Tangan-Tangan Terampil di Balik Lapas Perempuan Manado Hasilkan Batik Khas Sulut
Kamis, 27 Mei 2021 - 15:45 WIB
JAKARTA - Batik adalah kain tradisional khas Indonesia yang sudah diakui seluruh dunia. Batik memiliki beragam motif maupun cara pembuatan.
Di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Kelas IIB Manado yang berlokasi di Kota Tomohon, Sulawesi Utara (Sulut), warga binaan perempuan (WBP) selain diajari kegiatan kemandirian seperti salon kecantikan, spa, barista, handmade membuat bunga dan rajutan, ada juga membatik yang merupakan kegiatan unggulan dari lapas tersebut.
Kepala Lapas Perempuan Kelas IIB Manado Gayatri Rilowati mengatakan, tugas pokok dan fungsi lapas adalah membina para pelanggar hukum. Dalam pembinaan itu ada berbagai kegiatan, kegiatan pembinaan kepribadian dan kemandirian. Kegiatan kemandirian itu di antarannya salon kecantikan, spa, barista, handmade membuat bunga dan rajutan, serta membatik.
Kegiatan membatik yang baru sebulan berjalan itu diberi nama LPrado, singkatan dari Lapas Perempuan Manado. Batik sendiri merupakan budaya asli Indonesia yang bisa dijumpai di berbagai wilayah di Tanah Air, termasuk di Sulut, yakni kain bentenan.
"Saya melihat agak sedikit berbeda, itu kenapa saya tertarik, saya ingin membuat suatu karya yang berbeda dari yang sudah ada di Sulut. Akhirnya kita memilih untuk melakukan kegiatan pembinaan kemandirian berupa membatik dengan maksud menggabungkan teknik membatik yang kita adopsi dari Jawa, karena kebetulan untuk instruktur kita datangkan dari Jawa Tengah dan untuk motifnya kita sengaja menciptakan motif khas Sulut," tutur Gayatri kepada MNC Portal Indonesia, Kamis (27/5).
Sudah ada beberapa motif yang berhasil dibuat. Hebatnya lagi, ada dua motif yang sudah terdaftar dan keluar sertifikat hak ciptanya yakni motif yang diberi nama Pesona Kawanua dan Satwa Puspa Kawanua.
"Ini mungkin berbeda dari tempat yang lain. Batiknya juga bermotif khas, kemudian dihasilkan oleh tangan-tangan terampil dari balik jeruji," kata Gayatri.
Di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Kelas IIB Manado yang berlokasi di Kota Tomohon, Sulawesi Utara (Sulut), warga binaan perempuan (WBP) selain diajari kegiatan kemandirian seperti salon kecantikan, spa, barista, handmade membuat bunga dan rajutan, ada juga membatik yang merupakan kegiatan unggulan dari lapas tersebut.
Kepala Lapas Perempuan Kelas IIB Manado Gayatri Rilowati mengatakan, tugas pokok dan fungsi lapas adalah membina para pelanggar hukum. Dalam pembinaan itu ada berbagai kegiatan, kegiatan pembinaan kepribadian dan kemandirian. Kegiatan kemandirian itu di antarannya salon kecantikan, spa, barista, handmade membuat bunga dan rajutan, serta membatik.
Kegiatan membatik yang baru sebulan berjalan itu diberi nama LPrado, singkatan dari Lapas Perempuan Manado. Batik sendiri merupakan budaya asli Indonesia yang bisa dijumpai di berbagai wilayah di Tanah Air, termasuk di Sulut, yakni kain bentenan.
"Saya melihat agak sedikit berbeda, itu kenapa saya tertarik, saya ingin membuat suatu karya yang berbeda dari yang sudah ada di Sulut. Akhirnya kita memilih untuk melakukan kegiatan pembinaan kemandirian berupa membatik dengan maksud menggabungkan teknik membatik yang kita adopsi dari Jawa, karena kebetulan untuk instruktur kita datangkan dari Jawa Tengah dan untuk motifnya kita sengaja menciptakan motif khas Sulut," tutur Gayatri kepada MNC Portal Indonesia, Kamis (27/5).
Sudah ada beberapa motif yang berhasil dibuat. Hebatnya lagi, ada dua motif yang sudah terdaftar dan keluar sertifikat hak ciptanya yakni motif yang diberi nama Pesona Kawanua dan Satwa Puspa Kawanua.
"Ini mungkin berbeda dari tempat yang lain. Batiknya juga bermotif khas, kemudian dihasilkan oleh tangan-tangan terampil dari balik jeruji," kata Gayatri.
tulis komentar anda