Cegah Risiko TBC pada Anak, dr Reisa: Ada Vaksin BCG
Selasa, 16 Agustus 2022 - 10:30 WIB
JAKARTA - Penyakit tuberkulosis atau TBC di Indonesia cukup familiar. Bagi para orang tua untuk melindungi anak dari TBC bisa dengan vaksinasi .
Vaksin yang bernama BCG dikhususkan untuk perlindungan dari penyakit TBC. Menurut ahli kesehatan dr Reisa anak yang tidak divaksinasi lebih berisiko terhadap TBC.
"Vaksin untuk TB itu ada BCG, terlebih pada anak yang belum divaksinasi atau imunisasi BCG berisiko. Kemudian juga hati-hati pada anak yang memiliki sistem kekebalan tubuh," kata dr Reisa Broto Asmoro, Duta Adaptasi Kebiasaan Baru dalam siaran sehat di kanal YouTube RRI Net Official, dikutip Selasa (16/8/2022)
Kelompok berisiko paling tinggi terhadap penyakit TBC, dijelaskan itu anak-anak. Terlebih yang masih usia masih kecil seperti balita.
Kemudian, mereka yang kekurangan gizi atau gizi buruh. Juga yang terinfeksi virus HIV hingga memiliki diabetes serta adanya kontak erat pada pasien atau orang mengidap TBC.
"Misalnya kalau usia masih kecil, karena balita kan berisiko sakit TBC lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya. Kemudian pada anak yang lain gizi buruk atau mengalami sakit parah seperti HIV atau diabetes, juga yang memiliki riwayat kontak erat dengan pasien TB lainnya," jelas dr Reisa.
Dalam kesempatan yang sama, ia menerangkan bahwa batuk Covid-19 dengan TBC memang hampir mirip. Maka dibutuhkan melakukan testing Covid-19 untuk memastikan apa bedanya dari TBC.
"Selain dengan cara diagnosis, juga harus bisa dilakukan dengan pcr supaya bisa mengeliminasi apakah covid 19 atau tidak," imbuh dr Reisa.
Vaksin yang bernama BCG dikhususkan untuk perlindungan dari penyakit TBC. Menurut ahli kesehatan dr Reisa anak yang tidak divaksinasi lebih berisiko terhadap TBC.
"Vaksin untuk TB itu ada BCG, terlebih pada anak yang belum divaksinasi atau imunisasi BCG berisiko. Kemudian juga hati-hati pada anak yang memiliki sistem kekebalan tubuh," kata dr Reisa Broto Asmoro, Duta Adaptasi Kebiasaan Baru dalam siaran sehat di kanal YouTube RRI Net Official, dikutip Selasa (16/8/2022)
Kelompok berisiko paling tinggi terhadap penyakit TBC, dijelaskan itu anak-anak. Terlebih yang masih usia masih kecil seperti balita.
Kemudian, mereka yang kekurangan gizi atau gizi buruh. Juga yang terinfeksi virus HIV hingga memiliki diabetes serta adanya kontak erat pada pasien atau orang mengidap TBC.
"Misalnya kalau usia masih kecil, karena balita kan berisiko sakit TBC lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya. Kemudian pada anak yang lain gizi buruk atau mengalami sakit parah seperti HIV atau diabetes, juga yang memiliki riwayat kontak erat dengan pasien TB lainnya," jelas dr Reisa.
Dalam kesempatan yang sama, ia menerangkan bahwa batuk Covid-19 dengan TBC memang hampir mirip. Maka dibutuhkan melakukan testing Covid-19 untuk memastikan apa bedanya dari TBC.
"Selain dengan cara diagnosis, juga harus bisa dilakukan dengan pcr supaya bisa mengeliminasi apakah covid 19 atau tidak," imbuh dr Reisa.
(hri)
Lihat Juga :
tulis komentar anda