Pakar Tegaskan Tak Ada Bukti Wanita Hamil Lebih Rentan Terpapar COVID-19
Selasa, 15 Desember 2020 - 18:35 WIB
JAKARTA - Wanita hamil bukanlah kelompok yang lebih rentan terpapar COVID-19 dibandingkan populasi umum. Malah, kaum wanita tergolong memiliki sistem imun yang lebih baik ketimbang pria lantaran menyimpan hormon estrogen yang bisa memodulasi daya tahan tubuh sehingga mampu menangkal virus.
Pandemi COVID-19 tak dipungkiri telah menimbulkan kekhawatiran banyak wanita, khususnya ibu hamil , terkait kesehatan diri maupun janin yang mereka kandung. Demi terhindar dari paparan virus Sars Cov-2 penyebab COVID-19, ibu hamil memilih tak memeriksakan kandungannya atau malah menghindari kehamilan sama sekali. Padahal, hamil di masa pandemi terbilang aman selama protokol kesehatan diterapkan dengan baik.
( )
Menurut Pakar Kebidanan Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, SpOG (K), MPH, anggapan bahwa wanita hamil termasuk golongan yang lebih rentan terpapar COVID-19 tidaklah tepat. Sebab, bukti-bukti ilmiah tak ada yang mengarah ke hal tersebut. Potensi perkembangan tidak normal (teratogenik) pada janin akibat COVID-19 juga belum terbukti.
"Masyarakat berpikir bahwa wanita hamil lebih rentan terpapar virus Sars Cov-2 dibandingkan populasi umum. Nyatanya hal itu tidak benar. Sampai saat ini bukti menunjukkan wanita hamil tidak lebih rentan untuk tertular infeksi dibandingkan populasi umum. Belum ada bukti saat ini bahwa COVID-19 teratogenik," tandas Prof. Budi Wiweko yang akrab disapa Prof. Iko dalan webinar bertema "Hamil, Bersalin, dan KB selama COVID-19" dalam rangka Dies Natalis FKUI 2021, Senin (14/12).
Wanita hamil yang terpapar COVID-19, lanjut Prof. Iko, memang berisiko melahirkan bayi prematur. Hanya, kelahiran prematur itu bukan semata-mata disebabkan oleh virus, melainkan karena si ibu menginginkan persalinan yang lebih cepat di tengah situasi yang tidak menentu ini.
"Jadi apakah boleh hamil saat pandemi? Boleh. Hanya pelayanan antenatal dan postnatal harus dilakukan dengan cermat," ujar Ketua Iluni FKUI '96 itu.
Prof. Iko menganjurkan pemeriksaan antenatal (layanan kesehatan ibu hamil) pada trimester pertama di masa pandemi dihindari, kecuali sang ibu mengalami masalah pada kehamilannya. Sedangkan pada trimester kedua, pemeriksaan antenatal dapat dilakukan melalui telekonsultasi klinis, kecuali dijumpai keluhan atau
kondisi gawat darurat.
Pandemi COVID-19 tak dipungkiri telah menimbulkan kekhawatiran banyak wanita, khususnya ibu hamil , terkait kesehatan diri maupun janin yang mereka kandung. Demi terhindar dari paparan virus Sars Cov-2 penyebab COVID-19, ibu hamil memilih tak memeriksakan kandungannya atau malah menghindari kehamilan sama sekali. Padahal, hamil di masa pandemi terbilang aman selama protokol kesehatan diterapkan dengan baik.
( )
Menurut Pakar Kebidanan Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, SpOG (K), MPH, anggapan bahwa wanita hamil termasuk golongan yang lebih rentan terpapar COVID-19 tidaklah tepat. Sebab, bukti-bukti ilmiah tak ada yang mengarah ke hal tersebut. Potensi perkembangan tidak normal (teratogenik) pada janin akibat COVID-19 juga belum terbukti.
"Masyarakat berpikir bahwa wanita hamil lebih rentan terpapar virus Sars Cov-2 dibandingkan populasi umum. Nyatanya hal itu tidak benar. Sampai saat ini bukti menunjukkan wanita hamil tidak lebih rentan untuk tertular infeksi dibandingkan populasi umum. Belum ada bukti saat ini bahwa COVID-19 teratogenik," tandas Prof. Budi Wiweko yang akrab disapa Prof. Iko dalan webinar bertema "Hamil, Bersalin, dan KB selama COVID-19" dalam rangka Dies Natalis FKUI 2021, Senin (14/12).
Wanita hamil yang terpapar COVID-19, lanjut Prof. Iko, memang berisiko melahirkan bayi prematur. Hanya, kelahiran prematur itu bukan semata-mata disebabkan oleh virus, melainkan karena si ibu menginginkan persalinan yang lebih cepat di tengah situasi yang tidak menentu ini.
"Jadi apakah boleh hamil saat pandemi? Boleh. Hanya pelayanan antenatal dan postnatal harus dilakukan dengan cermat," ujar Ketua Iluni FKUI '96 itu.
Prof. Iko menganjurkan pemeriksaan antenatal (layanan kesehatan ibu hamil) pada trimester pertama di masa pandemi dihindari, kecuali sang ibu mengalami masalah pada kehamilannya. Sedangkan pada trimester kedua, pemeriksaan antenatal dapat dilakukan melalui telekonsultasi klinis, kecuali dijumpai keluhan atau
kondisi gawat darurat.
Lihat Juga :
tulis komentar anda