Ini Personal Branding yang Pas untuk para Content Creator
Rabu, 13 April 2022 - 21:20 WIB
JAKARTA - Creative dan Personal Branding Consultant, Temi Budi Satria mengatakan, bahwa personal branding bagi content creator terbagi dua, yaitu online dan offline.
Temi memberikan contoh personal branding offline, yaitu menjadi tetangga yang baik atau suka menolong. Maka saat akan melakukan personal branding secara online, orang-orang akan tertarik karena kesehariannya juga terlihat baik.
"Biasanya personal branding itu ada offline ada online. Tetangga yang baik, tetangga yang suka menolong itu personal branding," kata Temi dalam podcast Aksi Nyata Perindo dikutip dari kanal YouTube Partai Perindo , Rabu (13/4/2022).
Namun, personal branding yang harus dilakukan adalah hal yang positif. Selain itu, Temi juga menekankan pentingnya melakukan personal branding yang memberikan manfaat, serta tidak mencari sensasi.
"Kalau bisa personal branding itu yang positif, punya value. Jangan dicreate sedemikian rupa hanya untuk mencari sensasi. Kenapa? Karena biasanya yang seperti itu tidak akan langgeng," jelas Temi.
Selain itu, sesuatu yang cepat viral, Temi menambahkan bahwa biasanya akan mudah tenggelam kembali. Apalagi jika sesuatu viral sekaligus dibalut dengan sensasi, bukan personal branding secara positif.
"Kenapa penting untuk jadi diri sendiri. Menurut saya sangat penting, karena hal-hal yang mandiri itu melekat pada diri kita," pungkasnya.
Temi memberikan contoh personal branding offline, yaitu menjadi tetangga yang baik atau suka menolong. Maka saat akan melakukan personal branding secara online, orang-orang akan tertarik karena kesehariannya juga terlihat baik.
"Biasanya personal branding itu ada offline ada online. Tetangga yang baik, tetangga yang suka menolong itu personal branding," kata Temi dalam podcast Aksi Nyata Perindo dikutip dari kanal YouTube Partai Perindo , Rabu (13/4/2022).
Namun, personal branding yang harus dilakukan adalah hal yang positif. Selain itu, Temi juga menekankan pentingnya melakukan personal branding yang memberikan manfaat, serta tidak mencari sensasi.
"Kalau bisa personal branding itu yang positif, punya value. Jangan dicreate sedemikian rupa hanya untuk mencari sensasi. Kenapa? Karena biasanya yang seperti itu tidak akan langgeng," jelas Temi.
Selain itu, sesuatu yang cepat viral, Temi menambahkan bahwa biasanya akan mudah tenggelam kembali. Apalagi jika sesuatu viral sekaligus dibalut dengan sensasi, bukan personal branding secara positif.
"Kenapa penting untuk jadi diri sendiri. Menurut saya sangat penting, karena hal-hal yang mandiri itu melekat pada diri kita," pungkasnya.
(dra)
tulis komentar anda