Prudential Indonesia Jalankan Program Penguatan Literasi 200.000 Lebih Anak Indonesia
Minggu, 11 Oktober 2020 - 16:38 WIB
JAKARTA - Literasi anak masih sangat membutuhkan dukungan, bahkan urgensinya kian terlihat di masa pandemi COVID-19. Merespons hal ini, Prudential Indonesia melaksanakan rangkaian program penguatan literasi anak guna mendukung mereka hidup lebih sehat dan sejahtera.
Inisiatif yang diharapkan dapat menjangkau lebih dari 200.000 siswa hingga akhir 2020 itu dipaparkan dalam Webinar KompasTalks “Literasi Anak Jadi Awal Kesejahteraan Indonesia”, belum lama ini.
President Director Prudential Indonesia Jens Reisch menyampaikan, selama 25 tahun hadir di Indonesia, pihaknya percaya bahwa bisnis yang baik harus diikuti dengan berbagi kebaikan kepada masyarakat yang sejalan dengan semangat "We DO Good".
( )
"Pendidikan adalah salah satu pilar penting pada komitmen pemberdayaan masyarakat dari Community Investment Prudential Indonesia, karena memiliki efek domino pada seluruh sendi kehidupan. Oleh karena itu kami terus menguatkan literasi anak sejak dini melalui dua program besar, yaitu dukungan pendidikan yang berkolaborasi dengan UNICEF, serta Cha-Ching bersama PJI. Keduanya juga merupakan bagian dari upaya kami membantu generasi penerus mendapatkan yang terbaik dalam kehidupannya kelak," beber Jens.
Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus Kemendikbud Dr. Samto menambahkan, pada abad 21, keterampilan yang sangat dibutuhkan salah satunya literasi , karena menjadi dasar bagi semua. Literasi bukan sekadar baca tulis, tapi terkait dengan rangkaian panjang. Dengan begitu anak tidak hanya bisa membaca teks, namun juga mampu memahami konteks.
"Hal ini harus dimulai sejak dini. Untuk mendukung hal tersebut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI mencanangkan serangkaian program, seperti Gerakan Literasi Nasional, asesmen kompetensi minimum siswa untuk literasi dan numerasi, dan banyak lagi," urainya.
Kecakapan literasi, termasuk literasi keuangan masih harus terus didukung karena nyatanya tingkat kemampuan literasi di Indonesia masih belum merata. Sebagai contoh, indeks aktivitas literasi membaca (alibaca) menunjukkan, masih terdapat celah perbedaan cukup tinggi antara provinsi DKI Jakarta sebagai provinsi lain dengan indeks alibaca tertinggi (58,16) dengan Papua yang menduduki peringkat indeks alibaca terendah (19,9).
Kesenjangan itu kian terasa makin berat di tengah pandemi. Menyusul ditutupnya sebagian besar sekolah, proses belajar mengajar kini mengandalkan metode daring. UNICEF menyebutkan bahwa 35% siswa belum memiliki koneksi internet memadai untuk sekolah daring. Selain itu, hanya sedikit anak yang memiliki komputer atau laptop untuk mengakses internet dari rumah, terutama mereka yang tinggal di pedesaan, rata-rata kurang dari 15%.
Sejak Agustus 2020, Prudential Indonesia berkolaborasi dengan UNICEF mendukung Kemendikbud dalam melakukan serangkaian kegiatan untuk memastikan anak-anak serta orangtua di berbagai wilayah Nusantara dapat menjalankan proses belajar-mengajar secara aman, sehat, dan nyaman. Di antaranya melalui online learning, home learning untuk anak di wilayah Indonesia Timur, serta pengembangan kapasitas untuk para pengajar agar mampu beradaptasi di new normal ini.
( )
Hingga Januari 2021, program tersebut ditargetkan menjangkau 69.000 siswa dan 3.750 guru dari berbagai wilayah di Indonesia. Untuk menjalankan program ini, Prudential Indonesia telah mengalokasikan dana sebesar hampir Rp3 miliar.
Inisiatif yang diharapkan dapat menjangkau lebih dari 200.000 siswa hingga akhir 2020 itu dipaparkan dalam Webinar KompasTalks “Literasi Anak Jadi Awal Kesejahteraan Indonesia”, belum lama ini.
President Director Prudential Indonesia Jens Reisch menyampaikan, selama 25 tahun hadir di Indonesia, pihaknya percaya bahwa bisnis yang baik harus diikuti dengan berbagi kebaikan kepada masyarakat yang sejalan dengan semangat "We DO Good".
( )
"Pendidikan adalah salah satu pilar penting pada komitmen pemberdayaan masyarakat dari Community Investment Prudential Indonesia, karena memiliki efek domino pada seluruh sendi kehidupan. Oleh karena itu kami terus menguatkan literasi anak sejak dini melalui dua program besar, yaitu dukungan pendidikan yang berkolaborasi dengan UNICEF, serta Cha-Ching bersama PJI. Keduanya juga merupakan bagian dari upaya kami membantu generasi penerus mendapatkan yang terbaik dalam kehidupannya kelak," beber Jens.
Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus Kemendikbud Dr. Samto menambahkan, pada abad 21, keterampilan yang sangat dibutuhkan salah satunya literasi , karena menjadi dasar bagi semua. Literasi bukan sekadar baca tulis, tapi terkait dengan rangkaian panjang. Dengan begitu anak tidak hanya bisa membaca teks, namun juga mampu memahami konteks.
"Hal ini harus dimulai sejak dini. Untuk mendukung hal tersebut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI mencanangkan serangkaian program, seperti Gerakan Literasi Nasional, asesmen kompetensi minimum siswa untuk literasi dan numerasi, dan banyak lagi," urainya.
Kecakapan literasi, termasuk literasi keuangan masih harus terus didukung karena nyatanya tingkat kemampuan literasi di Indonesia masih belum merata. Sebagai contoh, indeks aktivitas literasi membaca (alibaca) menunjukkan, masih terdapat celah perbedaan cukup tinggi antara provinsi DKI Jakarta sebagai provinsi lain dengan indeks alibaca tertinggi (58,16) dengan Papua yang menduduki peringkat indeks alibaca terendah (19,9).
Kesenjangan itu kian terasa makin berat di tengah pandemi. Menyusul ditutupnya sebagian besar sekolah, proses belajar mengajar kini mengandalkan metode daring. UNICEF menyebutkan bahwa 35% siswa belum memiliki koneksi internet memadai untuk sekolah daring. Selain itu, hanya sedikit anak yang memiliki komputer atau laptop untuk mengakses internet dari rumah, terutama mereka yang tinggal di pedesaan, rata-rata kurang dari 15%.
Sejak Agustus 2020, Prudential Indonesia berkolaborasi dengan UNICEF mendukung Kemendikbud dalam melakukan serangkaian kegiatan untuk memastikan anak-anak serta orangtua di berbagai wilayah Nusantara dapat menjalankan proses belajar-mengajar secara aman, sehat, dan nyaman. Di antaranya melalui online learning, home learning untuk anak di wilayah Indonesia Timur, serta pengembangan kapasitas untuk para pengajar agar mampu beradaptasi di new normal ini.
( )
Hingga Januari 2021, program tersebut ditargetkan menjangkau 69.000 siswa dan 3.750 guru dari berbagai wilayah di Indonesia. Untuk menjalankan program ini, Prudential Indonesia telah mengalokasikan dana sebesar hampir Rp3 miliar.
(tsa)
Lihat Juga :
tulis komentar anda