9 Tradisi Unik Perayaan Natal di Indonesia, Yogyakarta Gelar Wayang Wahyu
Selasa, 24 Desember 2024 - 07:00 WIB
JAKARTA - Tradisi Perayaan Natal di Indonesia begitu beragam dan mempunyai ciri khas, di mana Natal yang menjadi momen istimewa yang ditunggu - tunggu bagi umat Kristiani ini membuat mereka mempunyai cara tersendiri untuk mengungkap rasa bahagianya itu.
Tidak hanya sekadar menghias pohon natal dengan berbagai dekorasi. Natal di Indonesia mempunyai tradisi yang begitu menarik. Bahkan, setiap daerah mempunyai tradisi unik yang kental dengan budaya asli dan telah dilakukan secara turun-temurun sebagai simbol kebersamaan bersama keluarga terkasih.
Dulunya, suara dentuman yang dihasilkan diperuntukkan untuk memberikan kabar duka. Namun, seiring berjalannya waktu, permainan yang sudah ada sejak 1980an ini digunakan sebagai penyambutan kegembiraan atas kelahiran Yesus Kristus.
Tradisi yang memiliki arti “Ekor-Mengekor” dalam bahasa Kreol Portugis ini dilakukan setiap menjelang Natal. Dimulai dengan mengunjungi Gereja terlebih dahulu untuk beribadah. Setelah itu, mereka berkeliling kampung dan mengunjungi rumah-rumah dalam rombongan layaknya ekor yang memanjang, sambil menyanyikan lagu keroncong. Puncak perayaan ini akan dilakukan tradisi mandi-mandi, saling menorehkan bedak putih ke wajah satu sama lain. Menurut kepercayaan, kegiatan tersebut menyimbolkan penebusan dosa dan pengampunan, serta untuk memulai dan menyambut Tahun Baru dalam keadaan bersih. Dan tradisi ditutup dengan pesta makan di rumah yang terakhir dikunjungi.
Tidak hanya sekadar menghias pohon natal dengan berbagai dekorasi. Natal di Indonesia mempunyai tradisi yang begitu menarik. Bahkan, setiap daerah mempunyai tradisi unik yang kental dengan budaya asli dan telah dilakukan secara turun-temurun sebagai simbol kebersamaan bersama keluarga terkasih.
Baca Juga
Tradisi Natal di Indonesia
1. Meriam Bambu! (NTT)
Tradisi unik yang pertama datang dari Nusa Tenggara Timur tepatnya di Flores, yaitu Meriam Bambu. Sesuai dengan namanya, tradisi ini diisi oleh pesta permainan dari batang-batang bambu berisikan bahan bakar tradisional yang disulutkan, sehingga timbul suara dentuman yang bersahut-sahutan meriah.Dulunya, suara dentuman yang dihasilkan diperuntukkan untuk memberikan kabar duka. Namun, seiring berjalannya waktu, permainan yang sudah ada sejak 1980an ini digunakan sebagai penyambutan kegembiraan atas kelahiran Yesus Kristus.
2. Marbinda dan Marhobas (Sumatra Utara)
Marbinda adalah tradisi menyembelih hewan, sedangkan Marhobas adalah tradisi mengolah hasil sembelih yang dilakukan oleh para pria. Sebelum Natal, masyarakat Batak Toba akan beriuran untuk menyembelih hewan. Jika uang yang terkumpul cukup banyak, akan menyembelih kerbau. Namun jika uang yang terkumpul hanya sedikit, akan menyembelih babi. Daging-daging hasil sembelih tersebut kemudian dimasak lewat tradisi Marhobas, lalu dibagikan kepada warga.3. Jakarte Punye Rabo-Rabo
Kota Metropolitan yang lekat dengan gaya hidup modern ini ternyata punya tradisi perayaan hari Natal yang unik, lho! Namanya Rabo-Rabo, tradisi yang dapat dijumpai di kawasan Cilincing, tepatnya di Kampung Tugu yang merupakan kawasan tinggal sekelompok pemeluk agama Kristen berketurunan Portugis.Tradisi yang memiliki arti “Ekor-Mengekor” dalam bahasa Kreol Portugis ini dilakukan setiap menjelang Natal. Dimulai dengan mengunjungi Gereja terlebih dahulu untuk beribadah. Setelah itu, mereka berkeliling kampung dan mengunjungi rumah-rumah dalam rombongan layaknya ekor yang memanjang, sambil menyanyikan lagu keroncong. Puncak perayaan ini akan dilakukan tradisi mandi-mandi, saling menorehkan bedak putih ke wajah satu sama lain. Menurut kepercayaan, kegiatan tersebut menyimbolkan penebusan dosa dan pengampunan, serta untuk memulai dan menyambut Tahun Baru dalam keadaan bersih. Dan tradisi ditutup dengan pesta makan di rumah yang terakhir dikunjungi.
4. Wayang Wahyu (Yogyakarta)
Menjelang perayaan hari Natal, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) datang dengan kesenian wayang kulitnya. Berbeda dari wayang pada biasanya dengan cerita Mahabharata atau Ramayana, pertunjukkan Wayang Wahyu mengangkat kisah yang terdapat dalam Alkitab dan sarana untuk menyampaikan wahyu atau firman Tuhan. Pertama kali muncul pada 1960an, pementasan ini biasanya digelar di gereja-gereja tertentu di Jawa, di mana digunakan untuk mengingatkan umat Katolik untuk menjalin keharmonisan antar sesama dan menjadi salah satu simbol inkulturasi budaya.5. Ngejot dan Penjor (Bali)
Ngejot merupakan tradisi di mana para warga saling membagikan makanan. Uniknya, makanan yang disajikan disesuaikan dengan agama masing-masing setiap orang. Sedangkan Penjor merupakan bambu-bambu tinggi melengkung yang biasanya dipasang saat hari raya Galungan, di mana bambu-bambu tersebut melambangkan bentuk syukur terhadap anugerah Tuhan.Lihat Juga :
tulis komentar anda