Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo Tampil Anggun dalam Balutan Tenun Rote Ndao di Upacara HUT ke-77 RI
Rabu, 17 Agustus 2022 - 12:40 WIB
JAKARTA - Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf) Angela Tanoesoedibjo menghadiri upacara peringatan HUT ke-77 RI di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Rabu (17/8/2022). Ia tampak cantik saat mengenakan baju adat Tenun Rote Ndao asal Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Angela memilih Tenun Rote Ndao yang berwarna hitam putih, ditambah bula molik yang dipakai di kepalanya. Ini adalah aksesori berbentuk bulan sabit untuk para wanita di Pulau Rote. Aksesori tersebut tepatnya dipakai di bagian dahi. Kemudian dilengkapi selempang, sarung, serta ikat pinggang yang terbuat dari perak atau emas bernama pendi. Sebagai pelengkap, dikenakan pula kalung di leher yang bernama habas.
Kain tenun ikat Rote Ndao sendiri telah ada sejak ratusan tahun lalu. Sebelum penduduk Pulau Rote mengenal kapas sebagai bahan untuk membuat pakaian, suku di sana kerap membuat kain tenun dari bahan serat gewang.
Tenunan yang dihasilkan berupa sarung yang disebut Lambi Tei dan selimut yang disebut Lafe Tei. Kain cantik ini dikenakan sebagai pakaian harian maupun pakaian pesta.
Kemudian untuk menghasilkan warna-warna cantik pada kain tenun ini, orang Rote biasanya menggunakan pewarna alami. Misalnya mengkudu, tarum, kunyit, dan lain sebagainya. Di samping itu, sebagian pengrajin kain saat ini juga sudah memilih pewarna dari zat kimia.
Tak hanya dijadikan pakaian sehari-hari, kain Tenun Rote Ndao juga memiliki arti serta peranan yang sangat penting dalam banyak aspek kehidupan masyarakat tradisional Rote Ndao.
Angela memilih Tenun Rote Ndao yang berwarna hitam putih, ditambah bula molik yang dipakai di kepalanya. Ini adalah aksesori berbentuk bulan sabit untuk para wanita di Pulau Rote. Aksesori tersebut tepatnya dipakai di bagian dahi. Kemudian dilengkapi selempang, sarung, serta ikat pinggang yang terbuat dari perak atau emas bernama pendi. Sebagai pelengkap, dikenakan pula kalung di leher yang bernama habas.
Baca Juga
Kain tenun ikat Rote Ndao sendiri telah ada sejak ratusan tahun lalu. Sebelum penduduk Pulau Rote mengenal kapas sebagai bahan untuk membuat pakaian, suku di sana kerap membuat kain tenun dari bahan serat gewang.
Tenunan yang dihasilkan berupa sarung yang disebut Lambi Tei dan selimut yang disebut Lafe Tei. Kain cantik ini dikenakan sebagai pakaian harian maupun pakaian pesta.
Baca Juga
Kemudian untuk menghasilkan warna-warna cantik pada kain tenun ini, orang Rote biasanya menggunakan pewarna alami. Misalnya mengkudu, tarum, kunyit, dan lain sebagainya. Di samping itu, sebagian pengrajin kain saat ini juga sudah memilih pewarna dari zat kimia.
Tak hanya dijadikan pakaian sehari-hari, kain Tenun Rote Ndao juga memiliki arti serta peranan yang sangat penting dalam banyak aspek kehidupan masyarakat tradisional Rote Ndao.
(tsa)
Lihat Juga :
tulis komentar anda