Keren! Film Avatar 2 Ternyata Terinspirasi dari Suku Bajo Asal Indonesia
Rabu, 21 Desember 2022 - 13:28 WIB
James Cameron mengungkap pula bagaimana menggambarkan suku Bajo dalam sekuel Avatar.
“Semua budaya Na'vi tidak ingin menebang pohon, melihatnya menjadi barang-barang bangunan material kayu. Mereka ingin berintegrasi dengan cara yang sangat alami dan anggun serta bersimbiosis ke dalam lingkungan mereka. Jadi kami harus membuat arsitektur mereka. Mereka memiliki budaya simbiosis dengan spesies yang cerdas. Kita mungkin akan melirik dan berkata oh itu paus tapi tentu saja itu bukan paus, itu versi pandora,” bebernya.
Sekilas tentang Suku Bajo
Suku Bajo memiliki ketangguhan dalam mengarungi lautan sebagai bagian dari sejarah dan jatidiri masyarakat. Meskipun saat ini sebagian masyarakat suku Bajo tinggal di darat, tetapi ketergantungan suku ini terhadap laut belum hilang.
Suku Bajo dikenal sebagai pelaut ulung karena kehebatan mereka menjelajahi lautan. Di mana banyak suku Bajo yang dapat menyelam hingga kedalaman 70 meter di bawah permukaan laut hanya dengan satu tarikan napas.
Kehebatan suku Bajo ini menarik perhatian para ilmuwan dunia untuk melakukan penelitian. Salah satunya sekelompok peneliti dari University of Copenhagen dan University of California di Berkeley. Hasil penelitian mereka menyebutkan bahwa limpa orang-orang suku Bajo lebih besar 50% dibandingkan rata-rata manusia. Sehingga produksi oksigen dalam darah orang Bajo akan lebih banyak, karena besarnya ukuran limpa tersebut.
Suku Bajo yang berkelana di laut hanya bermodalkan perahu kuno tanpa alat penunjuk arah apa pun dan mengandalkan posisi bintang.
Pada zaman dulu orang-orang suku Bajo terbiasa hidup di atas perahu dan secara nomaden. Namun kini ada juga masyarakat Bajo yang hidup dengan membangun rumah di atas laut dangkal sebagai tempat tinggal.
Keahlian menjelajah laut orang-orang suku Bajo didapatkan secara turun-temurun. Sejak kecil anak-anak suku Bajo sudah diajarkan cara memancing dan menyelam oleh orang tua mereka.
“Semua budaya Na'vi tidak ingin menebang pohon, melihatnya menjadi barang-barang bangunan material kayu. Mereka ingin berintegrasi dengan cara yang sangat alami dan anggun serta bersimbiosis ke dalam lingkungan mereka. Jadi kami harus membuat arsitektur mereka. Mereka memiliki budaya simbiosis dengan spesies yang cerdas. Kita mungkin akan melirik dan berkata oh itu paus tapi tentu saja itu bukan paus, itu versi pandora,” bebernya.
Sekilas tentang Suku Bajo
Suku Bajo memiliki ketangguhan dalam mengarungi lautan sebagai bagian dari sejarah dan jatidiri masyarakat. Meskipun saat ini sebagian masyarakat suku Bajo tinggal di darat, tetapi ketergantungan suku ini terhadap laut belum hilang.
Suku Bajo dikenal sebagai pelaut ulung karena kehebatan mereka menjelajahi lautan. Di mana banyak suku Bajo yang dapat menyelam hingga kedalaman 70 meter di bawah permukaan laut hanya dengan satu tarikan napas.
Kehebatan suku Bajo ini menarik perhatian para ilmuwan dunia untuk melakukan penelitian. Salah satunya sekelompok peneliti dari University of Copenhagen dan University of California di Berkeley. Hasil penelitian mereka menyebutkan bahwa limpa orang-orang suku Bajo lebih besar 50% dibandingkan rata-rata manusia. Sehingga produksi oksigen dalam darah orang Bajo akan lebih banyak, karena besarnya ukuran limpa tersebut.
Suku Bajo yang berkelana di laut hanya bermodalkan perahu kuno tanpa alat penunjuk arah apa pun dan mengandalkan posisi bintang.
Pada zaman dulu orang-orang suku Bajo terbiasa hidup di atas perahu dan secara nomaden. Namun kini ada juga masyarakat Bajo yang hidup dengan membangun rumah di atas laut dangkal sebagai tempat tinggal.
Keahlian menjelajah laut orang-orang suku Bajo didapatkan secara turun-temurun. Sejak kecil anak-anak suku Bajo sudah diajarkan cara memancing dan menyelam oleh orang tua mereka.
tulis komentar anda