Menikmati Jenang Gempol Khas Temanggung
Sabtu, 04 Juli 2020 - 14:29 WIB
TEMANGGUNG - Mengunjungi Desa Wisata “Trah Aji” Traji, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah sekilas terlihat biasa. Namun desa ini sebenanya menyimpan keindahan alam hingga keunikan kuliner tradisionalnya.
Di desa yang berjarak 17 km dari pusat Kota Temanggung ini, yang wajib dinikmati adalah jenang gempol. Jajanan ini tidak mudah didapat di daerah lain, sebab kuliner berbahan tepung beras ini hanya dibuat oleh satu keluarga di desa itu. Hingga saat ini pembuatan jenang gempol masih terjaga turun-temurun. Tak berlebihan jika ada sensasi yang berbeda saat menyantap kuliner ini.
Pasangan suami-istri Mbah Walmin (70) dan Mbah Jumput (68) adalah sang produsen jajanan ini. Kemampuannya itu diturunkan ke anak-cucunya. (Baca: Rentetan Fenomena Alam di 2020 dari Gerhana hingga Hujan Meteor)
“Iya, jenang gempol hanya dibuat di keluarga ini. Tidak ada yang lain. Saya juga diajari orang tua dulu dan sekarang saya tularkan ke anak dan cucu,” ujar Mbah Jumput di kediamannya Desa Traji RT 8 RW 4.
Dia menjelaskan, jenang gempol terbuat dari tepung beras. Caranya, beras digiling halus, lalu dikukus dan diaduk, kemudian dibuat gempol membulat besar. Selanjutnya dibentuk menjadi bulat kecil-kecil.
“Nah, itu kemudian buat jenangnya pakai tepung beras diberi gula merah. Jenang yang sudah jadi diberi gempol dan dibungkus dengan daun pisang,” tuturnya.
Menurut Mbah Jumput, jenang gempol bisa disantap langsung atau lebih nikmat dicampur dengan santan kelapa. Kekhasan rasa sajian itu akan membuat orang terus kangen.
“Bisa dimakan langsung setelah dicampur dan dibungkus daun pisang. Atau lebih enak pakai santan kelapa,” beber Mbah Jumput. (Baca juga: Parfum Ini Diklaim Miliki Aroma Ruang Angkasa)
Mbah Walmin menambahkan, di hari biasa dia bisa memproduksi 120 bungkus untuk dijual di sejumlah pasar tradisional di Temanggung.
Di desa yang berjarak 17 km dari pusat Kota Temanggung ini, yang wajib dinikmati adalah jenang gempol. Jajanan ini tidak mudah didapat di daerah lain, sebab kuliner berbahan tepung beras ini hanya dibuat oleh satu keluarga di desa itu. Hingga saat ini pembuatan jenang gempol masih terjaga turun-temurun. Tak berlebihan jika ada sensasi yang berbeda saat menyantap kuliner ini.
Pasangan suami-istri Mbah Walmin (70) dan Mbah Jumput (68) adalah sang produsen jajanan ini. Kemampuannya itu diturunkan ke anak-cucunya. (Baca: Rentetan Fenomena Alam di 2020 dari Gerhana hingga Hujan Meteor)
“Iya, jenang gempol hanya dibuat di keluarga ini. Tidak ada yang lain. Saya juga diajari orang tua dulu dan sekarang saya tularkan ke anak dan cucu,” ujar Mbah Jumput di kediamannya Desa Traji RT 8 RW 4.
Dia menjelaskan, jenang gempol terbuat dari tepung beras. Caranya, beras digiling halus, lalu dikukus dan diaduk, kemudian dibuat gempol membulat besar. Selanjutnya dibentuk menjadi bulat kecil-kecil.
“Nah, itu kemudian buat jenangnya pakai tepung beras diberi gula merah. Jenang yang sudah jadi diberi gempol dan dibungkus dengan daun pisang,” tuturnya.
Menurut Mbah Jumput, jenang gempol bisa disantap langsung atau lebih nikmat dicampur dengan santan kelapa. Kekhasan rasa sajian itu akan membuat orang terus kangen.
“Bisa dimakan langsung setelah dicampur dan dibungkus daun pisang. Atau lebih enak pakai santan kelapa,” beber Mbah Jumput. (Baca juga: Parfum Ini Diklaim Miliki Aroma Ruang Angkasa)
Mbah Walmin menambahkan, di hari biasa dia bisa memproduksi 120 bungkus untuk dijual di sejumlah pasar tradisional di Temanggung.
tulis komentar anda