Aplikasi Pulih Siap Mempermudah Pasien Kanker Selama Pandemi
Kamis, 29 Juli 2021 - 19:00 WIB
JAKARTA - Pandemi Covid-19 telah membuat perawatan kanker secara global sangat terganggu. Hal ini secara signifikan berdampak buruk karena kemungkinan untuk melakukan diagnosis dini, terapi, dan pemantauan pasien kanker menjadi tertunda.
Oleh karena itu, sebagai bagian dari program global New Normal, Same Cancer, AstraZeneca bersama dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) meluncurkan aplikasi Pulih (Program Peduli Sehat) yang bertujuan memudahkan pasien kanker mendapatkan akses terapi kanker.
Pulih merupakan aplikasi yang menyediakan layanan digital terintegrasi yang memberikan kemudahan kepada pasien untuk mengakses program bantuan pasien, pengingat jadwal minum obat, dan materi edukasi seputar penyakit, pengobatan, dan isu kesehatan lainnya.
Direktur AstraZeneca Indonesia, Rizman Abudaeri mengatakan, kanker membutuhkan deteksi dan penanganan sedini mungkin agar meningkatkan keberhasilan pengobatan kanker.
Menurut Rizman, pihaknya berkomitmen meningkatkan kesadaran dan turut mengkampanyekan akses terhadap penanganan kanker agar pasien dapat mengakses layanan kanker tanpa penundaan dan membantu melindungi orang yang datang ke klinik kanker untuk meminimalkan risiko penularan Covid-19.
"Ini sejalan dengan praktik layanan bagi pasien yang telah dimodifikasi oleh banyak fasilitas kesehatan selama dalam masa pandemi ini," ucapnya dalam Media Gathering Virtual, Rabu (28/7).
Ketua Tim Kerja Onkologi Paru PDPI, Prof. dr. Elisna Syahruddin Ph.D, Sp.P(K) menjelaskan, berdasarkan data Global Cancer Statistic (Globocan) 2020, jumlah kasus baru kanker paru di Indonesia meningkat 8,8% menjadi 34.783 kasus atau menempati peringkat ketiga.
Sementara itu, jumlah kematian akibat kanker paru meningkat 13,2% menjadi 30.843 jiwa atau menempati peringkat pertama. Hal itu disebabkan oleh karena sebagian besar pasien terdiagnosa pada stadium lanjut.
"Diagnosis dan pengobatan yang tepat waktu merupakan faktor penting untuk menentukan keberhasilan pengobatan kanker paru. Masyarakat perlu menghindari faktor risiko kanker paru dan mengetahui gejala kanker paru sehingga apabila merasakan beberapa gejala tersebut, perlu segera melakukan konsultasi kepada dokter agar bisa terdiagnosa lebih cepat," papar Prof Elisna.
Dia menambahkan, lebih dari itu, pasien yang sudah terdiagnosa, harus mendapatkan terapi sesuai dengan kondisinya karena kanker paru berkembang dengan cepat. "Masa pandemi tidak menyebabkan pasien harus berhenti melakukan pemantauan terlebih melanjutkan terapi," ungkap Prof Elisna.
Oleh karena itu, sebagai bagian dari program global New Normal, Same Cancer, AstraZeneca bersama dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) meluncurkan aplikasi Pulih (Program Peduli Sehat) yang bertujuan memudahkan pasien kanker mendapatkan akses terapi kanker.
Pulih merupakan aplikasi yang menyediakan layanan digital terintegrasi yang memberikan kemudahan kepada pasien untuk mengakses program bantuan pasien, pengingat jadwal minum obat, dan materi edukasi seputar penyakit, pengobatan, dan isu kesehatan lainnya.
Direktur AstraZeneca Indonesia, Rizman Abudaeri mengatakan, kanker membutuhkan deteksi dan penanganan sedini mungkin agar meningkatkan keberhasilan pengobatan kanker.
Menurut Rizman, pihaknya berkomitmen meningkatkan kesadaran dan turut mengkampanyekan akses terhadap penanganan kanker agar pasien dapat mengakses layanan kanker tanpa penundaan dan membantu melindungi orang yang datang ke klinik kanker untuk meminimalkan risiko penularan Covid-19.
"Ini sejalan dengan praktik layanan bagi pasien yang telah dimodifikasi oleh banyak fasilitas kesehatan selama dalam masa pandemi ini," ucapnya dalam Media Gathering Virtual, Rabu (28/7).
Ketua Tim Kerja Onkologi Paru PDPI, Prof. dr. Elisna Syahruddin Ph.D, Sp.P(K) menjelaskan, berdasarkan data Global Cancer Statistic (Globocan) 2020, jumlah kasus baru kanker paru di Indonesia meningkat 8,8% menjadi 34.783 kasus atau menempati peringkat ketiga.
Sementara itu, jumlah kematian akibat kanker paru meningkat 13,2% menjadi 30.843 jiwa atau menempati peringkat pertama. Hal itu disebabkan oleh karena sebagian besar pasien terdiagnosa pada stadium lanjut.
"Diagnosis dan pengobatan yang tepat waktu merupakan faktor penting untuk menentukan keberhasilan pengobatan kanker paru. Masyarakat perlu menghindari faktor risiko kanker paru dan mengetahui gejala kanker paru sehingga apabila merasakan beberapa gejala tersebut, perlu segera melakukan konsultasi kepada dokter agar bisa terdiagnosa lebih cepat," papar Prof Elisna.
Dia menambahkan, lebih dari itu, pasien yang sudah terdiagnosa, harus mendapatkan terapi sesuai dengan kondisinya karena kanker paru berkembang dengan cepat. "Masa pandemi tidak menyebabkan pasien harus berhenti melakukan pemantauan terlebih melanjutkan terapi," ungkap Prof Elisna.
(nug)
Lihat Juga :
tulis komentar anda