Pria Ukraina Tetap Positif Covid-19 Selama Lebih dari Sebulan Usai Meninggal
Sabtu, 05 Maret 2022 - 12:34 WIB
JAKARTA - Pria Ukraina dilaporkan positif Covid-19 hampir enam minggu penuh atau lebih dari sebulan setelah meninggal di Italia. Jerusalem Post melaporkan pria 41 tahun itu hilang pada September 2021 di pantai Italia, tempat dia pergi berenang di laut bersama temannya.
Dilansir dari The Health Site, Sabtu (5/3/2022) 16 jam kemudian, dia ditemukan dan dinyatakan meninggal setelah tenggelam. Anehnya, jenazah pria tersebut dinyatakan positif Covid-19 tidak kurang dari 28 kali dan tetap positif selama lebih dari sebulan.
Terungkap bahwa pria itu positif Covid-19 tanpa gejala sebelum meninggal. Peneliti Italia melaporkan kasus ini dalam sebuah artikel yang diterbitkan di BMC Journal of Medical Case Reports. Mereka mengatakan pria itu memiliki viral load yang cukup rendah ketika dia meninggal.
Partikel virus dapat diidentifikasi bahkan setelah 41 hari berlalu. Sementara tes tidak lagi menyerap RNA manusia, yaitu sel manusia menjadi tidak dapat dikenali. Berdasarkan data ini, peneliti menekankan pentingnya swab postmortem dalam otopsi, dan tidak hanya pada potensi kematian terkait Covid-19.
"Ahli patologi harus memeriksa partikel virus lama setelah saat kematian, bahkan jika viral load awal yang rendah telah dinilai," jelas Cristian D'Ovidio dari Center for Advanced Studies and Technology (CAST) di Universitas G. d'Annunzio di Chieti-Pescara, Italia.
Para peneliti Italia mencatat bahwa ada data terbatas tentang keberadaan virus pada mayat dan risiko infeksi dari mayat. Tetapi mereka menekankan pentingnya perawatan mayat selama pandemi Covid-19 karena melakukan otopsi postmortem menempatkan pekerja dengan kontak dengan kemungkinan sumber risiko biologis.
Pada 2020, peneliti dari Inggris telah melaporkan kasus serupa ketika virus corona baru penyebab Covid-19 terdeteksi di paru-paru seorang pria berusia 50 tahun hampir sebulan atau 27 hari setelah dia meninggal karena penyakit tersebut.
Hal paling membingungkan para peneliti adalah bahwa swab hidung dan tenggorokan yang diuji tepat setelah kematiannya ternyata negatif. Namun, sebuah penelitian AIIMS Delhi tahun lalu mengungkapkan bahwa penularan Covid-19 melalui orang mati sangat kecil kemungkinannya.
Kepala Forensik AIIMS Dr Sudhir Gupta mengatakan bahwa virus corona tidak tetap aktif di rongga hidung dan mulut 12 hingga 24 jam setelah kematian orang yang terinfeksi. Tidak ada risiko penularan infeksi dari sisa-sisa manusia sehingga pengumpulan tulang dan abu benar-benar aman.
Dilansir dari The Health Site, Sabtu (5/3/2022) 16 jam kemudian, dia ditemukan dan dinyatakan meninggal setelah tenggelam. Anehnya, jenazah pria tersebut dinyatakan positif Covid-19 tidak kurang dari 28 kali dan tetap positif selama lebih dari sebulan.
Terungkap bahwa pria itu positif Covid-19 tanpa gejala sebelum meninggal. Peneliti Italia melaporkan kasus ini dalam sebuah artikel yang diterbitkan di BMC Journal of Medical Case Reports. Mereka mengatakan pria itu memiliki viral load yang cukup rendah ketika dia meninggal.
Partikel virus dapat diidentifikasi bahkan setelah 41 hari berlalu. Sementara tes tidak lagi menyerap RNA manusia, yaitu sel manusia menjadi tidak dapat dikenali. Berdasarkan data ini, peneliti menekankan pentingnya swab postmortem dalam otopsi, dan tidak hanya pada potensi kematian terkait Covid-19.
"Ahli patologi harus memeriksa partikel virus lama setelah saat kematian, bahkan jika viral load awal yang rendah telah dinilai," jelas Cristian D'Ovidio dari Center for Advanced Studies and Technology (CAST) di Universitas G. d'Annunzio di Chieti-Pescara, Italia.
Para peneliti Italia mencatat bahwa ada data terbatas tentang keberadaan virus pada mayat dan risiko infeksi dari mayat. Tetapi mereka menekankan pentingnya perawatan mayat selama pandemi Covid-19 karena melakukan otopsi postmortem menempatkan pekerja dengan kontak dengan kemungkinan sumber risiko biologis.
Pada 2020, peneliti dari Inggris telah melaporkan kasus serupa ketika virus corona baru penyebab Covid-19 terdeteksi di paru-paru seorang pria berusia 50 tahun hampir sebulan atau 27 hari setelah dia meninggal karena penyakit tersebut.
Hal paling membingungkan para peneliti adalah bahwa swab hidung dan tenggorokan yang diuji tepat setelah kematiannya ternyata negatif. Namun, sebuah penelitian AIIMS Delhi tahun lalu mengungkapkan bahwa penularan Covid-19 melalui orang mati sangat kecil kemungkinannya.
Baca Juga
Kepala Forensik AIIMS Dr Sudhir Gupta mengatakan bahwa virus corona tidak tetap aktif di rongga hidung dan mulut 12 hingga 24 jam setelah kematian orang yang terinfeksi. Tidak ada risiko penularan infeksi dari sisa-sisa manusia sehingga pengumpulan tulang dan abu benar-benar aman.
(dra)
Lihat Juga :
tulis komentar anda