Studi: Anak-Anak Memiliki Sistem Kekebalan COVID-19 yang Lebih Baik
Sabtu, 26 September 2020 - 08:10 WIB
JAKARTA - Sebuah studi baru menyebutkan, anak-anak yang terinfeksi virus corona memiliki respons sistem kekebalan yang lebih baik dibandingkan orang dewasa.
Para peneliti mempelajari 65 anak serta 60 orang dewasa dengan COVID-19 di sistem rumah sakit Kota New York dan menemukan anak-anak tinggal di rumah sakit dalam periode waktu yang lebih singkat, lebih jarang membutuhkan ventilator, dan memiliki tingkat kematian yang lebih rendah. Hal itu menurut penelitian yang diterbitkan di Science Translational Medicine. ( )
Temuan tersebut sejalan dengan apa yang telah diperhatikan oleh para ilmuwan lain, yakni anak-anak tidak sakit akibat virus corona seperti orang dewasa. CDC, misalnya, mengatakan bahwa sekitar delapan per 100.000 anak dirawat di rumah sakit karena COVID-19, dibandingkan dengan 164,5 orang dewasa per 100.000. Tetapi, para ilmuwan tidak yakin mengapa ini terjadi.
Dengan melihat sampel darah dan sel, para peneliti menemukan bahwa anak-anak menghasilkan tingkat yang lebih tinggi pada dua sitokin atau protein sistem kekebalan ketimbang orang dewasa.
Menurut sebuah studi di Immune Network, sitokin interleukin 17A (IL-17A) membantu mendorong respons sistem kekebalan di awal infeksi, dan interferon gamma (IFN-γ) mencoba menghentikan virus untuk mereplikasi. Semakin muda pasien, semakin tinggi tingkat sitokinnya.
Kedua sitokin tersebut secara khusus membantu menangkal penyakit paru-paru, salah satu masalah penentu COVID-19.
“Pesan yang dapat diambil adalah, anak-anak dapat terinfeksi dan menjadi sangat sakit. Tetapi, secara umum, menjadi lebih baik saat terinfeksi virus,” jelas rekan penulis studi Betsy C. Herold yang juga Kepala Divisi Penyakit Menular Anak di Albert Einstein College, seperti dikutip laman Web MD.
“Perbedaan terkait usia ini mungkin mencerminkan perbedaan dalam respons imun," lanjutnya.
Para peneliti mengatakan, kondisi tadi mungkin membantu mereka menemukan cara untuk meningkatkan jenis tanggapan kekebalan tertentu.
Herold mengatakan, temuan ini mungkin sesuatu yang ingin diperhatikan oleh produsen vaksin. Vaksin yang sekarang sedang diteliti kebanyakan mencoba meningkatkan kadar antibodi. ( )
“Kami mungkin ingin mempertimbangkan untuk menilai vaksin yang mempromosikan kekebalan dengan cara lain, seperti dengan memperkuat tanggapan kekebalan bawaan,” pungkasnya.
Para peneliti mempelajari 65 anak serta 60 orang dewasa dengan COVID-19 di sistem rumah sakit Kota New York dan menemukan anak-anak tinggal di rumah sakit dalam periode waktu yang lebih singkat, lebih jarang membutuhkan ventilator, dan memiliki tingkat kematian yang lebih rendah. Hal itu menurut penelitian yang diterbitkan di Science Translational Medicine. ( )
Temuan tersebut sejalan dengan apa yang telah diperhatikan oleh para ilmuwan lain, yakni anak-anak tidak sakit akibat virus corona seperti orang dewasa. CDC, misalnya, mengatakan bahwa sekitar delapan per 100.000 anak dirawat di rumah sakit karena COVID-19, dibandingkan dengan 164,5 orang dewasa per 100.000. Tetapi, para ilmuwan tidak yakin mengapa ini terjadi.
Dengan melihat sampel darah dan sel, para peneliti menemukan bahwa anak-anak menghasilkan tingkat yang lebih tinggi pada dua sitokin atau protein sistem kekebalan ketimbang orang dewasa.
Menurut sebuah studi di Immune Network, sitokin interleukin 17A (IL-17A) membantu mendorong respons sistem kekebalan di awal infeksi, dan interferon gamma (IFN-γ) mencoba menghentikan virus untuk mereplikasi. Semakin muda pasien, semakin tinggi tingkat sitokinnya.
Kedua sitokin tersebut secara khusus membantu menangkal penyakit paru-paru, salah satu masalah penentu COVID-19.
“Pesan yang dapat diambil adalah, anak-anak dapat terinfeksi dan menjadi sangat sakit. Tetapi, secara umum, menjadi lebih baik saat terinfeksi virus,” jelas rekan penulis studi Betsy C. Herold yang juga Kepala Divisi Penyakit Menular Anak di Albert Einstein College, seperti dikutip laman Web MD.
“Perbedaan terkait usia ini mungkin mencerminkan perbedaan dalam respons imun," lanjutnya.
Para peneliti mengatakan, kondisi tadi mungkin membantu mereka menemukan cara untuk meningkatkan jenis tanggapan kekebalan tertentu.
Herold mengatakan, temuan ini mungkin sesuatu yang ingin diperhatikan oleh produsen vaksin. Vaksin yang sekarang sedang diteliti kebanyakan mencoba meningkatkan kadar antibodi. ( )
“Kami mungkin ingin mempertimbangkan untuk menilai vaksin yang mempromosikan kekebalan dengan cara lain, seperti dengan memperkuat tanggapan kekebalan bawaan,” pungkasnya.
(tsa)
tulis komentar anda