Rapid Test, Swab, atau TCM COVID-19, Ini Perbedaannya
Senin, 28 September 2020 - 15:31 WIB
JAKARTA - Terdapat beberapa jenis pemeriksaan yang dapat mendeteksi virus corona baru penyebab COVID-19. Hampir semua negara memiliki cara dan prioritas masing-masing. Indonesia sendiri menerapkan tiga jenis pemeriksaan untuk memastikan apakah seseorang terinfeksi COVID-19 atau tidak.
Pemeriksaan tersebut adalah rapid test, polymerase chain reaction (PCR), dan tes cepat molekuler (TCM). Masing-masing tes tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kepala Layanan Penyakit Menular di Rumah Sakit Universitas Emory Atlanta, Amerika Serikat, Dr. Aneesh Mehta menguraikan perbedaan di antara tes-tes tadi dan apa yang harus diingat jika Anda memutuskan untuk menjalani tes. Berikut ulasannya, seperti dikutip dari Time pada Senin (28/9). (
)
1. Rapid Test
Rapid test menggunakan darah untuk antibodi, protein yang dibuat tubuh sebagai respons terhadap infeksi, yang dapat memberikan kekebalan terhadap penyakit yang sama di masa depan. Tes ini mencari antibodi spesifik SARS-CoV-2 untuk melihat apakah Anda sebelumnya pernah terkena virus corona baru.
Saat ini rapid test tidak bisa berbuat banyak kecuali memuaskan rasa ingin tahu. Apalagi belakangan banyak hasil palsu yang dijual secara umum. Hasil rapid test reaktif bukan berarti Anda tidak bisa tertular COVID-19 lagi, setidaknya sejauh yang ditunjukkan oleh sains saat ini.
Pengujian rapid test skala luas berguna bagi para peneliti, karena dapat menginformasikan perkiraan tentang berapa banyak orang yang benar-benar memiliki COVID-19 dan membantu ilmuwan mempelajari lebih lanjut tentang apakah atau bagaimana antibodi memberikan kekebalan terhadap virus corona.
“Dari perspektif penelitian, ada banyak informasi yang dapat kami peroleh dari pengujian rapid test jika kami mengumpulkannya dari waktu ke waktu. Tetapi, dalam hal informasi yang dapat ditindaklanjuti untuk individu, rapid test tidak mengungkapkan banyak hal pada saat ini. Hanya karena kami dapat mendeteksi antibodi tidak berarti Anda sepenuhnya terlindungi dari infeksi itu,” kata Mehta.
2. PCR
Pemeriksaan tersebut adalah rapid test, polymerase chain reaction (PCR), dan tes cepat molekuler (TCM). Masing-masing tes tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kepala Layanan Penyakit Menular di Rumah Sakit Universitas Emory Atlanta, Amerika Serikat, Dr. Aneesh Mehta menguraikan perbedaan di antara tes-tes tadi dan apa yang harus diingat jika Anda memutuskan untuk menjalani tes. Berikut ulasannya, seperti dikutip dari Time pada Senin (28/9). (
Baca Juga
1. Rapid Test
Rapid test menggunakan darah untuk antibodi, protein yang dibuat tubuh sebagai respons terhadap infeksi, yang dapat memberikan kekebalan terhadap penyakit yang sama di masa depan. Tes ini mencari antibodi spesifik SARS-CoV-2 untuk melihat apakah Anda sebelumnya pernah terkena virus corona baru.
Saat ini rapid test tidak bisa berbuat banyak kecuali memuaskan rasa ingin tahu. Apalagi belakangan banyak hasil palsu yang dijual secara umum. Hasil rapid test reaktif bukan berarti Anda tidak bisa tertular COVID-19 lagi, setidaknya sejauh yang ditunjukkan oleh sains saat ini.
Pengujian rapid test skala luas berguna bagi para peneliti, karena dapat menginformasikan perkiraan tentang berapa banyak orang yang benar-benar memiliki COVID-19 dan membantu ilmuwan mempelajari lebih lanjut tentang apakah atau bagaimana antibodi memberikan kekebalan terhadap virus corona.
“Dari perspektif penelitian, ada banyak informasi yang dapat kami peroleh dari pengujian rapid test jika kami mengumpulkannya dari waktu ke waktu. Tetapi, dalam hal informasi yang dapat ditindaklanjuti untuk individu, rapid test tidak mengungkapkan banyak hal pada saat ini. Hanya karena kami dapat mendeteksi antibodi tidak berarti Anda sepenuhnya terlindungi dari infeksi itu,” kata Mehta.
2. PCR
Lihat Juga :
tulis komentar anda