Jazz Gunung Ijen 2020, Sesuatu yang Telah Lama Dirindukan

Selasa, 15 Desember 2020 - 02:02 WIB
Jazz Gunung bisa menjadi satu contoh pertunjukan yang sehat dan mampu beradaptasi di tengah pandemi. / Foto: ist
JAKARTA - Akhir pekan lalu, 12 Desember 2020, Taman Gandrung Terakota-Jiwa Jawa Resort, Banyuwangi, Jawa Timur menjadi tuan rumah perhelatan Jazz Gunung Ijen 2020. Cuaca mendung sejak pagi mengiringi sejumlah musisi atau band yang tampil di acara yang juga didukung Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ini.

( )

Pada sesi pertama, sajian musik dari Bintang Indrianto featuring Sruti Respati tersaji di atas pentas. Mereka tampil dengan tuntas meski diguyur hujan ketika melakukan perform. Seperti tidak mau kalah dengan pengisi acara, para penonton pun tetap bergeming dengan memakai payung sambil menikmati lagu-lagu Asmaradana, Kendang Kribow, Aku Ewa, Ole Olang, Pewaris, The Beauty of Ijen, dan Ibu Pertiwi.



Secara khusus Bintang menciptakan The Beauty of Ijen untuk ditampilkan pada kesempatan ini. Liriknya juga ditulis Sruti Respati. "Saya kagum dengan Ijen, indah sekali. Saya dan teman-teman senang sekali ada momen bersejarah di dunia pertunjukan musik saat ini di Jazz Gunung Ijen 2020," ucap Bintang.

Para penonton, dan seluruh yang hadir sebelumnya harus melakukan tes swab antigen untuk memastikan dalam kondisi baik sebelum masuk arena pertunjukan Jazz Gunung Ijen 2020. Total swab antigen yang telah dilaksanakan sebanyak 239 orang.

Memasuki sesi kedua, Sri Hanuraga Trio featuring Dira Sugandi tampil mempesona membawakan deretan lagu Hyperreality, Paris Berantai, Rangkaian Melati, Ibu Pertiwi, Rek Ayo Rek, Ampar Ampar Pisang, Manuk Dadali, dan Kicir-Kicir. Rasa senang dan syukur tampak diekspresikan penampil dan penonton yang telah rindu menonton musik secara langsung. Terutama para musisi yang sudah hampir setahun tidak tampil di depan penonton.

"Ini kali pertama kami tampil secara langsung lagi sejak bulan Februari karena berbeda sekali tampil secara virtual sebelumnya. Terima kasih Jazz Gunung Indonesia," ujar Dira yang mengenakan busana hitam-hitam dengan wajah berseri. Dia juga mendedikasikan lagu Rangkaian Bunga Melati untuk para tenaga kesehatan yang selalu semangat di tengah pandemi.

Tak ketinggalan di sela-sela pertunjukkan kedua pengisi acara, ada dr. Grace Hananta C.Ht dari Gerakan Pakai Masker yang mengingatkan dan memberikan tutorial kepada penonton untuk menggunakan masker dengan baik. Panitia pun tak segan untuk menegur para tamu yang hadir jika tidak mengenakan masker dengan benar.

"Sekarang ini banyak seniman yang OTG (Orang Tanpa Gawean). Ini adalah ikhtiar kita untuk bisa beraktivitas dan menghidupkan industri musik dan pariwisata sambil menjalankan protokol kesehatan ," kata penggagas Jazz Gunung Indonesia, Sigit Pramono sambil meminta penonton tetap menjaga jarak dan memakai masker.

Hadir dalam acara juga, Butet Kertaredjasa yang merupakan salah satu pendiri Jazz Gunung Indonesia. Dia mengaku sangat senang event ini bisa terselenggara. Menurutnya, Jazz Gunung bisa menjadi satu contoh pertunjukan yang sehat dan mampu beradaptasi di tengah pandemi.

(Baca juga: Gel Cream Bisa Bikin Kulit Tetap Lembap dan Cerah Selama Beraktivitas )

"Kami serasakan sesuatu yang lama telah dirindukan, main tidak ada penontonnya itu tidak enak. Saya juga nanti akan tertolong kalau nanti pemerintah dan satgas mulai mempercayai para praktisi seni pertunjukan untuk bisa menyelenggarakan pertunjukan secara langsung dan ada penontonnya dengan kepatuhan-kepatuhan yang dirintis oleh acara Jazz Gunung Indonesia. Itu artinya pak Sigit dan Jazz Gunung Indonesia mempunyai jasa yang besar untuk pertunjukkan seni Indonesia," tutur Butet.
(nug)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!