Generasi GIGIH 2.0 dari YABB Luluskan 1.000 Talenta Teknologi yang Kompeten secara Teknis dan Karakter
Jum'at, 26 Agustus 2022 - 19:19 WIB
JAKARTA - Program Generasi GIGIH 2.0 yang diinisiasi Yayasan Anak Bangsa Bisa (YABB), organisasi nirlaba bagian dari Grup GoTo, resmi meluluskan lebih dari 1.000 future-ready tech talent. Para peserta dari pelosok Nusantara itu akan menambah jumlah lulusan Generasi GIGIH yang masuk ke dunia kerja teknologi, bahkan diharapkan bisa lebih baik dari Generasi GIGIH 1.0, di mana 78% mendapatkan pekerjaan dalam waktu tiga bulan setelah magang.
Dimulai sejak 2021, Generasi GIGIH adalah program pelatihan kompetensi komprehensif di jalur backend dan frontend engineer serta data analyst, dimulai dari pembelajaran di kelas sampai praktik melalui magang dan capstone project secara virtual. YABB bersama para mitra merancang program ini untuk menyiapkan generasi muda Indonesia agar memiliki kompetensi teknis, pola pikir yang tepat, dan ketangguhan dalam menghadapi perubahan.
Indonesia membutuhkan jutaan talenta unggul dan menguasai teknologi untuk mempercepat transformasi digital dan menuju Indonesia Emas 2045.
“Dukungan dari berbagai pihak amat dibutuhkan untuk melahirkan talenta teknologi muda Indonesia agar bisa memenuhi kebutuhan industri digital yang terus berkembang. Kami ingin program ini dapat menjadi jembatan antara generasi muda dengan industri digital,” kata Monica Oudang, Chairwoman Yayasan Anak Bangsa Bisa, di Jakarta, Kamis (25/8/2022).
Pada 2021, industri teknologi informasi dan komunikasi mendominasi pasar rekrutmen Indonesia sebesar 28,9%, dengan peningkatan tajam dalam kebutuhan data analyst dan scientists sebesar 76,6%, dan full stack engineer sebesar 50,9%. Kebutuhan talenta digital saat ini tidak hanya datang dari korporasi, namun juga dari start up yang sudah terintegrasi ke berbagai sektor seperti e-commerce, fintech, agritech, sektor logistik, medtech, dan edutech.
Chief Human Capital Officer Investree Raden Ariyo Putro mengatakan, sebagai pioneer fintech lending di Indonesia, pihaknya selalu membutuhkan talenta teknologi seiring perkembangan bisnis.
"Kami pun sangat senang telah merasakan manfaat besar sebagai salah satu mitra Generasi GIGIH, dan mengapresiasi YABB yang telah menginisiasi program ini,” ujarnya.
“Para peserta program, atau yang biasa disebut si GIGIH, turut berkontribusi dalam membawa perubahan kepada UMKM yang menjadi nasabah di platform kami. Ini menjadi bukti dari keberhasilan pelatihan kompetensi teknis backend dan frontend engineer, dan karakter mereka yang kreatif dan bisa beradaptasi dengan cepat,” lanjut Ariyo.
Generasi GIGIH 2.0 yang merupakan bagian dari program Kampus Merdeka Studi Independen, telah memberikan 900 jam waktu belajar kepada setiap si GIGIH berkat dukungan GoAcademy, Tokopedia Academy, Cakap, Kalibrr, Progate, Skilvul, dan Replit. Setiap pakar teknologi yang tergabung menjadi kontributor GIGIH telah membimbing selama 225 jam, dan setiap bisnis yang berperan sebagai mitra industri Generasi GIGIH telah membagikan ilmu serta pengalaman selama 240 jam.
Dimulai sejak 2021, Generasi GIGIH adalah program pelatihan kompetensi komprehensif di jalur backend dan frontend engineer serta data analyst, dimulai dari pembelajaran di kelas sampai praktik melalui magang dan capstone project secara virtual. YABB bersama para mitra merancang program ini untuk menyiapkan generasi muda Indonesia agar memiliki kompetensi teknis, pola pikir yang tepat, dan ketangguhan dalam menghadapi perubahan.
Indonesia membutuhkan jutaan talenta unggul dan menguasai teknologi untuk mempercepat transformasi digital dan menuju Indonesia Emas 2045.
“Dukungan dari berbagai pihak amat dibutuhkan untuk melahirkan talenta teknologi muda Indonesia agar bisa memenuhi kebutuhan industri digital yang terus berkembang. Kami ingin program ini dapat menjadi jembatan antara generasi muda dengan industri digital,” kata Monica Oudang, Chairwoman Yayasan Anak Bangsa Bisa, di Jakarta, Kamis (25/8/2022).
Pada 2021, industri teknologi informasi dan komunikasi mendominasi pasar rekrutmen Indonesia sebesar 28,9%, dengan peningkatan tajam dalam kebutuhan data analyst dan scientists sebesar 76,6%, dan full stack engineer sebesar 50,9%. Kebutuhan talenta digital saat ini tidak hanya datang dari korporasi, namun juga dari start up yang sudah terintegrasi ke berbagai sektor seperti e-commerce, fintech, agritech, sektor logistik, medtech, dan edutech.
Chief Human Capital Officer Investree Raden Ariyo Putro mengatakan, sebagai pioneer fintech lending di Indonesia, pihaknya selalu membutuhkan talenta teknologi seiring perkembangan bisnis.
"Kami pun sangat senang telah merasakan manfaat besar sebagai salah satu mitra Generasi GIGIH, dan mengapresiasi YABB yang telah menginisiasi program ini,” ujarnya.
“Para peserta program, atau yang biasa disebut si GIGIH, turut berkontribusi dalam membawa perubahan kepada UMKM yang menjadi nasabah di platform kami. Ini menjadi bukti dari keberhasilan pelatihan kompetensi teknis backend dan frontend engineer, dan karakter mereka yang kreatif dan bisa beradaptasi dengan cepat,” lanjut Ariyo.
Generasi GIGIH 2.0 yang merupakan bagian dari program Kampus Merdeka Studi Independen, telah memberikan 900 jam waktu belajar kepada setiap si GIGIH berkat dukungan GoAcademy, Tokopedia Academy, Cakap, Kalibrr, Progate, Skilvul, dan Replit. Setiap pakar teknologi yang tergabung menjadi kontributor GIGIH telah membimbing selama 225 jam, dan setiap bisnis yang berperan sebagai mitra industri Generasi GIGIH telah membagikan ilmu serta pengalaman selama 240 jam.
(tsa)
tulis komentar anda