Waspadai Ancaman Serangan Cacar Monyet
Rabu, 10 Agustus 2022 - 15:39 WIB
JAKARTA - Masyarakat dunia boleh sedikit lega karena pandemi Covid-19 sudah mulai mereda. Meski masih ada, namun ancaman virus Corona tersebut tidak seganas sebelumnya. Meski begitu, ancaman virus lain kini mulai menyebar ke seluruh dunia. Hingga saat ini sudah lebih dari 26 ribu orang lebih dari 87 negara telah terpapar virus cacar monyet . Semua negara sedang waspada dan berusaha mengantipasi agar virus tersebut tidak menjadi pandemi seperti Covid-19.
Seperti dilaporkan Reuters, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mendesak kelompok itu untuk mempertimbangkan mengurangi jumlah pasangan seksual baru dan menukar rincian kontak dengan pasangan baru. "Ini adalah wabah yang dapat dihentikan. Cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan mengurangi risiko paparan," kata Tedros dalam konferensi pers dari Jenewa dikutip dari Sindonews.com. "Itu berarti membuat pilihan yang aman untuk diri sendiri dan orang lain," lanjutnya.
Cacar monyet juga telah menyebar ke Benua Eropa. Salah satunya Inggris yang cukup unik penderitanya. Gejala cacar monyet terbaru dilaporkan di Inggris, pasiennya mengalami pembengkakan Mr P dan nyeri dubur. Penelitian dilakukan oleh Guys and St Thomas's NHS Foundation Trust di London, mengamati 197 pasien yang dites positif cacar monyet sejak Mei hingga Juni 2022. Semuanya adalah laki-laki dengan 196 di antaranya pria gay, biseksual, atau laki-laki berhubungan seks dengan laki-laki. Ini mencerminkan situasi secara global bahwa wabah ini memang mempengaruhi kelompok LGBT, sekali pun virus cacar monyet bisa menginfeksi semua orang.
Di Asia, sedikitnya sembilan negara yang sudah mengonfirmasi ada kasus cacar monyet. Yaitu, Singapura, Thailand, Filipina, Korea Selatan, India, Turki, Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab. Singapura, misalnya, negara tetangga terdekat dengan Indonesia sudah mengonfirmasi temuan 11 kasus.
Sehingga potensi virus tersebut sangat dimungkinkan menyebar ke Indonesia. Adapun pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan RI menegaskan sampai saat ini, belum ditemukan kasus cacat monyet. Beberapa hari lalu sempat ada laporan gejala cacar monyet ditemukan diidap seseorang di Jawa Tengah. Namun, setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium hasilnya negatif.
Seperti keganasan cacar monyet? Dalam situs Kemkes.go.id, disebutkan cacar monyet disebabkan oleh virus human monkeypox (MPXV) orthopoxvirus dari famili poxviridae yang bersifat highlipatogenik atau zoonosis. Virus Ini pertama kali ditemukan pada monyet di tahun 1958, sedangkan kasus pertama pada manusia (anak-anak) terjadi pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo.
Di tahun 2017, Nigeria mengalami wabah besar dengan lebih dari 500 kasus yang dicurigai, dan lebih dari 200 kasus yang dikonfirmasi dengan rasio kematian kasus sekitar 3 persen. Cacar monyet juga merupakan penyakit zoonosis, penyakit yang bisa ditularkan dari hewan ke manusia. Namun, monyet bukanlah pembawa utama penyakit.
Adapun penyebaran cacar monyet antar manusia melalui percikan liur yang masuk melalui mata, mulut, hidung, atau luka-luka di kulit. Penularan ini juga bisa terjadi melalui benda yang terkontaminasi, seperti pada pakaian para pasiennya. Sementara gejalanya biasanya akan muncul sekitar 5-21 hari sejak penderita terinfeksi virus.
