Ramen Ini Terbuat dari Jangkrik, Anda Berani Coba?
Senin, 01 Juni 2020 - 11:30 WIB
TOKYO - Umumnya ramen dimasak menggunakan daging sapi, ayam, atau babi. Namun di Jepang, terdapat ramen yang tidak biasa. Yuto Shinohara menggunakan serangga, yakni jangkrik, sebagai bahan baku ramen buatannya.
Tidak tanggung-tanggung, sambil mengaduk panci perak berukuran besar, Shinohara menjelaskan bahwa dalam panci tersebut terdapat 10.000 jangkrik untuk persediaan 100 mangkuk ramen. ( )
Ramen yang dibuat Shinohara dan timnya terlihat serta berbau seperti di restoran-restoran di seluruh Jepang. Di mana ramen terdiri atas mi putih lembut dengan kuah gurih, potongan daging babi, plus potongan-potongan lemak dari acar rebung. Tidak terlihat sama sekali kalau kaldu, minyak, kecap, dan bahkan mi yang dibuat pria 26 tahun itu menggunakan jangkrik. Kecuali, serangga goreng yang diletakkan di sebelah hiasan daun mitsuba pada permukaan kuah.
Shinohara pada dasarnya bukan koki profesional. Ia lebih suka mendeskripsikan dirinya sebagai anak bumi. Kecintaan terhadap semua hal yang berhubungan dengan alamlah yang melatarbelakangi Shinohara membuat makanan berbasis serangga.
"Saya ingin memperkenalkan kegembiraan makan serangga, sehingga serangga akan dihormati secara setara untuk hewan dan tumbuhan," kata Shinohara, seperti dikutip AFP.
Kisah cinta Shinohara dengan serangga dimulai sejak kecil, ketika ia menghabiskan sebagian besar waktu di ladang serta semak-semak untuk menangkap belalang dan jangkrik. Dia begitu terpesona sampai akhirnya mencicipi diam-diam.
"Saya tidak bisa memberi tahu siapa pun bahwa saya suka serangga atau saya makan serangga sampai saya berusia sekitar 20 tahun. Saya takut dianggap orang aneh atau diintimidasi karenanya," kisah Shinohara.
Manusia telah memakan serangga selama ribuan tahun dan tetap menjadi makanan umum di banyak negara di Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Oseania. Tetapi, bagi banyak orang di belahan dunia Barat dan di tempat lain, serangga bukanlah makanan yang umum dikonsumsi.
Pakar lingkungan dan pertanian telah mencoba mengatasi hal ini dengan mempromosikan serangga sebagai sumber mineral dan protein. Meski Shinohara mendukung serangga dijadikan bahan makanan, tapi dia tidak menyukai gagasan serangga sebagai makanan pilihan terakhir.
Tidak tanggung-tanggung, sambil mengaduk panci perak berukuran besar, Shinohara menjelaskan bahwa dalam panci tersebut terdapat 10.000 jangkrik untuk persediaan 100 mangkuk ramen. ( )
Ramen yang dibuat Shinohara dan timnya terlihat serta berbau seperti di restoran-restoran di seluruh Jepang. Di mana ramen terdiri atas mi putih lembut dengan kuah gurih, potongan daging babi, plus potongan-potongan lemak dari acar rebung. Tidak terlihat sama sekali kalau kaldu, minyak, kecap, dan bahkan mi yang dibuat pria 26 tahun itu menggunakan jangkrik. Kecuali, serangga goreng yang diletakkan di sebelah hiasan daun mitsuba pada permukaan kuah.
Shinohara pada dasarnya bukan koki profesional. Ia lebih suka mendeskripsikan dirinya sebagai anak bumi. Kecintaan terhadap semua hal yang berhubungan dengan alamlah yang melatarbelakangi Shinohara membuat makanan berbasis serangga.
"Saya ingin memperkenalkan kegembiraan makan serangga, sehingga serangga akan dihormati secara setara untuk hewan dan tumbuhan," kata Shinohara, seperti dikutip AFP.
Kisah cinta Shinohara dengan serangga dimulai sejak kecil, ketika ia menghabiskan sebagian besar waktu di ladang serta semak-semak untuk menangkap belalang dan jangkrik. Dia begitu terpesona sampai akhirnya mencicipi diam-diam.
"Saya tidak bisa memberi tahu siapa pun bahwa saya suka serangga atau saya makan serangga sampai saya berusia sekitar 20 tahun. Saya takut dianggap orang aneh atau diintimidasi karenanya," kisah Shinohara.
Manusia telah memakan serangga selama ribuan tahun dan tetap menjadi makanan umum di banyak negara di Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Oseania. Tetapi, bagi banyak orang di belahan dunia Barat dan di tempat lain, serangga bukanlah makanan yang umum dikonsumsi.
Pakar lingkungan dan pertanian telah mencoba mengatasi hal ini dengan mempromosikan serangga sebagai sumber mineral dan protein. Meski Shinohara mendukung serangga dijadikan bahan makanan, tapi dia tidak menyukai gagasan serangga sebagai makanan pilihan terakhir.
tulis komentar anda