72% Wisatawan Indonesia Pilih Opsi Berkelanjutan Ketika Berwisata Kembali Di Masa Depan.
Rabu, 03 Juni 2020 - 12:46 WIB
JAKARTA - Perusahaan perjalanan digital Booking.com, mengungkapkan tren positif terkait komitmen para wisatawan untuk memilih dan menerapkan wisata berkelanjutan di masa depan. Hasil riset mereka menunjukkan, 93% wisatawan Indonesia menganggap bahwa wisata berkelanjutan penting bagi mereka, sementara 72% berkomitmen untuk memilih opsi berkelanjutan ketika berwisata kembali di masa depan.
Selain itu, melihat dampak nyata aktivitas wisata terhadap lingkungan membuat 76% wisatawan memilih hal-hal yang lebih ramah lingkungan dalam keseharian mereka. Namun, walaupun banyak dari temuan ini cukup menjanjikan, masih banyak tantangan yang harus dihadapi, karena 37% wisatawan Indonesia tidak mengetahui bagaimana cara atau di mana dapat menemukan opsi wisata berkelanjutan dan 47% menganggap pilihan wisata berkelanjutan cukup terbatas. Ini menunjukkan bahwa masih ada peluang untuk memberikan edukasi mengenai opsi pariwisata berkelanjutan yang sebetulnya sudah ada saat ini. ( )
Untuk memudahkan wisatawan menemukan dan memilih wisata berkelanjutan, koalisi the Travalyst, kemitraan global yang diinisiasi oleh The Duke of Sussex bersama dengan Booking.com dan perusahaan-perusahaan terkemuka lainnya, baru-baru ini mengumumkan perkembangan dari 'Kerangka Kerja Baru' yang mendukung perkembangan dan tingkatkan pilihan akomodasi, penerbangan dan pengalaman berkelanjutan di seluruh industri.
Dari rilis yang diterima SINDOnews, Rabu (3/6), Booking-com juga memberikan beberapa hasil risetnya antara lain mengenai opsi akomodasi berkelanjutan. Hasil riset menyebutkan sebanyak 98% wisatawan Indonesia mengatakan mereka berencana untuk menginap di akomodasi ramah lingkungan di 2020. Dari 78% wisatawan Indonesia yang pernah menginap di akomodasi ramah lingkungan, 51% melakukan itu untuk membantu mengurangi dampak kurang baik terhadap lingkungan.
Untuk meyakinkan 2% wisatawan yang belum tertarik memilih akomodasi ramah lingkungan, dengan secara konsisten memperlihatkan sistem berkelanjutan dan ramah lingkungan dapat menginspirasi orang lain untuk berwisata dengan opsi ini, karena 75% wisatawan mengakui kalau mereka merasa lebih yakin untuk memilih sebuah akomodasi apabila tempat tersebut memiliki citra ramah lingkungan (eco-label).
Booking.com membuat kemajuan untuk penerapan citra yang lebih jelas, mengeksplorasi cara-cara baru untuk mengekspos praktik sistem berkelanjutan di semua jenis akomodasi di seluruh dunia, mulai dari mengurangi penggunaan plastik hingga menghemat air dan energi. Langkah-langkah awal ini bertujuan untuk mengekspos praktik berkelanjutan pada properti (yang juga diverifikasi oleh pelanggan dengan berkesinambungan perusahaan bersama Travalyst) untuk mengembangkan citra berkelanjutan yang mudah dipahami pada skala industri.
Sementara untuk wisatawan yang peduli, sebanyak 41% wisatawan Indonesia mengakui mereka akan terdorong untuk memilih opsi pariwisata berkelanjutan jika perusahaan travel menawarkan destinasi alternatif yang dapat mengurangi keramaian. Para wisatawan juga mempertimbangkan alternatif moda transportasi untuk mencapai destinasi, dengan 34% memilih untuk bepergian jarak jauh menggunakan kereta dibandingkan mobil serta mengurangi jejak karbon.Ketika tiba saatnya dapat berwisata kembali, temuan-temuan ini menunjukkan ada kemungkinan bahwa para wisatawan akan meneruskan memilih opsi yang lebih bijaksana seperti misalnya pergi ke destinasi yang jarang dikunjungi dan memilih moda transportasi alternatif untuk sampai ke tujuan. (Baca juga : Staycation di Tiga Water Villa Cantik di Jakarta ini, Tak Kalah Seperti di Maldives )
Selain itu, dalam upaya peduli lingkungan dengan menjadikannya bebas plastik, wisatawan didorong untuk menurunkan jumlah penggunaan plastik sekali pakai, "Ini merupakan tujuan utama dari para wisatawan dunia di masa depan,"tulis Booking.com.
