Ibu Hamil Diminta Lakukan Skrining dan Minum Obat ARV Jika Positif HIV, Ini Kata Kemenkes
Kamis, 01 Desember 2022 - 15:45 WIB
JAKARTA - Temuan kasus HIV di Indonesia didominasi oleh usia produktif yaitu 19-59 tahun. Hal ini tentu, tidak lepas dari peranan ibu di waktu hamil, sebab penularan akan terjadi langsung kepada anak.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes dr. Maxi Rein Rondonuwu menjelaskan baru sekitar 15 persen ibu hamil di Indonesia konsumsi obat terapi Anti Retroviral (ARV).
"Hanya 15% ibu hamil yang hidup dengan HIV minum obat ARV. Semua ibu hamil itu betul-betul harus diskrining, untuk bisa menekan penularan secara vertikal agar anak-anak tidak terinfeksi," terang dr Maxi dalam Acara Puncak HAS, Satukan Langkah Cegah HIV, Semua Setara Akhiri AIDS di Jakarta, Kamis (1/12/2022)
Dalam kesempatan itu, ia mengungkap bahwa masih sedikit ibu hamil yang sadar akan HIV. Banyak faktor membuat ibu hamil, yang dinyatakan positif HIV tidak konsumsi obat terapi, antara lain jarak/akses dan minim kesadaran.
Padahal penularan HIV bisa ditekan hingga 100 persen, bila sang ibu saat hamil (positif HIV) rutin konsumsi ARV. Hal inilah, jadi salah satu prioritas kementerian kesehatan untuk memudahkan akses obat ARV pada ibu hamil.
"Kita lakukan yang positif diobati, disamping itu oleh prof Zubairi dikatakan juga kalau ibu hamil sedini mungkin dideteksi. Kemudian minum ARV itu 100 persen tidak akan menular ke anak-anak, dengan catatan dia harus minum teratur," ucap dr Maxi.
Obat ARV telah hadir sejak tahun 2004, mereka pun bisa mendapatkannya. Menurut dr Evy terapi ARV secara teratur sangat penting, bagi orang dengan HIV positif, karena bisa menekan jumlah virus HIV di tubuh dan sekaligus menjaga kekebalan tubuh (CD4 > 350).
Obat ini sudah menjadi program pemerintah dalam mengobati mereka yang mengidap HIV. Namun, mereka yang mengidap HIV, dikatakan tidak bisa sembuh secara total.
Menurut dr Evy, obat ARV mampu menekan jumlah virus human immunodeficiency (HIV) di dalam tubuh. "Nggak bisa dibilang sembuh total karena obat yang ada itu bisa menekan virus dalam tubuh. Tidak bisa menembus lokasi virus di sumsum tulang," jelas DR dr Evy Yunihastuti, SpPD Ketua 2 Perhimpunan Dokter Peduli AIDS (PDPAI) dalam Media Briefing secara online, Rabu (30/11/2022).
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes dr. Maxi Rein Rondonuwu menjelaskan baru sekitar 15 persen ibu hamil di Indonesia konsumsi obat terapi Anti Retroviral (ARV).
"Hanya 15% ibu hamil yang hidup dengan HIV minum obat ARV. Semua ibu hamil itu betul-betul harus diskrining, untuk bisa menekan penularan secara vertikal agar anak-anak tidak terinfeksi," terang dr Maxi dalam Acara Puncak HAS, Satukan Langkah Cegah HIV, Semua Setara Akhiri AIDS di Jakarta, Kamis (1/12/2022)
Dalam kesempatan itu, ia mengungkap bahwa masih sedikit ibu hamil yang sadar akan HIV. Banyak faktor membuat ibu hamil, yang dinyatakan positif HIV tidak konsumsi obat terapi, antara lain jarak/akses dan minim kesadaran.
Padahal penularan HIV bisa ditekan hingga 100 persen, bila sang ibu saat hamil (positif HIV) rutin konsumsi ARV. Hal inilah, jadi salah satu prioritas kementerian kesehatan untuk memudahkan akses obat ARV pada ibu hamil.
"Kita lakukan yang positif diobati, disamping itu oleh prof Zubairi dikatakan juga kalau ibu hamil sedini mungkin dideteksi. Kemudian minum ARV itu 100 persen tidak akan menular ke anak-anak, dengan catatan dia harus minum teratur," ucap dr Maxi.
Obat ARV telah hadir sejak tahun 2004, mereka pun bisa mendapatkannya. Menurut dr Evy terapi ARV secara teratur sangat penting, bagi orang dengan HIV positif, karena bisa menekan jumlah virus HIV di tubuh dan sekaligus menjaga kekebalan tubuh (CD4 > 350).
Obat ini sudah menjadi program pemerintah dalam mengobati mereka yang mengidap HIV. Namun, mereka yang mengidap HIV, dikatakan tidak bisa sembuh secara total.
Menurut dr Evy, obat ARV mampu menekan jumlah virus human immunodeficiency (HIV) di dalam tubuh. "Nggak bisa dibilang sembuh total karena obat yang ada itu bisa menekan virus dalam tubuh. Tidak bisa menembus lokasi virus di sumsum tulang," jelas DR dr Evy Yunihastuti, SpPD Ketua 2 Perhimpunan Dokter Peduli AIDS (PDPAI) dalam Media Briefing secara online, Rabu (30/11/2022).
(hri)
tulis komentar anda