Hari AIDS Sedunia, UNAIDS Soroti Rendahnya Akses Pengobatan di Indonesia
Rabu, 01 Desember 2021 - 06:35 WIB
JAKARTA - Program Gabungan PBB untuk HIV/AIDS (UNAIDS) mengeluarkan peringatan, jika para pemimpin gagal mengatasi ketidaksetaraan dan langkah-langkah transformatif yang diperlukan untuk mengakhiri AIDS, dunia akan terus terjebak dalam krisis Covid-19 dan tidak siap menghadapi pandemi yang akan datang.
“Masih ada jutaan orang di dunia yang tertinggal dalam respon HIV karena ketimpangan sosial,” ungkap UNAIDS Indonesia Country Director Krittayawan Boonto melalui siaran pers, Selasa (30/11/2021).
“Hal ini semakin diperparah dengan adanya pandemi Covid-19. Kegagalan untuk meningkatkan capaian baik layanan pencegahan, tes, dan pengobatan HIV akan mengakibatkan 7,7 juta kematian selama dekade ini,” tambahnya.
Peringatan tersebut muncul dalam laporan terbaru yang diluncurkan UNAIDS dalam rangka peringatan Hari AIDS Sedunia hari ini, 1 Desember 2021, yang berjudul Unequal, Unprepared, Under Threat: Why Bold Action Against Inequalities is Needed to End AIDS, Stop COVID-19, and Prepare for Future Pandemics.
Peluncuran laporan ini dilakukan UNAIDS Indonesia bersama Kementerian Kesehatan RI dan Jaringan Indonesia Positif dalam acara Tempo Press Briefing, kemarin (30/11/2021).
Beberapa negara, termasuk negara dengan angka HIV tertinggi, telah berhasil membuat kemajuan yang luar biasa melawan AIDS. Namun, capaian itu tidak merata sehingga secara global masih terjadi 1,5 juta infeksi HIV baru pada 2020, di mana 31% terjadi di kalangan orang muda berusia 15-24 tahun.
Pada 2020, diestimasikan ada 37,7 juta orang hidup dengan HIV di dunia, 15% di antaranya atau 5,8 juta orang tinggal di kawasan Asia dan Pasifik.
Tahun ini menandai 40 tahun pertama kalinya kasus AIDS dilaporkan. Sejak itu, data UNAIDS menunjukkan ada kemajuan besar, terutama pada perluasan akses ke pengobatan. Pada Juni 2021, sebanyak 28,2 juta orang telah mengakses pengobatan HIV, naik dari 7,8 juta pada 2010.
“Masih ada jutaan orang di dunia yang tertinggal dalam respon HIV karena ketimpangan sosial,” ungkap UNAIDS Indonesia Country Director Krittayawan Boonto melalui siaran pers, Selasa (30/11/2021).
“Hal ini semakin diperparah dengan adanya pandemi Covid-19. Kegagalan untuk meningkatkan capaian baik layanan pencegahan, tes, dan pengobatan HIV akan mengakibatkan 7,7 juta kematian selama dekade ini,” tambahnya.
Peringatan tersebut muncul dalam laporan terbaru yang diluncurkan UNAIDS dalam rangka peringatan Hari AIDS Sedunia hari ini, 1 Desember 2021, yang berjudul Unequal, Unprepared, Under Threat: Why Bold Action Against Inequalities is Needed to End AIDS, Stop COVID-19, and Prepare for Future Pandemics.
Peluncuran laporan ini dilakukan UNAIDS Indonesia bersama Kementerian Kesehatan RI dan Jaringan Indonesia Positif dalam acara Tempo Press Briefing, kemarin (30/11/2021).
Beberapa negara, termasuk negara dengan angka HIV tertinggi, telah berhasil membuat kemajuan yang luar biasa melawan AIDS. Namun, capaian itu tidak merata sehingga secara global masih terjadi 1,5 juta infeksi HIV baru pada 2020, di mana 31% terjadi di kalangan orang muda berusia 15-24 tahun.
Pada 2020, diestimasikan ada 37,7 juta orang hidup dengan HIV di dunia, 15% di antaranya atau 5,8 juta orang tinggal di kawasan Asia dan Pasifik.
Tahun ini menandai 40 tahun pertama kalinya kasus AIDS dilaporkan. Sejak itu, data UNAIDS menunjukkan ada kemajuan besar, terutama pada perluasan akses ke pengobatan. Pada Juni 2021, sebanyak 28,2 juta orang telah mengakses pengobatan HIV, naik dari 7,8 juta pada 2010.
tulis komentar anda