Mengetahui Gangguan Saluran Cerna pada Anak
Jum'at, 24 April 2020 - 12:45 WIB
Saluran cerna merupakan organ yang kompleks, dibangun oleh 40% jaringan limfoid atau gut associated lymphoid tissue (GALT), menghasilkan 80% antibodi dan ratusan juta sel saraf. Saluran cerna berperan penting pada sistem pertahanan tubuh. Di dalamnya terdapat miliaran mikrobiota.
Dikatakan dr Frieda Handayani SpA (K), dokter spesialis anak konsultan gastroenterologi hepatologi anak yang berpraktik di RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, saluran cerna yang sehat mampu mencerna dan menyerap makanan, motilitas, fungsi imun, dan keseimbangan mikrobiota yang sesuai.
"Makanya kalau ingin anak sehat, kita harus menyehatkan saluran cernanya dulu. Karena saluran cerna itu paling banyak diproduksi antibodi yang disebut dengan imunologi," jelas dr Frieda.
Ia membeberkan beberapa gangguan saluran cerna yang lazim dialami anak-anak. Pertama, diare, sekira 50-60% diare disebabkan oleh rotavirus. Biasanya diare ditandai frekuensi buang air besar (BAB) yang bertambah dari normal, yaitu sekitar lebih dari 3 kali dalam sehari dengan tekstur tinja pun lembek atau cair. Menerapkan pola hidup sehat dan rutin mencuci tangan sebelum dan setelah makan adalah pencegahan penyakit ini.
Sebaliknya, konstipasi merupakan kondisi seseorang kesulitan BAB. Tanda anak mengalami konstipasi dapat dilihat dari frekuensi BAB berkurang menjadi 2 kali dalam seminggu. Biasanya, tinja yang dikeluarkan akan keras, kering, dan bulat. Perubahan pola makan dan kurang serat adalah penyebabnya. Gangguan saluran cerna lainnya ialah refluks asam lambung (GERD).
Ini adalah kondisi yang membuat anak muntah secara terus menerus. Keluhan umum di antaranya di bagian atas dada (heartburn), sakit pada saat menelan, sering batuk, serak atau mengi, bersendawa berlebihan, mual, asam lambung terasa di tenggorokan, dan gejala refluks memberat bila sedang berbaring.
Dr Frieda juga menerangkan soal intoleransi laktosa. Terlalu banyak mengonsumsi produk susu dapat menyebabkan intoleransi laktosa. Gejala umum yang terjadi, yaitu nyeri perut, kembung, merah di sekitar anus, dan tinja berbau asam. Orang tua juga perlu waspada jika anak mengalami mual, muntah, kehilangan nafsu, sakit di bagian tengah perut. Ini adalah gejala umum radang usus buntu.
Adapun irritable bowel syndrome (IBS) terkait gangguan di usus besar. Kondisi ini membuat saraf yang bertanggung jawab pada kontraksi otot saluran cerna (peristalsis), yang bertugas mendorong makanan melewati rongga usus menjadi lebih sensitif. Dinding dalam otot saluran cerna nantinya bereaksi lebih terhadap stimulan ringan, seperti produk susu dan stres emosional. Hal ini pun dapat menyebabkan kram. (Sri Noviarni)
Dikatakan dr Frieda Handayani SpA (K), dokter spesialis anak konsultan gastroenterologi hepatologi anak yang berpraktik di RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, saluran cerna yang sehat mampu mencerna dan menyerap makanan, motilitas, fungsi imun, dan keseimbangan mikrobiota yang sesuai.
"Makanya kalau ingin anak sehat, kita harus menyehatkan saluran cernanya dulu. Karena saluran cerna itu paling banyak diproduksi antibodi yang disebut dengan imunologi," jelas dr Frieda.
Ia membeberkan beberapa gangguan saluran cerna yang lazim dialami anak-anak. Pertama, diare, sekira 50-60% diare disebabkan oleh rotavirus. Biasanya diare ditandai frekuensi buang air besar (BAB) yang bertambah dari normal, yaitu sekitar lebih dari 3 kali dalam sehari dengan tekstur tinja pun lembek atau cair. Menerapkan pola hidup sehat dan rutin mencuci tangan sebelum dan setelah makan adalah pencegahan penyakit ini.
Sebaliknya, konstipasi merupakan kondisi seseorang kesulitan BAB. Tanda anak mengalami konstipasi dapat dilihat dari frekuensi BAB berkurang menjadi 2 kali dalam seminggu. Biasanya, tinja yang dikeluarkan akan keras, kering, dan bulat. Perubahan pola makan dan kurang serat adalah penyebabnya. Gangguan saluran cerna lainnya ialah refluks asam lambung (GERD).
Ini adalah kondisi yang membuat anak muntah secara terus menerus. Keluhan umum di antaranya di bagian atas dada (heartburn), sakit pada saat menelan, sering batuk, serak atau mengi, bersendawa berlebihan, mual, asam lambung terasa di tenggorokan, dan gejala refluks memberat bila sedang berbaring.
Dr Frieda juga menerangkan soal intoleransi laktosa. Terlalu banyak mengonsumsi produk susu dapat menyebabkan intoleransi laktosa. Gejala umum yang terjadi, yaitu nyeri perut, kembung, merah di sekitar anus, dan tinja berbau asam. Orang tua juga perlu waspada jika anak mengalami mual, muntah, kehilangan nafsu, sakit di bagian tengah perut. Ini adalah gejala umum radang usus buntu.
Adapun irritable bowel syndrome (IBS) terkait gangguan di usus besar. Kondisi ini membuat saraf yang bertanggung jawab pada kontraksi otot saluran cerna (peristalsis), yang bertugas mendorong makanan melewati rongga usus menjadi lebih sensitif. Dinding dalam otot saluran cerna nantinya bereaksi lebih terhadap stimulan ringan, seperti produk susu dan stres emosional. Hal ini pun dapat menyebabkan kram. (Sri Noviarni)
(ysw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda