Di Rumah Saja Bisa Membuat Anak Kreatif
Kamis, 12 November 2020 - 10:45 WIB
JAKARTA - Pandemi membuat berbagai aktivitas terbatas. Anak-anak pun rentan merasa bosan di rumah saja. Tapi rasa bosan itu justru bagi bagi perkembangannya.
Setiap hari ada saja yang dilakukan Sofia (9) dan Adi (6) untuk mengusir rasa jenuh di rumah saja. Terkadang mereka membaca buku, kali lain Adi bermain robot dan koleksi dinosaurusnya, sementara Sofia sibuk menguras akuarium ikan-ikan peliharaannya dan memberi makan landak mini mereka. (Baca: Amalan Doa Agar Rezeki Melimpah Ruah)
Sore hari mereka bermain sepeda atau menonton kartun kesukaan di televisi. “Saya juga suka ikutin Sofia lomba selama pandemi. Bukan buat menang, sekedar mengisi waktu saja dan menambah pengalaman. Pernah juara juga. Lombanya lewat zoom jadi sayang kalau tidak ikut,” beber Fitriani ibu kedua anak itu.
Di masa pandemi, ibu bekerja ini juga mengajarkan sofia menabung untuk mendapatkan barang yang diinginkan. “Landak itu dari hasil tabungan dan hadiah lomba, jadi dia rawat dengan sungguh-sungguh karena mendapatkannya tidak mudah,” imbuh Fitriani.
Dengan larut dalam aktivitas mereka masing-masing, Fitriani merasa senang karena anak tidak melulu bergantung pada gadget untuk mengisi waktunya. Ya, rasa bosan tidak selalu berakhir negatif. Kondisi ini justru memaksa anak mau tak mau untuk kreatif. Penelitian menunjukkan rasa bosan yang dapat mengarah ke masalah perilaku ternyata juga bisa berdampak baik bagi anak.
Studi tahun 2014 yang dipublikasikan di Creativity Research Journal, menemukan bahwa ketika partisipan melakukan tugas yang membosankan, mereka malah menunjukkan kreativitas dalam menyelesaikan tugas tersebut. Ini diperkuat dengan studi tahun 2019 yang dipublikasikan di Academy of Management Discoveries, juga menemukan subyek yang mengerjakan tugas yang membosankan, datang dengan ide lebih kreatif dibandingkan mereka yang sejak awal mengerjakan tugas yang menarik. (Baca juga: Kemendikbud Dukung Pelaksanaan Kampus Sehat Selama Pandemi)
Sandi Mann, dosen senior Psikologi di University of Central Lancashire, England, yang juga ketua tim studi 2014, menjelaskan lebih jauh apa itu rasa bosan. “Kalau Anda tidak terstimulasi tapi Anda bahagia, itu namanya hanya relaksasi. Tapi kalau terstimulasi dan ingin stimulasi lagi maka itu namanya rasa bosan,” jelas Mann.
Ketika anak berteriak kebosanan, sebetulnya otaknya juga tengah berteriak. “Otak mencari stimulasi, jadi ketika sedang bosan otak akan mencoba membuat stimulasi,” ujar Sara L. Dolan, profesor Psikologi dan Neuroscience di Baylor University. Shannon Barnett, asisten profesor psychiatry and behavioral sciences di Johns Hopkins University School of Medicine, Baltimore mengatakan, ketika anak saya mengeluh mereka bosan saya katakan bahwa saya senang mendengarnya. “Itu bagus untuk otak mereka,” papar Barnett.
Rasa bosan memberi mereka kesempatan untuk kreatif dan memecahkan masalah. Penelitian 2018 mengungkap, ketika anak tengah bengong atau melamun, bagian dari otak yang bertugas memecahkab masalah mulai berkomunikasi. Keluhan negatif terkait rasa bosan justru bisa menjadi hal yang baik.
