Pengaruhi Kualitas Hidup Perempuan, Basmi Stigma Negatif Menstruasi
Minggu, 07 Agustus 2022 - 05:25 WIB
JAKARTA - Stigma buruk soal menstruasi melekat kuat di masyarakat Indonesia. Itu yang menyebabkan sebagian orang tidak berani bicara lantang mengatakan menstruasi, melainkan menggantinya dengan kata 'datang bulan' atau 'dapet'.
Stigma 'kotor' yang banyak diamini warga Indonesia. Hal tersebut tentu berdampak pada kualitas hidup perempuan . Bahkan, dinilai mampu mengurangi kesetaraan gender bagi si perempuan.
Persoalan ini pun pernah di-capture UNICEF Indonesia dalam surveinya. Ya, dalam survei tersebut diketahui bahwa 78 persen remaja perempuan dan juga ibu mencuci pembalut mereka sebelum dibuang karena ketakutan akan stigma 'kotor' tersebut.
Selain itu, penelitian UNICEF Indonesia juga menemukan hanya sebagian perempuan mengganti pembalut mereka setelah 8 jam penggunaan.
Bahkan, hampir semua remaja perempuan yang terlibat dalam penelitian mengaku tidak mengganti pembalut mereka selama di sekolah dengan alasan merasa malu.
Bergerak dari adanya stigma dan persepsi tabu soal menstruasi itu, gerakan sosial atau kampanye #RevolusiMenstruasi yang diinisiasi Nona digaungkan ke masyarakat.
"Dampak dari stigma negatif dan tabu soal menstruasi ini menurut kami sudah memengaruhi kualitas hidup perempuan Indonesia," kata Co-Founder Nona, Nicole Jizhar dalam keterangan resminya, Sabtu (6/8/2022).
Bahkan, adanya stigma 'kotor' pada menstruasi itu diyakini Nicole dan tim Nona dapat mengarah kepada ketidaksetaraan gender di tengah masyarakat. Karena itu, penting bagi masyarakat untuk ikut vokal membasmi stigma negatif ini dengan kampanye #RevolusiMenstruasi.
Stigma 'kotor' yang banyak diamini warga Indonesia. Hal tersebut tentu berdampak pada kualitas hidup perempuan . Bahkan, dinilai mampu mengurangi kesetaraan gender bagi si perempuan.
Persoalan ini pun pernah di-capture UNICEF Indonesia dalam surveinya. Ya, dalam survei tersebut diketahui bahwa 78 persen remaja perempuan dan juga ibu mencuci pembalut mereka sebelum dibuang karena ketakutan akan stigma 'kotor' tersebut.
Selain itu, penelitian UNICEF Indonesia juga menemukan hanya sebagian perempuan mengganti pembalut mereka setelah 8 jam penggunaan.
Bahkan, hampir semua remaja perempuan yang terlibat dalam penelitian mengaku tidak mengganti pembalut mereka selama di sekolah dengan alasan merasa malu.
Bergerak dari adanya stigma dan persepsi tabu soal menstruasi itu, gerakan sosial atau kampanye #RevolusiMenstruasi yang diinisiasi Nona digaungkan ke masyarakat.
"Dampak dari stigma negatif dan tabu soal menstruasi ini menurut kami sudah memengaruhi kualitas hidup perempuan Indonesia," kata Co-Founder Nona, Nicole Jizhar dalam keterangan resminya, Sabtu (6/8/2022).
Bahkan, adanya stigma 'kotor' pada menstruasi itu diyakini Nicole dan tim Nona dapat mengarah kepada ketidaksetaraan gender di tengah masyarakat. Karena itu, penting bagi masyarakat untuk ikut vokal membasmi stigma negatif ini dengan kampanye #RevolusiMenstruasi.
tulis komentar anda