Ini Tips Pola Diet Cerdas dan Sederhana saat Pandemi
Minggu, 31 Januari 2021 - 13:06 WIB
JAKARTA - Diet merupakan cara memenuhi asupan pola makan gizi seimbang yang diperlukan tubuh guna menjalankan fungsinya. Asupan gizi seimbang dipenuhi melalui keseimbangan nutrisi sumber makanan berupa karbohidrat, protein, dan juga lemak. Lalu, apakah pelaksanaan diet di masa pandemi COVID-19 dapat dilakukan?
Spesialis Gizi Klinis Siloam Hospitals TB Simatupang dr. Christopher Andrian, Sp.GK. mengatakan, sejatinya pelaksanaan diet di masa pandemi dapat dilakukan. Bahkan dinilai berguna untuk mendapatkan berat badan ideal dengan tubuh yang sehat dan kondisi yang tetap prima.
"Melakukan diet bukan berarti mengurangi jumlah kadar makanan secara total dengan jangka waktu yang lama. Diet yang sempurna itu harus dilaksanakan melalui asupan gizi seimbang dengan kadar normal dan periode teratur. Itu yang terlebih dulu harus diingat," sebut dr. Christopher melalui kanal Instagram Live Siloam Hospitals TB Simatupang, belum lama ini.
Diet gizi seimbang, dikatakan dr. Christopher, takaran komposisinya hampir sama yaitu keseimbangan mengonsumsi karbohidrat 50%-55%, protein 15%-20%, dan lemak 20%-25%. Adanya perbedaan jumlah asupan saat mengonsumsi kadar karbohidrat, protein, dan lemak dapat diperhatikan jika terdapat penyakit penyerta.
"Contohnya jika yang melakukan program diet memiliki penyakit diabetes dengan obesitas, maka karbohidratnya harus dibatasi. Diabetes dengan gangguan ginjal harus dibatasi asupan proteinnya. Jadi perlu penyesuaian untuk setiap orang saat melakukan diet," tegas dr. Christopher.
Dokter Christopher mengingatkan, dalam hal asupan yang seimbang, setiap orang memiliki kebutuhan kalori yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu pertama faktor usia, semakin bertambah usia maka kebutuhan kalorinya semakin berkurang. Kedua faktor jenis kelamin, di mana pria lebih besar kebutuhan kalorinya meskipun pria lebih mudah berdiet.
Ketiga faktor tinggi badan, di mana orang dengan tinggi badan lebih akan lebih besar membutuhkan kalori. Lalu keempat faktor aktivitas fisik, seseorang dengan mayoritas aktivitas di luar dan pekerja di dalam ruangan jelas berbeda kebutuhan kalorinya. Dengan sejumlah faktor tersebut, maka pelaksanaan diet tetap mengacu pada keseimbangan pola asupan karbohidrat, protein, dan lemak yang menyesuaikan kebutuhan.
Menurut dr. Christopher, kebiasaan masyarakat di Indonesia cenderung mengonsumsi karbohidrat berlebihan berdasarkan rasa kenyang yang diperoleh guna mendapatkan energi dominan. Namun hal tersebut dinilai salah dan dapat mengganggu pola diet.
Spesialis Gizi Klinis Siloam Hospitals TB Simatupang dr. Christopher Andrian, Sp.GK. mengatakan, sejatinya pelaksanaan diet di masa pandemi dapat dilakukan. Bahkan dinilai berguna untuk mendapatkan berat badan ideal dengan tubuh yang sehat dan kondisi yang tetap prima.
"Melakukan diet bukan berarti mengurangi jumlah kadar makanan secara total dengan jangka waktu yang lama. Diet yang sempurna itu harus dilaksanakan melalui asupan gizi seimbang dengan kadar normal dan periode teratur. Itu yang terlebih dulu harus diingat," sebut dr. Christopher melalui kanal Instagram Live Siloam Hospitals TB Simatupang, belum lama ini.
Diet gizi seimbang, dikatakan dr. Christopher, takaran komposisinya hampir sama yaitu keseimbangan mengonsumsi karbohidrat 50%-55%, protein 15%-20%, dan lemak 20%-25%. Adanya perbedaan jumlah asupan saat mengonsumsi kadar karbohidrat, protein, dan lemak dapat diperhatikan jika terdapat penyakit penyerta.
"Contohnya jika yang melakukan program diet memiliki penyakit diabetes dengan obesitas, maka karbohidratnya harus dibatasi. Diabetes dengan gangguan ginjal harus dibatasi asupan proteinnya. Jadi perlu penyesuaian untuk setiap orang saat melakukan diet," tegas dr. Christopher.
Dokter Christopher mengingatkan, dalam hal asupan yang seimbang, setiap orang memiliki kebutuhan kalori yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu pertama faktor usia, semakin bertambah usia maka kebutuhan kalorinya semakin berkurang. Kedua faktor jenis kelamin, di mana pria lebih besar kebutuhan kalorinya meskipun pria lebih mudah berdiet.
Ketiga faktor tinggi badan, di mana orang dengan tinggi badan lebih akan lebih besar membutuhkan kalori. Lalu keempat faktor aktivitas fisik, seseorang dengan mayoritas aktivitas di luar dan pekerja di dalam ruangan jelas berbeda kebutuhan kalorinya. Dengan sejumlah faktor tersebut, maka pelaksanaan diet tetap mengacu pada keseimbangan pola asupan karbohidrat, protein, dan lemak yang menyesuaikan kebutuhan.
Menurut dr. Christopher, kebiasaan masyarakat di Indonesia cenderung mengonsumsi karbohidrat berlebihan berdasarkan rasa kenyang yang diperoleh guna mendapatkan energi dominan. Namun hal tersebut dinilai salah dan dapat mengganggu pola diet.
tulis komentar anda