Studi: Vaksin Booster Sinovac Gagal Tangkal Omicron
Kamis, 23 Desember 2021 - 22:57 WIB
JAKARTA - Studi terbaru menyebutkan, tiga dosis vaksin Sinovac tidak menghasilkan kadar antibodi yang cukup kuat untuk melindungi tubuh dari paparan Omicron. Artinya, vaksin yang banyak dipakai di dunia ini gagal menangkal serangan Omicron .
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang yang telah menerima suntikan Sinovac, yang dikenal sebagai CoronaVac, harus mencari vaksin jenis lain untuk booster mereka.
Penelitian yang dipimpin Malik Peiris dan David Hui ini meneliti produksi antibodi penawar virus dalam darah orang yang divaksinasi dengan dua suntikan yang sekarang digunakan di Hong Kong. Mereka mengonfirmasi dua dosis vaksin tidak cukup untuk menangkal serangan Omicron.
"Dengan temuan tersebut, peneliti menyarankan orang yang sebelumnya menerima dosis lengkap Sinovac memilih vaksin booster BioNTech, karena terbukti secara signifikan meningkatkan kadar antibodi terhadap Omicron," terang laporan penelitian dari University of Hong Kong dan The Chinese University of Hong Kong, dikutip dari Bloomberg, Kamis (23/12/2021).
Di sisi lain, mengandalkan dua dosis vaksin BioNTech, yang dikenal sebagai Comirnaty, juga tidak cukup. Artinya, kombinasi antara Sinovac dan BioNTech bisa menjadi jalan keluar dari masalah ini. Tidak bisa mengandalkan satu vaksin saja untuk booster yang diharapkan bisa cegah Omicron.
Sementara itu, sampai sekarang masih belum diketahui berapa lama kekuatan Sinovac bertahan di dalam tubuh. Ini mengartikan, diperlukan segera pemberian booster kepada penerima Sinovac untuk melindungi mereka dari Omicron.
Data Bloomberg mencatat bahwa ada lebih dari 2,3 miliar dosis suntikan yang diproduksi dan dikirim, sebagian besar untuk China dan negara berkembang.
Dengan Omicron yang 70 kali lebih mudah menular daripada varian Delta, penelitian lebih lanjut untuk membuat vaksin baru yang lebih spesifik terhadap Omicron diperlukan, karena itu cara yang bisa dilakukan untuk keluar dari pandemi.
Pekan lalu, Sinovac merilis studi laboratorium yang mengatakan 94 persen orang yang mendapatkan tiga dosis vaksin menghasilkan antibodi penetralisir, meskipun tidak disebutkan levelnya. Untuk kejelasan, pihak Bloomberg sudah meminta pernyataan Sinovac, namun hingga sekarang belum ada jawaban.
Lihat Juga: FKUI Ungkap Fakta Terbaru Penyakit Celiac di Indonesia, Prevalensi hingga Pasien yang Berisiko Tinggi
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang yang telah menerima suntikan Sinovac, yang dikenal sebagai CoronaVac, harus mencari vaksin jenis lain untuk booster mereka.
Baca Juga
Penelitian yang dipimpin Malik Peiris dan David Hui ini meneliti produksi antibodi penawar virus dalam darah orang yang divaksinasi dengan dua suntikan yang sekarang digunakan di Hong Kong. Mereka mengonfirmasi dua dosis vaksin tidak cukup untuk menangkal serangan Omicron.
"Dengan temuan tersebut, peneliti menyarankan orang yang sebelumnya menerima dosis lengkap Sinovac memilih vaksin booster BioNTech, karena terbukti secara signifikan meningkatkan kadar antibodi terhadap Omicron," terang laporan penelitian dari University of Hong Kong dan The Chinese University of Hong Kong, dikutip dari Bloomberg, Kamis (23/12/2021).
Di sisi lain, mengandalkan dua dosis vaksin BioNTech, yang dikenal sebagai Comirnaty, juga tidak cukup. Artinya, kombinasi antara Sinovac dan BioNTech bisa menjadi jalan keluar dari masalah ini. Tidak bisa mengandalkan satu vaksin saja untuk booster yang diharapkan bisa cegah Omicron.
Sementara itu, sampai sekarang masih belum diketahui berapa lama kekuatan Sinovac bertahan di dalam tubuh. Ini mengartikan, diperlukan segera pemberian booster kepada penerima Sinovac untuk melindungi mereka dari Omicron.
Data Bloomberg mencatat bahwa ada lebih dari 2,3 miliar dosis suntikan yang diproduksi dan dikirim, sebagian besar untuk China dan negara berkembang.
Dengan Omicron yang 70 kali lebih mudah menular daripada varian Delta, penelitian lebih lanjut untuk membuat vaksin baru yang lebih spesifik terhadap Omicron diperlukan, karena itu cara yang bisa dilakukan untuk keluar dari pandemi.
Pekan lalu, Sinovac merilis studi laboratorium yang mengatakan 94 persen orang yang mendapatkan tiga dosis vaksin menghasilkan antibodi penetralisir, meskipun tidak disebutkan levelnya. Untuk kejelasan, pihak Bloomberg sudah meminta pernyataan Sinovac, namun hingga sekarang belum ada jawaban.
Lihat Juga: FKUI Ungkap Fakta Terbaru Penyakit Celiac di Indonesia, Prevalensi hingga Pasien yang Berisiko Tinggi
(tsa)
tulis komentar anda