Pascapandemi, Produk Ekowisata Bakal Sangat Diminati
Jum'at, 22 Mei 2020 - 06:56 WIB
JAKARTA - Pascapandemi COVID-19, produk ekowisata di Indonesia akan sangat diminati. Terlebih dengan hadirnya kondisi “new normal” atau tren baru dalam berwisata dimana wisatawan akan lebih memperhatikan protokol-protokol wisata, terutama yang terkait dengan kesehatan, keamanan, dan kenyamanan.
Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan (Event) Kemenparekraf/Baparekraf Rizki Handayani saat Webinar Ekowisata, menjelaskan, pandemi ini mengubah jenis atau tipe dan pengelolaan destinasi termasuk di dalamnya kegiatan ekowisata. Untuk itu perlu evaluasi dan penataan ulang pola perjalanan ekowisata yang disesuaikan dengan kondisi new normal.
“Kami prediksikan kegiatan wisata berbasis alam atau outdoor paling cepat rebound karena ecoturism bukan mass tourism tetapi wisata minat khusus. Kita mendukung akan kembalinya atau malah berkembangnya ekowisata di Indonesia. Ke depannya, kami akan konsentrasi di wisata Ecotourism dan Wellness Tourism,” kata Rizki Handayani dalam siaran persnya, Kamis (21/5).
Selain Rizki Handayani, hadir dalam webinar itu, Direktur Indonesia Ecotourism Network (INDECON) Ary S. Suhandi, Direktur Via Via Tour & Travel Sry Mujianti dan dipandu oleh Direktur Wisata Alam, Budaya, dan Buatan Kemenparekraf/Baparekraf Alexander Reyaan sebagai moderator. ( )
Dalam kesempatan yang sama, Ary S. Suhandi menjelaskan Ecotourism, Adventure Tourism, dan Wellness Tourism diperkirakan memang akan menjadi produk-produk yang paling diminati pascapandemi. Khususnya untuk kegiatan dengan grup kecil dan aktif seperti interaksi di luar ruangan, kegiatan edukasi alam untuk keluarga, hingga aktivitas yang berkontribusi pada konservasi alam.
“Adventure juga berpeluang besar, khususnya kegiatan dalam grup kecil dan aktivitasnya dinamis, seperti trekking, snorkeling, dan diving. Wellness Tourism juga diprediksi cepat rebound. Banyak orang membutuhkan kebugaran pascakerja rutin yang tinggi dengan pasarnya adalah orang dari kota,” ujarnya.
Ary menjelaskan, ekowisata merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepedulian wisatawan pada pentingnya menjaga kualitas lingkungan kawasan tempat mereka berwisata, hanya dalam konteks ekowisata perlu penyempurnaan, dimana keuntungan devisa bukanlah kiblat satu-satunya, namun juga memikirkan kelestarian dan pelibatan masyarakat lokal.
“COVID-19 mengajarkan kita banyak hal, selain mitigasi risiko juga salah satunya tentang pentingnya manajemen pengunjung, mengatur kuota, hingga membagi kelompok besar ke dalam kelompok kecil pada saat kegiatan wisata,” katanya. (Baca juga : Lima Destinasi Domestik Yang Ingin Segera Dikunjungi Setelah Pandemi Berlalu )
Sementara itu, Direktur Via Via Tour & Travel Sry Mujianti menilai, pascapandemi akan terjadi pola perjalanan wisata baru. Kombinasi alam dan budaya biasanya menjadi pilihan utama wisatawan. Hal ini akan semakin lengkap apabila didukung dengan interpretasi yang kuat di setiap destinasi wisata.
Sry Mujianti mencontohkan, untuk klaster Jogja-Solo-Semarang (Joglosemar) biasanya menghubungkan kota-desa, kemudian ada klaster Jawa Timur, mulai dari Malang hingga Banyuwangi. "Wisatawan akan lebih memilih untuk melakukan perjalanan dengan jarak yang relatif dekat atau menempuh waktu lebih singkat,” ujarnya.
Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan (Event) Kemenparekraf/Baparekraf Rizki Handayani saat Webinar Ekowisata, menjelaskan, pandemi ini mengubah jenis atau tipe dan pengelolaan destinasi termasuk di dalamnya kegiatan ekowisata. Untuk itu perlu evaluasi dan penataan ulang pola perjalanan ekowisata yang disesuaikan dengan kondisi new normal.
“Kami prediksikan kegiatan wisata berbasis alam atau outdoor paling cepat rebound karena ecoturism bukan mass tourism tetapi wisata minat khusus. Kita mendukung akan kembalinya atau malah berkembangnya ekowisata di Indonesia. Ke depannya, kami akan konsentrasi di wisata Ecotourism dan Wellness Tourism,” kata Rizki Handayani dalam siaran persnya, Kamis (21/5).
Selain Rizki Handayani, hadir dalam webinar itu, Direktur Indonesia Ecotourism Network (INDECON) Ary S. Suhandi, Direktur Via Via Tour & Travel Sry Mujianti dan dipandu oleh Direktur Wisata Alam, Budaya, dan Buatan Kemenparekraf/Baparekraf Alexander Reyaan sebagai moderator. ( )
Dalam kesempatan yang sama, Ary S. Suhandi menjelaskan Ecotourism, Adventure Tourism, dan Wellness Tourism diperkirakan memang akan menjadi produk-produk yang paling diminati pascapandemi. Khususnya untuk kegiatan dengan grup kecil dan aktif seperti interaksi di luar ruangan, kegiatan edukasi alam untuk keluarga, hingga aktivitas yang berkontribusi pada konservasi alam.
“Adventure juga berpeluang besar, khususnya kegiatan dalam grup kecil dan aktivitasnya dinamis, seperti trekking, snorkeling, dan diving. Wellness Tourism juga diprediksi cepat rebound. Banyak orang membutuhkan kebugaran pascakerja rutin yang tinggi dengan pasarnya adalah orang dari kota,” ujarnya.
Ary menjelaskan, ekowisata merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepedulian wisatawan pada pentingnya menjaga kualitas lingkungan kawasan tempat mereka berwisata, hanya dalam konteks ekowisata perlu penyempurnaan, dimana keuntungan devisa bukanlah kiblat satu-satunya, namun juga memikirkan kelestarian dan pelibatan masyarakat lokal.
“COVID-19 mengajarkan kita banyak hal, selain mitigasi risiko juga salah satunya tentang pentingnya manajemen pengunjung, mengatur kuota, hingga membagi kelompok besar ke dalam kelompok kecil pada saat kegiatan wisata,” katanya. (Baca juga : Lima Destinasi Domestik Yang Ingin Segera Dikunjungi Setelah Pandemi Berlalu )
Sementara itu, Direktur Via Via Tour & Travel Sry Mujianti menilai, pascapandemi akan terjadi pola perjalanan wisata baru. Kombinasi alam dan budaya biasanya menjadi pilihan utama wisatawan. Hal ini akan semakin lengkap apabila didukung dengan interpretasi yang kuat di setiap destinasi wisata.
Sry Mujianti mencontohkan, untuk klaster Jogja-Solo-Semarang (Joglosemar) biasanya menghubungkan kota-desa, kemudian ada klaster Jawa Timur, mulai dari Malang hingga Banyuwangi. "Wisatawan akan lebih memilih untuk melakukan perjalanan dengan jarak yang relatif dekat atau menempuh waktu lebih singkat,” ujarnya.
(wid)
tulis komentar anda