Kasus Gagal Ginjal Akut pada Anak Makin Terkendali, Kemenkes: Fomepizole dari AS Jadi Stok
Senin, 07 November 2022 - 15:41 WIB
JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menegaskan bahwa per 6 November 2022 tidak ada kasus baru gagal ginjal akut di Indonesia. Ini menandakan bahwa penyakit yang sudah menewaskan 195 pasien mulai terkendali.
Di sisi lain, Kemenkes sedang menunggu kedatangan 70 vial Fomepizole dari Amerika Serikat yang dibeli dengan uang negara. Apa jadinya kalau obat-obatan tersebut tiba di Indonesia dan tidak dibutuhkan karena pasien di rumah sakit terus berkurang?
Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril menjawab persoalan tersebut. Menurutnya, sekalipun nanti tidak ada lagi pasien gagal ginjal akut di rumah sakit, obat tetap bisa bermanfaat untuk kasus keracunan.
"Kami beli (Fomepizole) dari AS dengan jumlah yang tidak banyak. Jika memang pasien gagal ginjal akut tidak ada lagi yang dirawat di rumah sakit karena kasus semakin terkendali, maka obat akan jadi stok negara, kami simpan," terang Syahril dalam konferensi pers virtual, Senin (7/11/2022).
Syahril melanjutkan, sebagai satu negara yang besar, penting bagi kita untuk memiliki stok obat. Jadi, jika suatu saat kejadian serupa gagal ginjal akut terjadi lagi, Indonesia sudah aman dan bisa dengan sigap mengatasi penyakit.
"Sebagai negara besar, kita harus punya stok obat. Jadi, 100 vial Fomepizole yang diproyeksi jadi obat stok, akan jadi obat antidotum yang kita miliki," terangnya.
"Lagipula, obat stok ini tetap aman diberikan ke masyarakat jika masa kadaluarsanya terjaga," tambah Syahril.
Perlu diketahui, Indonesia secara total telah memiliki 246 vial Fomepizole dari berbagai negara. Sebanyak 30 vial dibeli dari Singapura, sisanya 200 vial hibah dari Jepang dan 16 lainnya hibah dari Australia.
"Sebanyak 200 vial sudah kami distribusikan ke 21 rumah sakit di 34 provinsi, yang mana sebelumnya baru ke-14 rumah sakit," ungkap Syahril.
Di sisi lain, Kemenkes sedang menunggu kedatangan 70 vial Fomepizole dari Amerika Serikat yang dibeli dengan uang negara. Apa jadinya kalau obat-obatan tersebut tiba di Indonesia dan tidak dibutuhkan karena pasien di rumah sakit terus berkurang?
Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril menjawab persoalan tersebut. Menurutnya, sekalipun nanti tidak ada lagi pasien gagal ginjal akut di rumah sakit, obat tetap bisa bermanfaat untuk kasus keracunan.
"Kami beli (Fomepizole) dari AS dengan jumlah yang tidak banyak. Jika memang pasien gagal ginjal akut tidak ada lagi yang dirawat di rumah sakit karena kasus semakin terkendali, maka obat akan jadi stok negara, kami simpan," terang Syahril dalam konferensi pers virtual, Senin (7/11/2022).
Baca Juga
Syahril melanjutkan, sebagai satu negara yang besar, penting bagi kita untuk memiliki stok obat. Jadi, jika suatu saat kejadian serupa gagal ginjal akut terjadi lagi, Indonesia sudah aman dan bisa dengan sigap mengatasi penyakit.
"Sebagai negara besar, kita harus punya stok obat. Jadi, 100 vial Fomepizole yang diproyeksi jadi obat stok, akan jadi obat antidotum yang kita miliki," terangnya.
"Lagipula, obat stok ini tetap aman diberikan ke masyarakat jika masa kadaluarsanya terjaga," tambah Syahril.
Perlu diketahui, Indonesia secara total telah memiliki 246 vial Fomepizole dari berbagai negara. Sebanyak 30 vial dibeli dari Singapura, sisanya 200 vial hibah dari Jepang dan 16 lainnya hibah dari Australia.
"Sebanyak 200 vial sudah kami distribusikan ke 21 rumah sakit di 34 provinsi, yang mana sebelumnya baru ke-14 rumah sakit," ungkap Syahril.
(hri)
tulis komentar anda