Jangan Salahkan MSG Kalau Otak Lemot
Kamis, 07 April 2022 - 10:56 WIB
JAKARTA - Berbagai macam mitos dan fakta tentang monosodium glutamate (MSG) dikupas tuntas dalam diskusi bertajuk “Anak Zaman Now, Generasi Micin?” yang digelar Persatuan Pabrik Monosodium Glutamate dan Glutamic Acid Indonesia (P2MI) di studio JPM TV, Jakarta, kemarin. Para narasumber yang hadir dalam diskusi tersebut menekankan pentingnya edukasi tentang keseimbangan gizi dalam setiap menu yang dikonsumsi.
Hadir dalam diskusi tersebut, Direktur Pengawasan Peredaran Pangan Olahan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Dra Ratna Irawati, Apt. M.Kes, Ketua Bidang Komunikasi P2MI Ir. Satria Gentur Pinandita, Ketua DPD Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) DKI Jakarta Sunersi Handayani SKM, MKM, serta ex JKT48 dan peserta Masterchef Indonesia Yuri Kim.
Mitos paling umum yang berkembang di masyarakat adalah MSG bisa membuat bodoh. “Tidak ada bukti MSG mengubah kimaotak,” kata Ketua DPD Persagi DKI Jakarta Sunersi Handayani dalam paparannya kemarin. Sunersi menyebutkan bahwa memang pernah ada penelitian tentang dampak MSG terhadap fungsi otak. Namun riset tersebut menggunakan dosis MSG yang cukup besar dan disuntikkan pada hewan. “Padahal MSG kan dimakan. Bukan disuntikkan,” kata Sunersi.
Sunersi menambahkan, yang terpenting adalah menyeimbangkan gizi yang dikonsumsi. Terutama kepada anak yang masih dalam masa pertumbuhan. Kecukupan protein dalam makanan, misalnya, bisa meningkatkan kecerdasan.
Asam glutamat yang merupakan kandungan terbanyak di MSG juga bisa berfungsi sebagai neuro transmitter di otak. Hal itu bisa membawa manfaat positif bagi kecerdasan. ”Jadi jangan salahkan MSG kalau otak lemot. Itu karena enggak belajar,” kata Sunersi.
Ketua Bidang Komunikasi P2MI Satria Gentur Pinandita menambahkan, asam glutamat juga diproduksi sendiri oleh tubuh. ”Jadi ini bukan racun,” kata Gentur.
Masyarakat bisa mengontrol sendiri konsumsi MSG dalam makanannya. Jika masakan kurang gurih bisa ditambah. “Tapi kalau kebanyakankan bisa eneg juga,” kata Satria.
Satria juga menambahkan dampak positif MSG. Salah satunya adalah rasa gurih yang terbukti bisa menekan konsumsi garam (natrium). Dengan berkurangnya kandungan natrium pada makanan, hal tersebut bisa menekan risiko hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Direktur Pengawasan Peredaran Pangan Olahan BPOM Ratna Irawati menegaskan bahwa MSG aman dikonsumsi. Berdasarkan Peraturan BPOM nomor 11 tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan, MSG dikategorikan sebagai bahan tambahan pangan. “Sifatnya tidak menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan,” kata Ratna.
Yuri Kim, ex JKT48 dan peserta Masterchef Indonesia, bercerita bahwa memang ada masakan yang kurang enak jika tidakm enggunakan MSG. “Yang penting kan tidak berlebihan,” ujarnya.
Hadir dalam diskusi tersebut, Direktur Pengawasan Peredaran Pangan Olahan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Dra Ratna Irawati, Apt. M.Kes, Ketua Bidang Komunikasi P2MI Ir. Satria Gentur Pinandita, Ketua DPD Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) DKI Jakarta Sunersi Handayani SKM, MKM, serta ex JKT48 dan peserta Masterchef Indonesia Yuri Kim.
Mitos paling umum yang berkembang di masyarakat adalah MSG bisa membuat bodoh. “Tidak ada bukti MSG mengubah kimaotak,” kata Ketua DPD Persagi DKI Jakarta Sunersi Handayani dalam paparannya kemarin. Sunersi menyebutkan bahwa memang pernah ada penelitian tentang dampak MSG terhadap fungsi otak. Namun riset tersebut menggunakan dosis MSG yang cukup besar dan disuntikkan pada hewan. “Padahal MSG kan dimakan. Bukan disuntikkan,” kata Sunersi.
Sunersi menambahkan, yang terpenting adalah menyeimbangkan gizi yang dikonsumsi. Terutama kepada anak yang masih dalam masa pertumbuhan. Kecukupan protein dalam makanan, misalnya, bisa meningkatkan kecerdasan.
Asam glutamat yang merupakan kandungan terbanyak di MSG juga bisa berfungsi sebagai neuro transmitter di otak. Hal itu bisa membawa manfaat positif bagi kecerdasan. ”Jadi jangan salahkan MSG kalau otak lemot. Itu karena enggak belajar,” kata Sunersi.
Ketua Bidang Komunikasi P2MI Satria Gentur Pinandita menambahkan, asam glutamat juga diproduksi sendiri oleh tubuh. ”Jadi ini bukan racun,” kata Gentur.
Masyarakat bisa mengontrol sendiri konsumsi MSG dalam makanannya. Jika masakan kurang gurih bisa ditambah. “Tapi kalau kebanyakankan bisa eneg juga,” kata Satria.
Satria juga menambahkan dampak positif MSG. Salah satunya adalah rasa gurih yang terbukti bisa menekan konsumsi garam (natrium). Dengan berkurangnya kandungan natrium pada makanan, hal tersebut bisa menekan risiko hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Direktur Pengawasan Peredaran Pangan Olahan BPOM Ratna Irawati menegaskan bahwa MSG aman dikonsumsi. Berdasarkan Peraturan BPOM nomor 11 tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan, MSG dikategorikan sebagai bahan tambahan pangan. “Sifatnya tidak menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan,” kata Ratna.
Yuri Kim, ex JKT48 dan peserta Masterchef Indonesia, bercerita bahwa memang ada masakan yang kurang enak jika tidakm enggunakan MSG. “Yang penting kan tidak berlebihan,” ujarnya.
(atk)
Lihat Juga :
tulis komentar anda