Awalnya, penyakit cacar monyet memiliki gejala yang serupa dengan cacar air, yaitu seperti bintil berair. Gejala umum cacar monyet, seperti demam dan pembengkakan kelenjar getah bening. Sejumlah ahli menyebut bahwa virus cacar monyet telah bermutasi yang berbeda dengan awal ditemukan di Afrika. Apakah cacar monyet akan menjadi pandemi seperti Covid-19? Apakah Indonesia bisa terhindar dari cacar monyet? Ikuti beritanya di News RCTI+ yang akan terus mengulas berbagai perkembangan terbaru terkait penyebaran virus asal Afrika ini.
Seperti dilaporkan Reuters, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mendesak kelompok itu untuk mempertimbangkan mengurangi jumlah pasangan seksual baru dan menukar rincian kontak dengan pasangan baru. "Ini adalah wabah yang dapat dihentikan. Cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan mengurangi risiko paparan," kata Tedros dalam konferensi pers dari Jenewa dikutip dari Sindonews.com. "Itu berarti membuat pilihan yang aman untuk diri sendiri dan orang lain," lanjutnya.
Cacar monyet juga telah menyebar ke Benua Eropa. Salah satunya Inggris yang cukup unik penderitanya. Gejala cacar monyet terbaru dilaporkan di Inggris, pasiennya mengalami pembengkakan Mr P dan nyeri dubur. Penelitian dilakukan oleh Guys and St Thomas's NHS Foundation Trust di London, mengamati 197 pasien yang dites positif cacar monyet sejak Mei hingga Juni 2022. Semuanya adalah laki-laki dengan 196 di antaranya pria gay, biseksual, atau laki-laki berhubungan seks dengan laki-laki. Ini mencerminkan situasi secara global bahwa wabah ini memang mempengaruhi kelompok LGBT, sekali pun virus cacar monyet bisa menginfeksi semua orang.
Di Asia, sedikitnya sembilan negara yang sudah mengonfirmasi ada kasus cacar monyet. Yaitu, Singapura, Thailand, Filipina, Korea Selatan, India, Turki, Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab. Singapura, misalnya, negara tetangga terdekat dengan Indonesia sudah mengonfirmasi temuan 11 kasus.
Sehingga potensi virus tersebut sangat dimungkinkan menyebar ke Indonesia. Adapun pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan RI menegaskan sampai saat ini, belum ditemukan kasus cacat monyet. Beberapa hari lalu sempat ada laporan gejala cacar monyet ditemukan diidap seseorang di Jawa Tengah. Namun, setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium hasilnya negatif.
Seperti keganasan cacar monyet? Dalam situs Kemkes.go.id, disebutkan cacar monyet disebabkan oleh virus human monkeypox (MPXV) orthopoxvirus dari famili poxviridae yang bersifat highlipatogenik atau zoonosis. Virus Ini pertama kali ditemukan pada monyet di tahun 1958, sedangkan kasus pertama pada manusia (anak-anak) terjadi pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo.
Di tahun 2017, Nigeria mengalami wabah besar dengan lebih dari 500 kasus yang dicurigai, dan lebih dari 200 kasus yang dikonfirmasi dengan rasio kematian kasus sekitar 3 persen. Cacar monyet juga merupakan penyakit zoonosis, penyakit yang bisa ditularkan dari hewan ke manusia. Namun, monyet bukanlah pembawa utama penyakit.
Adapun penyebaran cacar monyet antar manusia melalui percikan liur yang masuk melalui mata, mulut, hidung, atau luka-luka di kulit. Penularan ini juga bisa terjadi melalui benda yang terkontaminasi, seperti pada pakaian para pasiennya. Sementara gejalanya biasanya akan muncul sekitar 5-21 hari sejak penderita terinfeksi virus.
Awalnya, penyakit cacar monyet memiliki gejala yang serupa dengan cacar air, yaitu seperti bintil berair. Gejala umum cacar monyet, seperti demam dan pembengkakan kelenjar getah bening. Sejumlah ahli menyebut bahwa virus cacar monyet telah bermutasi yang berbeda dengan awal ditemukan di Afrika. Apakah cacar monyet akan menjadi pandemi seperti Covid-19? Apakah Indonesia bisa terhindar dari cacar monyet? Ikuti beritanya di News RCTI+ yang akan terus mengulas berbagai perkembangan terbaru terkait penyebaran virus asal Afrika ini.
tulis komentar anda