Kisah Kelam di Balik Riasan Wajah Ratu Elizabeth I yang Putih, Kecantikan Harus Menderita
Sabtu, 07 Desember 2024 - 09:00 WIB
Seiring bertambahnya usia, jumlah riasan tebal yang ia pakai bertambah, yang akhirnya membuat wajahnya "seputih kain". Robbie mengatakan kepada Harper's Bazaar bahwa ketika dia keluar dari trailer riasnya dengan riasan putih bersih, lawan mainnya tidak mau mendekatibta. “Itu sangat mengasingkan," ucapnya.
Tidak demikian halnya dengan Elizabeth I yang asli. Menurut The Mirror, "kulit seputih salju" adalah sesuatu yang diidolakan oleh kaum elit Inggris saat itu. Elizabeth sendiri membahas bekas luka cacar yang dideritanya pada 1586 saat berpidato di parlemen.
"Kami para pangeran, saya katakan kepada Anda, ditempatkan di panggung di hadapan dan dilihat oleh seluruh dunia dengan penuh perhatian. Mata banyak orang melihat tindakan kami, noda segera terlihat di pakaian kami, noda segera terlihat dalam tindakan kami," tuturnya.
Maka muncullah tata rias — ceruse Venesia, kosmetik yang terbuat dari timbal putih dan cuka, yang dioleskan Ratu ke wajah dan lehernya. Namun, timbal — yang tidak aman untuk dioleskan ke kulit —menyebabkan rambut rontok, kerusakan kulit dan bahkan kematian akibat keracunan timbal yang berkepanjangan.
"Ini kemungkinan akan mengikis kulit. Saat kulitnya memburuk, dikatakan bahwa dia akan melapisi lebih banyak dan lebih banyak lagi, mencapai lapisan setebal satu inci menjelang akhir hidupnya. Lebih buruk lagi, Ratu merias wajahnya seminggu sekali dan membiarkannya selama itu, sehingga timbal punya kesempatan untuk meresap sepenuhnya ke dalam kulit,” kata mirror.
Ketika Elizabeth menghapus riasannya, para sejarawan percaya bahwa dia mungkin menggunakan ramuan yang mengandung merkuri dan efek samping dari keracunan merkuri secara bertahap termasuk hilangnya ingatan, mudah tersinggung, dan depresi, gejala-gejala yang dialami Ratu menjelang akhir hidupnya. Belum lagi merkuri kemungkinan menggerogoti dagingnya secara perlahan.
Elizabeth dinilai sangat menyadari pentingnya menjaga penampilan awet muda. Sue Prichard, kurator seni senior di Royal Museums Greenwich mengatakan propaganda anti-Protestan menggambarkannya sebagai Ratu yang menua, tubuhnya rusak dan tidak layak untuk mempertahankan takhta.
“Elizabeth membentuk citranya dengan menggunakan kombinasi asap, cermin, dan cat, istilah yang digunakan untuk apa yang sekarang kita sebut kosmetik,” ujar dia.
Tidak demikian halnya dengan Elizabeth I yang asli. Menurut The Mirror, "kulit seputih salju" adalah sesuatu yang diidolakan oleh kaum elit Inggris saat itu. Elizabeth sendiri membahas bekas luka cacar yang dideritanya pada 1586 saat berpidato di parlemen.
"Kami para pangeran, saya katakan kepada Anda, ditempatkan di panggung di hadapan dan dilihat oleh seluruh dunia dengan penuh perhatian. Mata banyak orang melihat tindakan kami, noda segera terlihat di pakaian kami, noda segera terlihat dalam tindakan kami," tuturnya.
Maka muncullah tata rias — ceruse Venesia, kosmetik yang terbuat dari timbal putih dan cuka, yang dioleskan Ratu ke wajah dan lehernya. Namun, timbal — yang tidak aman untuk dioleskan ke kulit —menyebabkan rambut rontok, kerusakan kulit dan bahkan kematian akibat keracunan timbal yang berkepanjangan.
"Ini kemungkinan akan mengikis kulit. Saat kulitnya memburuk, dikatakan bahwa dia akan melapisi lebih banyak dan lebih banyak lagi, mencapai lapisan setebal satu inci menjelang akhir hidupnya. Lebih buruk lagi, Ratu merias wajahnya seminggu sekali dan membiarkannya selama itu, sehingga timbal punya kesempatan untuk meresap sepenuhnya ke dalam kulit,” kata mirror.
Ketika Elizabeth menghapus riasannya, para sejarawan percaya bahwa dia mungkin menggunakan ramuan yang mengandung merkuri dan efek samping dari keracunan merkuri secara bertahap termasuk hilangnya ingatan, mudah tersinggung, dan depresi, gejala-gejala yang dialami Ratu menjelang akhir hidupnya. Belum lagi merkuri kemungkinan menggerogoti dagingnya secara perlahan.
Elizabeth dinilai sangat menyadari pentingnya menjaga penampilan awet muda. Sue Prichard, kurator seni senior di Royal Museums Greenwich mengatakan propaganda anti-Protestan menggambarkannya sebagai Ratu yang menua, tubuhnya rusak dan tidak layak untuk mempertahankan takhta.
“Elizabeth membentuk citranya dengan menggunakan kombinasi asap, cermin, dan cat, istilah yang digunakan untuk apa yang sekarang kita sebut kosmetik,” ujar dia.
Lihat Juga :
tulis komentar anda