Barnett dan Mann menyarankan orangtua memberikan beberapa aktivitas untuk mengisi kebosanan anak. Bagi anak yang suka kegiatan prakarya, Anda bisa mengajak anak mencari bahan untuk berkarya. “Seperti mainan, karton bekas tisu roll, atau bahan lain yang bisa digunakan,” saran Barnett. (Lihat videonya: Fenomena Pohon Pisang Berdaun Putih Gegerkan Warga Kudus)
Atau mengumpulkan daun atau bunga untuk ditempelkan di kertas. Anda bisa melihat ide-ide di Youtube. Ajak anak untuk ikut sumbang ide sehingga ia lebih termotivasi. Sejatinya rasa bosan mendorong anak untuk mencari sesuatu yang baru. Jadi tidak selamanya bosan itu negatif bukan. (Sri Noviarni)
Setiap hari ada saja yang dilakukan Sofia (9) dan Adi (6) untuk mengusir rasa jenuh di rumah saja. Terkadang mereka membaca buku, kali lain Adi bermain robot dan koleksi dinosaurusnya, sementara Sofia sibuk menguras akuarium ikan-ikan peliharaannya dan memberi makan landak mini mereka. (Baca: Amalan Doa Agar Rezeki Melimpah Ruah)
Sore hari mereka bermain sepeda atau menonton kartun kesukaan di televisi. “Saya juga suka ikutin Sofia lomba selama pandemi. Bukan buat menang, sekedar mengisi waktu saja dan menambah pengalaman. Pernah juara juga. Lombanya lewat zoom jadi sayang kalau tidak ikut,” beber Fitriani ibu kedua anak itu.
Di masa pandemi, ibu bekerja ini juga mengajarkan sofia menabung untuk mendapatkan barang yang diinginkan. “Landak itu dari hasil tabungan dan hadiah lomba, jadi dia rawat dengan sungguh-sungguh karena mendapatkannya tidak mudah,” imbuh Fitriani.
Dengan larut dalam aktivitas mereka masing-masing, Fitriani merasa senang karena anak tidak melulu bergantung pada gadget untuk mengisi waktunya. Ya, rasa bosan tidak selalu berakhir negatif. Kondisi ini justru memaksa anak mau tak mau untuk kreatif. Penelitian menunjukkan rasa bosan yang dapat mengarah ke masalah perilaku ternyata juga bisa berdampak baik bagi anak.
Studi tahun 2014 yang dipublikasikan di Creativity Research Journal, menemukan bahwa ketika partisipan melakukan tugas yang membosankan, mereka malah menunjukkan kreativitas dalam menyelesaikan tugas tersebut. Ini diperkuat dengan studi tahun 2019 yang dipublikasikan di Academy of Management Discoveries, juga menemukan subyek yang mengerjakan tugas yang membosankan, datang dengan ide lebih kreatif dibandingkan mereka yang sejak awal mengerjakan tugas yang menarik. (Baca juga: Kemendikbud Dukung Pelaksanaan Kampus Sehat Selama Pandemi)
Sandi Mann, dosen senior Psikologi di University of Central Lancashire, England, yang juga ketua tim studi 2014, menjelaskan lebih jauh apa itu rasa bosan. “Kalau Anda tidak terstimulasi tapi Anda bahagia, itu namanya hanya relaksasi. Tapi kalau terstimulasi dan ingin stimulasi lagi maka itu namanya rasa bosan,” jelas Mann.
Ketika anak berteriak kebosanan, sebetulnya otaknya juga tengah berteriak. “Otak mencari stimulasi, jadi ketika sedang bosan otak akan mencoba membuat stimulasi,” ujar Sara L. Dolan, profesor Psikologi dan Neuroscience di Baylor University. Shannon Barnett, asisten profesor psychiatry and behavioral sciences di Johns Hopkins University School of Medicine, Baltimore mengatakan, ketika anak saya mengeluh mereka bosan saya katakan bahwa saya senang mendengarnya. “Itu bagus untuk otak mereka,” papar Barnett.
Rasa bosan memberi mereka kesempatan untuk kreatif dan memecahkan masalah. Penelitian 2018 mengungkap, ketika anak tengah bengong atau melamun, bagian dari otak yang bertugas memecahkab masalah mulai berkomunikasi. Keluhan negatif terkait rasa bosan justru bisa menjadi hal yang baik.
Barnett dan Mann menyarankan orangtua memberikan beberapa aktivitas untuk mengisi kebosanan anak. Bagi anak yang suka kegiatan prakarya, Anda bisa mengajak anak mencari bahan untuk berkarya. “Seperti mainan, karton bekas tisu roll, atau bahan lain yang bisa digunakan,” saran Barnett. (Lihat videonya: Fenomena Pohon Pisang Berdaun Putih Gegerkan Warga Kudus)
Atau mengumpulkan daun atau bunga untuk ditempelkan di kertas. Anda bisa melihat ide-ide di Youtube. Ajak anak untuk ikut sumbang ide sehingga ia lebih termotivasi. Sejatinya rasa bosan mendorong anak untuk mencari sesuatu yang baru. Jadi tidak selamanya bosan itu negatif bukan. (Sri Noviarni)
(ysw)
tulis komentar anda