yang mendorong AS untuk membujuk Filipina agar membangun pangkalan militer. Sementara itu, pembukaan pangkalan militer AS ini bukan saja akan menimbulkan ketegangan baru dan perlombaan senjata di kawasan, namun juga telah mencederai konsep ZOPFAN (Zone of Peace, Freedom and Neutrality) yang dimiliki ASEAN di mana Filipina juga turut menyetujui pembentukannya di tahun 1971. Dengan demikian, sebagaimana judul dari buku ini, pembukaan pangkalan militer asing (AS) di Filipina justru akan menjadi sumber ketidakamanan baru, bukan saja untuk Filipina tapi juga bagi negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara.

Pada titik ini, kedua negara tampaknya terus berupaya untuk mempertahankan mentalitas Perang Dingin dalam sistem internasional yang semakin cenderung multipolar dan bahkan kedua negara telah menciptakan “A new Cold War mentality” di kawasan Asia Tenggara yang tentunya akan semakin memperkuat kembalinya kekuatan kekuasaan (the return of power politics) dan di sisi lain, kondisi ini juga akan semakin membahayakan posisi sentral ASEAN sebagai sebuah organisasi kawasan di Asia Tenggara yang selalu mengedepankan penggunaan cara-cara damai dalam menyelesaikan beragam masalah di kawasan ini dan selalu berupaya untuk bertindak imparsial dalam persaingan antara kekuatan besar (great power competition).

Selain menyajikan kerangka teoritis dan historis yang cukup intensif, buku ini juga lumayan kental dengan spirit advokasi anti-Amerika mengingat penulisnya merupakan salah satu aktivis cinta damai yang cukup ardent di Filipina. Yang bersangkutan mampu memadukan dua bidang: akademik dan kepedulian terhadap kehidupan, dengan takaran yang pas. Sehingga, jadilah dia tokoh terdepan dalam menentang keberadaan pangkalan militer asing di negerinya.

Simbulan pantas khawatir dengan keberadaan pangkalan AS di negerinya. Pasalnya, keberadaan mereka menjadikan Filipina ada dalam dilema. Seperti yang ditulisnya, “The US military bases in the Philippines have recently been used as an excuse for a massive increase in US military and economic assistance. “Aid” to the Philippines government is thus justified as “payment” for the continued access to the bases and US military facilities.” (Hal. 231). Secara ekonomi, lanjut Roland di halaman 251, pangkalan Paman Sam tidak memberikan dampak ekonomi yang signifikan kepada lingkungan sekitarnya. Jauh lebih besar jumlah kekayaan yang dikeruknya.

Parahnya, harga diri sebagai bangsa menjadi tergadai, para wanita dilecehkan dan sebagainya. Berkaca dari penjelasan Simbulan, kita berharap, jangan sampai Indonesia terperangkap dalam jebakan AS dan tergiur menyerahkan pulau-pulau yang ada untuk dijadikan pangkalan. Kita perlu ingatkan karena para neoliberal pro AS sudah berada di panggung kekuasaan.
(wur)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More