Varian Delta Plus AY. 4.2 Menyebar di Eropa, Ini Gejalanya
Selasa, 23 November 2021 - 09:12 WIB
JAKARTA - Inggris dan beberapa negara Eropa lainnya diserang varian Delta Plus AY.4.2. Varian Delta tersebut menyumbang sekitar 12 persen dari sampel yang dikumpulkan peneliti hingga 5 November 2021.
Varian Delta Plus AY.4.2 diperkirakan 10 hingga 15 persen lebih mudah menular daripada varian Delta lainnya dan itu yang membuat Inggris dan beberapa negara Eropa lainnya kini kelimpungan. Bahkan, menurut laporan The Mirror, Inggris melaporkan varian ini mendominasi dalam beberapa bulan terakhir.
Hal yang menjadi perhatian Inggris sekarang adalah fakta bahwa AY.4.2 tidak begitu menunjukkan gejala. Seperti dilaporkan laman My London, serangan AY.4.2 sangat kecil kemungkinan menyebabkan kasus bergejala, dibandingkan varian sebelumnya.
"Dua per tiga atau 66,7% dari mereka yang terpapar AY.4.2 dalam penelitian ini bergejala, berbanding dengan 76,4% pasien terpapar varian Delta AY.4," ungkap laporan tersebut yang dikutip, Selasa (23/11/2021).
Gejala yang banyak dilaporkan pasien AY.4.2 amat klasik, seperti demam, batuk terus menerus, pun kehilangan kemampuan mengecap rasa atau mencium bau.
"Kasus AY.4.2 adalah ancaman serius karena mereka yang terpapar tidak semuanya pasti bergejala, dan jika pasien harus menunggu bergejala dulu akan memungkinkan virus menyebar lebih banyak ke orang lain," kata Christl Donnelly, seorang profesor epidemiologi statistik di Imperial College London.
Dengan kondisi tersebut, sambung Christl, amat penting untuk pemerintah menggiatkan testing dan tracing di masyarakat. "Memastikan semua yang kontak erat dites meski tanpa gejala adalah upaya yang harus dilakukan sekarang untuk mengurangi transmisi virus," tambahnya.
Sementara itu, para ilmuwan sangat berharap agar penyuntikan vaksin booster segera dilakukan demi memutus rantai penyebaran virus. Selain itu, pembatasan perjalanan juga diperlukan dan ini sudah dilakukan pada Italia, Swiss, Kroasia, dan Belanda.
Varian Delta Plus AY.4.2 diperkirakan 10 hingga 15 persen lebih mudah menular daripada varian Delta lainnya dan itu yang membuat Inggris dan beberapa negara Eropa lainnya kini kelimpungan. Bahkan, menurut laporan The Mirror, Inggris melaporkan varian ini mendominasi dalam beberapa bulan terakhir.
Hal yang menjadi perhatian Inggris sekarang adalah fakta bahwa AY.4.2 tidak begitu menunjukkan gejala. Seperti dilaporkan laman My London, serangan AY.4.2 sangat kecil kemungkinan menyebabkan kasus bergejala, dibandingkan varian sebelumnya.
"Dua per tiga atau 66,7% dari mereka yang terpapar AY.4.2 dalam penelitian ini bergejala, berbanding dengan 76,4% pasien terpapar varian Delta AY.4," ungkap laporan tersebut yang dikutip, Selasa (23/11/2021).
Gejala yang banyak dilaporkan pasien AY.4.2 amat klasik, seperti demam, batuk terus menerus, pun kehilangan kemampuan mengecap rasa atau mencium bau.
"Kasus AY.4.2 adalah ancaman serius karena mereka yang terpapar tidak semuanya pasti bergejala, dan jika pasien harus menunggu bergejala dulu akan memungkinkan virus menyebar lebih banyak ke orang lain," kata Christl Donnelly, seorang profesor epidemiologi statistik di Imperial College London.
Dengan kondisi tersebut, sambung Christl, amat penting untuk pemerintah menggiatkan testing dan tracing di masyarakat. "Memastikan semua yang kontak erat dites meski tanpa gejala adalah upaya yang harus dilakukan sekarang untuk mengurangi transmisi virus," tambahnya.
Sementara itu, para ilmuwan sangat berharap agar penyuntikan vaksin booster segera dilakukan demi memutus rantai penyebaran virus. Selain itu, pembatasan perjalanan juga diperlukan dan ini sudah dilakukan pada Italia, Swiss, Kroasia, dan Belanda.
(hri)
tulis komentar anda