Terkait istilah “pariwisata dan perjalanan berkelanjutan,” 12% wisatawan mengasosiasikan istilah ini dengan mengurangi limbah atau plastik daur ulang. Sebanyak 48% wisatawan Indonesia mengatakan bahwa mereka membawa botol air minum mereka sendiri daripada membeli air dalam kemasan saat mengunjungi destinasi selama setahun kemarin, sementara itu 56% mengatakan kalau mereka merasa frustasi ketika sebuah akomodasi melarang mereka untuk melakukan upaya berkelanjutan kala itu.
Selain memberikan edukasi terkait tips dan informasi untuk membantu properti agar beroperasi secara berkelanjutan, Booking.com juga akan menguji fitur-fitur yang memungkinkan properti memperlihatkan upaya penerapan ramah lingkungan mereka kepada para calon pelanggan misalnya dengan mengurangi pemakaian plastik sekali pakai dengan tidak menggunakan sedotan plastik, alat masak, barang pecah belah, tidak menyediakan perlengkapan mandi denengan botol plastik, atau berhenti menggunakan air dalam kemasan di akomodasi tersebut.
Riset yang dilakukan Booking.com dilakukan secara independen dengan total sampel 20,432 responden di 22 wilayah (Brazil, Meksiko, Amerika Serikat, Kanada, Australia, Inggris, Belanda, Jerman, Perancis, Italia, Spanyol, Israel, Jepang, Cina, Taiwan, Korea Selatan, Indonesia, India, Mesir, Maroko, Kenya dan Afrika Selatan). Ketentuan untuk melakukan survei ini, para responden harus berumur 18 tahun atau lebih, harus sudah pernah bepergian setidaknya satu kali dalam 12 bulan terakhir, dan juga seseorang yang membuat keputusan atau berpartisipasi membuat keputusan dalam perjalanannya. Survei ini dilakukan secara online pada bulan Maret 2020.
Selain itu, melihat dampak nyata aktivitas wisata terhadap lingkungan membuat 76% wisatawan memilih hal-hal yang lebih ramah lingkungan dalam keseharian mereka. Namun, walaupun banyak dari temuan ini cukup menjanjikan, masih banyak tantangan yang harus dihadapi, karena 37% wisatawan Indonesia tidak mengetahui bagaimana cara atau di mana dapat menemukan opsi wisata berkelanjutan dan 47% menganggap pilihan wisata berkelanjutan cukup terbatas. Ini menunjukkan bahwa masih ada peluang untuk memberikan edukasi mengenai opsi pariwisata berkelanjutan yang sebetulnya sudah ada saat ini. ( )
Untuk memudahkan wisatawan menemukan dan memilih wisata berkelanjutan, koalisi the Travalyst, kemitraan global yang diinisiasi oleh The Duke of Sussex bersama dengan Booking.com dan perusahaan-perusahaan terkemuka lainnya, baru-baru ini mengumumkan perkembangan dari 'Kerangka Kerja Baru' yang mendukung perkembangan dan tingkatkan pilihan akomodasi, penerbangan dan pengalaman berkelanjutan di seluruh industri.
Dari rilis yang diterima SINDOnews, Rabu (3/6), Booking-com juga memberikan beberapa hasil risetnya antara lain mengenai opsi akomodasi berkelanjutan. Hasil riset menyebutkan sebanyak 98% wisatawan Indonesia mengatakan mereka berencana untuk menginap di akomodasi ramah lingkungan di 2020. Dari 78% wisatawan Indonesia yang pernah menginap di akomodasi ramah lingkungan, 51% melakukan itu untuk membantu mengurangi dampak kurang baik terhadap lingkungan.
