Debz Pamerkan Koleksi Rhapsody di Spotlight: Cultural Fusion 2024
Jum'at, 13 Desember 2024 - 19:22 WIB
JAKARTA - Debby Fauziyanto, desainer batik terkemuka yang telah membangun reputasi sejak 2015 sukses kembali memukau publik di Spotlight: Cultural Fusion 2024.
Dengan latar belakang dalam Fashion Design & Merchandising Marketing dari San Francisco, Debz meraih penghargaan Best Designer di ASOTY Australian Supermodel of the Year 2023. Karyanya telah tampil di berbagai fashion show bergengsi, termasuk di Jakarta, Bali, Singapura, dan Melbourne.
Perjalanan Debby dalam dunia mode dimulai dari kecintaannya pada batik, yang semakin mendalam ketika ia tinggal di luar negeri. Sebagai perantau, Debby merasakan betapa berharganya identitas budaya, dan batik menjadi sarana bagi dirinya untuk tetap terhubung dengan akar budaya Indonesia.
Debby menjelaskan bahwa brand fashion kami dari dulu hadir untuk memenuhi kebutuhan fashion wanita aktif, anak muda yang mana ingin mengenalkan atau edukasi gunakan baju wastra kemasan kekinian dengan mix n match untuk mereka pakai sehingga bisa tampil lebih edgy meski disisi lain bukan pekerjaan mudah memadu padankan batik dan bahan lain.
“Saya lama di Amerika dan Australia kalo beli batik disini kaku tapi lebih edgy jaid padu padankan bahan semi wall dengan wastra memang perlu keahlilan karena sering miss experience bahan bukan batik dan batik jadi orang bisa pakai tetap ada etniknya.
Pada tahun 2020, Debz membuka toko pertamanya di Kemang 88 Jakarta yang berfokus pada desain batik modern dan pakaian siap pakai. Seiring dengan berkembangnya bisnisnya, Debz membuka sejumlah store di Warung made, Bali Collection, Central Grand Indonesia, Sarinah Thamrin dan yang terbaru di Westin Resort Nusa Dua, yang menjadi destinasi bagi wisatawan mancanegara.
“Saya ingin edukasikan khususnya warga asing melihat batik itu sebagai karya seni sehingga beri edukasi bule ketika kenakan batik kenapa harganya mahal saya katakan harus apresiasi yang buat bukan printing produk massal ini karena yang buat umkm akhirnya mereka tau filosofi dibalik batik jadi pakai bisa santai gak harus formal karena di Bali itu lebih santai dan untuk demografi Jakarta orang kerja ibu arisan,”paparnya.
Pada acara Spotlight kali ini, Debz berkolaborasi dengan Bagäda, sebuah brand tas handmade lokal berkualitas yang didirikan oleh Aida Salim bersama anaknya, Shanon. Keduanya memiliki kecintaan yang sama terhadap tas-tas modis dan berkualitas.
Terinspirasi dari merek-merek tas internasional, mereka memiliki visi untuk menciptakan brand tas kulit asal Indonesia yang mengutamakan kualitas, dan mampu bersaing dengan merek-merek ternama dunia. Bagäda menekankan kenyamanan dan kualitas dalam setiap desain dan koleksinya, menggunakan material premium genuine leather seperti kulit sapi, lizard, ular, hingga kulit buaya.
Dengan latar belakang dalam Fashion Design & Merchandising Marketing dari San Francisco, Debz meraih penghargaan Best Designer di ASOTY Australian Supermodel of the Year 2023. Karyanya telah tampil di berbagai fashion show bergengsi, termasuk di Jakarta, Bali, Singapura, dan Melbourne.
Perjalanan Debby dalam dunia mode dimulai dari kecintaannya pada batik, yang semakin mendalam ketika ia tinggal di luar negeri. Sebagai perantau, Debby merasakan betapa berharganya identitas budaya, dan batik menjadi sarana bagi dirinya untuk tetap terhubung dengan akar budaya Indonesia.
Debby menjelaskan bahwa brand fashion kami dari dulu hadir untuk memenuhi kebutuhan fashion wanita aktif, anak muda yang mana ingin mengenalkan atau edukasi gunakan baju wastra kemasan kekinian dengan mix n match untuk mereka pakai sehingga bisa tampil lebih edgy meski disisi lain bukan pekerjaan mudah memadu padankan batik dan bahan lain.
“Saya lama di Amerika dan Australia kalo beli batik disini kaku tapi lebih edgy jaid padu padankan bahan semi wall dengan wastra memang perlu keahlilan karena sering miss experience bahan bukan batik dan batik jadi orang bisa pakai tetap ada etniknya.
Pada tahun 2020, Debz membuka toko pertamanya di Kemang 88 Jakarta yang berfokus pada desain batik modern dan pakaian siap pakai. Seiring dengan berkembangnya bisnisnya, Debz membuka sejumlah store di Warung made, Bali Collection, Central Grand Indonesia, Sarinah Thamrin dan yang terbaru di Westin Resort Nusa Dua, yang menjadi destinasi bagi wisatawan mancanegara.
“Saya ingin edukasikan khususnya warga asing melihat batik itu sebagai karya seni sehingga beri edukasi bule ketika kenakan batik kenapa harganya mahal saya katakan harus apresiasi yang buat bukan printing produk massal ini karena yang buat umkm akhirnya mereka tau filosofi dibalik batik jadi pakai bisa santai gak harus formal karena di Bali itu lebih santai dan untuk demografi Jakarta orang kerja ibu arisan,”paparnya.
Pada acara Spotlight kali ini, Debz berkolaborasi dengan Bagäda, sebuah brand tas handmade lokal berkualitas yang didirikan oleh Aida Salim bersama anaknya, Shanon. Keduanya memiliki kecintaan yang sama terhadap tas-tas modis dan berkualitas.
Terinspirasi dari merek-merek tas internasional, mereka memiliki visi untuk menciptakan brand tas kulit asal Indonesia yang mengutamakan kualitas, dan mampu bersaing dengan merek-merek ternama dunia. Bagäda menekankan kenyamanan dan kualitas dalam setiap desain dan koleksinya, menggunakan material premium genuine leather seperti kulit sapi, lizard, ular, hingga kulit buaya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda