Traveloka-AKAR Kolaborasi untuk Dorong Generasi Muda Peduli dan Jaga Kesehatan Mental

Kamis, 01 Desember 2022 - 12:21 WIB
Kesadaran masyarakat akan pentingnya aspek kesehatan mental masih minim di tengah tingginya jumlah populasi yang mengalami gangguan kesehatan mental. Foto Ilustrasi/iStock
JAKARTA - Kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya aspek kesehatan mental masih minim di tengah tingginya jumlah populasi yang mengalami gangguan kesehatan mental. Menurut data yang dilansir oleh Kemenkes pada 2021, tercatat 20% dari total penduduk Indonesia mengalami potensi masalah kesehatan mental.

Hal tersebut mendorong Traveloka untuk berkontribusi aktif memberikan solusi. Traveloka bekerja sama dengan organisasi nirlaba ingin mendukung tercapainya kesehatan mental yang lebih baik di kalangan generasi muda. Platform perjalanan itu bekerja sama dengan Asosiasi Kesehatan Remaja Indonesia (AKAR), yaitu organisasi yang memiliki fokus perhatian pada kesehatan remaja usia 10-24 tahun.

Chief Marketing Officer Traveloka Shirley Lesmana mengatakan, di tengah masyarakat saat ini, ada kesadaran yang meningkat akan pentingnya membantu generasi muda membangun ketahanan mental dan mengatasi tantangan dunia.



"Diperlukan upaya dari kita sebagai individu sekaligus bagian dari suatu komunitas sosial untuk memperdalam nilai dan komitmen terhadap kesehatan mental. Kami yakin, peran kolaboratif Traveloka bersama AKAR akan memperkuat edukasi mengenai pentingnya kesadaran untuk menjaga kesehatan mental, serta memberikan dukungan berbasis komunitas melalui jaringan layanan serta teknologi yang dapat diakses, terjangkau, dan berkualitas," tutunya melalui siaran pers, Kamis (1/12/2022).

Menjaga kesehatan mental remaja dan dewasa muda membawa manfaat tidak hanya untuk kesehatan mereka, namun juga ekonomi dan masyarakat. Shirley mengatakan, keberadaan dewasa muda yang sehat akan membawa kontribusi besar terhadap kualitas tenaga kerja Indonesia, keluarga, komunitas, dan masyarakat secara umum.

Menurut WHO, separuh dari gangguan mental bermula pada umur 14, namun banyak kasus yang terjadi tidak terdeteksi dan tanpa tindakan. Berbagai faktor ditengarai sebagai pemicu masalah keseimbangan kesehatan mental ini. Di antaranya tekanan dalam pekerjaan, masalah keluarga, pendidikan, dan kehidupan sosial.

Organisasi Kesehatan Dunia WHO mencatat, pada 2019 sebanyak hampir satu miliar penduduk dunia mengalami gangguan kesehatan mental. Angka ini meningkat secara signifikan pada masa pandemi Covid-19.

Di Indonesia, hasil penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia pada 2021 menemukan bahwa mayoritas remaja dan dewasa muda berusia 16-24 tahun memasuki periode kritis kesehatan mental. Lebih lanjut penelitian tersebut menemukan bahwa hampir 96% remaja dan dewasa muda mengalami gejala kecemasan (anxiety) dan 88% di antaranya mengalami gejala depresi.

Ketua dan Founder AKAR dr. Fransisca Handy menjelaskan, ketika seseorang merasakan emosi yang sangat kuat, hal itu dapat diikuti dengan keluhan fisik. Kesehatan jiwa dipengaruhi faktor-faktor seperti tingginya tingkat stres di pekerjaan atau perkuliahan, masalah percintaan atau hubungan dengan keluarga dan teman, persaingan lewat sosial media, dan sebagainya serta kemampuan untuk mengelola situasi dan emosi yang dirasakan.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More