Melirik Taman Budaya Yogyakarta yang Jadi Jendela Wisata Kota Gudeg
Selasa, 08 Desember 2020 - 07:47 WIB
JAKARTA - Taman Budaya Yogyakarta (TBY) kerap menghadirkan beragam kegiatan seni dan budaya. Keberadaannya tidak saja menjadi lokasi menemukan dan mengenali atraksi seni dan budaya, juga melengkapi amenitas wisata MICE (meeting, incentive, convention, dan exhibition) di Yogyakarta.
TBY yang dibangun pada 1977 ini awalnya dibuat sebagai sarana dan prasarana untuk membina, memelihara, dan mengembangkan kebudayaan Yogyakarta. Kini, TBY memperkaya visi dan misinya sebagai kantung kebudayaan dan menjadi salah satu laboratorium seni di Indonesia. (Baca juga: Kemenparekraf Terapkan CHSE di Bali, Bisa Bikin Wisatawan Tenang )
Itu karena TBY telah melakukan pengumpulan data dan dokumentasi seni budaya, naskah cerita atau lakon, rekaman profil seniman atau budayawan, rekaman peristiwa seni budaya, serta berbagai koleksi karya seni rupa (lukis, grafis, patung, kriya seni, dan kerajinan).
Secara khusus TBY juga kini mengenalkan dunia seni rupa (biennale seni rupa), dunia media rekam (pemutaran film sepanjang tahun), dunia seni pertunjukan (festival teater, ketoprak, dalang, tari, dan lainnya), program-program pendidikan (bimbingan dan pelatihan seni untuk anak dan remaja), serta penerbitan profil seniman budayawan, antologi sastra, kritik seni rupa, dan lainnya.
Taman Budaya Yogyakarta seolah jendela bagi wisatawan untuk melihat keseluruhan budaya Yogyakarta. Di sini, Anda dapat melihat dokumentasi, hasil karya seni, pertunjukan seni, dan banyak hal lainnya terkait perkembangan budaya Yogyakarta. Taman budaya-nya buka setiap hari, sementara untuk pertunjukan khusus waktunya menyesuaikan jadwal.
Bangunannya bergaya arsitektur Belanda dengan pilar-pilar yang membuatnya tampak megah. Tersedia ruang pemaren yang dapat dimanfaatkan untuk memamerkan karya seni. Ada juga perpustakaan yang dapat diakses secara umum.
Ada dua bangunan utama di TBY, yaitu Concert Hall Taman Budaya dan Societet Militair. Gedung Concert Hall yang bergaya Belanda difungsikan sebagai tempat diskusi sastra, penyelenggaraan pameran, dan pelatihan. Sementara gedung Societet Militair khusus untuk keperluan pementasan teater, tari, musik, dan pertunjukan seni lainnya.
Panggung terbuka tersedia di halamannya luas dimana sering menjadi tempat menggelar pertunjukan atau pameran. panggung terbuka memiliki kapasitas tampung yang besar. Di sini terdapat panggung dengan tata lampu yang memadai. Taman TBY tersedia di beberapa tempat baik di dalam maupun luar gedungnya. Tempat itulah yang sering digunakan sebagai lokasi pagelaran budaya dan pameran. Tersedia fasilitas concert hall, gedung kesenian, amphiteater, dan ruang seminar. Di bagian luar gedung ada panggung terbuka dimana biasa digunakan untuk acara musik.
Concert Hall tersedia di di lantai dua dengan fasilitas ruang rias, ruang tunggu pemain, lobi, ruang stem alat musik. Selain itu ada juga ruang VIP, tata lampu, tata suara, dan AC sentral. Luas concert hall ini memiliki luas panggung 18,80 meter x 14,80 meter dengan kapasitas penonton 900 orang. (Baca juga: Jalan Kaki dan Naik Tangga Tiap Hari Tingkatkan Kesehatan Mental )
TBY yang dibangun pada 1977 ini awalnya dibuat sebagai sarana dan prasarana untuk membina, memelihara, dan mengembangkan kebudayaan Yogyakarta. Kini, TBY memperkaya visi dan misinya sebagai kantung kebudayaan dan menjadi salah satu laboratorium seni di Indonesia. (Baca juga: Kemenparekraf Terapkan CHSE di Bali, Bisa Bikin Wisatawan Tenang )
Itu karena TBY telah melakukan pengumpulan data dan dokumentasi seni budaya, naskah cerita atau lakon, rekaman profil seniman atau budayawan, rekaman peristiwa seni budaya, serta berbagai koleksi karya seni rupa (lukis, grafis, patung, kriya seni, dan kerajinan).
Secara khusus TBY juga kini mengenalkan dunia seni rupa (biennale seni rupa), dunia media rekam (pemutaran film sepanjang tahun), dunia seni pertunjukan (festival teater, ketoprak, dalang, tari, dan lainnya), program-program pendidikan (bimbingan dan pelatihan seni untuk anak dan remaja), serta penerbitan profil seniman budayawan, antologi sastra, kritik seni rupa, dan lainnya.
Taman Budaya Yogyakarta seolah jendela bagi wisatawan untuk melihat keseluruhan budaya Yogyakarta. Di sini, Anda dapat melihat dokumentasi, hasil karya seni, pertunjukan seni, dan banyak hal lainnya terkait perkembangan budaya Yogyakarta. Taman budaya-nya buka setiap hari, sementara untuk pertunjukan khusus waktunya menyesuaikan jadwal.
Bangunannya bergaya arsitektur Belanda dengan pilar-pilar yang membuatnya tampak megah. Tersedia ruang pemaren yang dapat dimanfaatkan untuk memamerkan karya seni. Ada juga perpustakaan yang dapat diakses secara umum.
Ada dua bangunan utama di TBY, yaitu Concert Hall Taman Budaya dan Societet Militair. Gedung Concert Hall yang bergaya Belanda difungsikan sebagai tempat diskusi sastra, penyelenggaraan pameran, dan pelatihan. Sementara gedung Societet Militair khusus untuk keperluan pementasan teater, tari, musik, dan pertunjukan seni lainnya.
Panggung terbuka tersedia di halamannya luas dimana sering menjadi tempat menggelar pertunjukan atau pameran. panggung terbuka memiliki kapasitas tampung yang besar. Di sini terdapat panggung dengan tata lampu yang memadai. Taman TBY tersedia di beberapa tempat baik di dalam maupun luar gedungnya. Tempat itulah yang sering digunakan sebagai lokasi pagelaran budaya dan pameran. Tersedia fasilitas concert hall, gedung kesenian, amphiteater, dan ruang seminar. Di bagian luar gedung ada panggung terbuka dimana biasa digunakan untuk acara musik.
Concert Hall tersedia di di lantai dua dengan fasilitas ruang rias, ruang tunggu pemain, lobi, ruang stem alat musik. Selain itu ada juga ruang VIP, tata lampu, tata suara, dan AC sentral. Luas concert hall ini memiliki luas panggung 18,80 meter x 14,80 meter dengan kapasitas penonton 900 orang. (Baca juga: Jalan Kaki dan Naik Tangga Tiap Hari Tingkatkan Kesehatan Mental )
tulis komentar anda