Untuk meyakinkan 2% wisatawan yang belum tertarik memilih akomodasi ramah lingkungan, dengan secara konsisten memperlihatkan sistem berkelanjutan dan ramah lingkungan dapat menginspirasi orang lain untuk berwisata dengan opsi ini, karena 75% wisatawan mengakui kalau mereka merasa lebih yakin untuk memilih sebuah akomodasi apabila tempat tersebut memiliki citra ramah lingkungan (eco-label).
Booking.com membuat kemajuan untuk penerapan citra yang lebih jelas, mengeksplorasi cara-cara baru untuk mengekspos praktik sistem berkelanjutan di semua jenis akomodasi di seluruh dunia, mulai dari mengurangi penggunaan plastik hingga menghemat air dan energi. Langkah-langkah awal ini bertujuan untuk mengekspos praktik berkelanjutan pada properti (yang juga diverifikasi oleh pelanggan dengan berkesinambungan perusahaan bersama Travalyst) untuk mengembangkan citra berkelanjutan yang mudah dipahami pada skala industri.
Sementara untuk wisatawan yang peduli, sebanyak 41% wisatawan Indonesia mengakui mereka akan terdorong untuk memilih opsi pariwisata berkelanjutan jika perusahaan travel menawarkan destinasi alternatif yang dapat mengurangi keramaian. Para wisatawan juga mempertimbangkan alternatif moda transportasi untuk mencapai destinasi, dengan 34% memilih untuk bepergian jarak jauh menggunakan kereta dibandingkan mobil serta mengurangi jejak karbon.Ketika tiba saatnya dapat berwisata kembali, temuan-temuan ini menunjukkan ada kemungkinan bahwa para wisatawan akan meneruskan memilih opsi yang lebih bijaksana seperti misalnya pergi ke destinasi yang jarang dikunjungi dan memilih moda transportasi alternatif untuk sampai ke tujuan. (Baca juga : Staycation di Tiga Water Villa Cantik di Jakarta ini, Tak Kalah Seperti di Maldives )
Selain itu, dalam upaya peduli lingkungan dengan menjadikannya bebas plastik, wisatawan didorong untuk menurunkan jumlah penggunaan plastik sekali pakai, "Ini merupakan tujuan utama dari para wisatawan dunia di masa depan,"tulis Booking.com.
Terkait istilah “pariwisata dan perjalanan berkelanjutan,” 12% wisatawan mengasosiasikan istilah ini dengan mengurangi limbah atau plastik daur ulang. Sebanyak 48% wisatawan Indonesia mengatakan bahwa mereka membawa botol air minum mereka sendiri daripada membeli air dalam kemasan saat mengunjungi destinasi selama setahun kemarin, sementara itu 56% mengatakan kalau mereka merasa frustasi ketika sebuah akomodasi melarang mereka untuk melakukan upaya berkelanjutan kala itu.
Selain memberikan edukasi terkait tips dan informasi untuk membantu properti agar beroperasi secara berkelanjutan, Booking.com juga akan menguji fitur-fitur yang memungkinkan properti memperlihatkan upaya penerapan ramah lingkungan mereka kepada para calon pelanggan misalnya dengan mengurangi pemakaian plastik sekali pakai dengan tidak menggunakan sedotan plastik, alat masak, barang pecah belah, tidak menyediakan perlengkapan mandi denengan botol plastik, atau berhenti menggunakan air dalam kemasan di akomodasi tersebut.
Riset yang dilakukan Booking.com dilakukan secara independen dengan total sampel 20,432 responden di 22 wilayah (Brazil, Meksiko, Amerika Serikat, Kanada, Australia, Inggris, Belanda, Jerman, Perancis, Italia, Spanyol, Israel, Jepang, Cina, Taiwan, Korea Selatan, Indonesia, India, Mesir, Maroko, Kenya dan Afrika Selatan). Ketentuan untuk melakukan survei ini, para responden harus berumur 18 tahun atau lebih, harus sudah pernah bepergian setidaknya satu kali dalam 12 bulan terakhir, dan juga seseorang yang membuat keputusan atau berpartisipasi membuat keputusan dalam perjalanannya. Survei ini dilakukan secara online pada bulan Maret 2020.
(wid)
tulis komentar anda