Airbus Jual 15% Saham di Dassault Aviation

Kamis, 26 Maret 2015 - 10:06 WIB
Airbus Jual 15% Saham di Dassault Aviation
Airbus Jual 15% Saham di Dassault Aviation
A A A
PARIS - Airbus Group menjual 15% sahamnya di perusahaan pembuat jet tempur Dassault Aviation.

Langkah ini akan membuat saham Airbus turun menjadi sekitar 27% dari 42%. Dassault Aviation meminta Euronext menghentikan perdagangan sahamnya. Perusahaan itu akan terlibat dalam penempatan dengan membeli maksimum 5% sahamnya pada harga maksimal 980 euro per saham.

”Airbus telah memangkas sahamnya dari 46,3% menjadi 42,1% pada November. Mereka kemudian akan menjual lagi 10% sahamnya di Dassault Aviation pada 30 Juni 2015,” ungkap laporan kantor berita AFP .

Pekan lalu Airbus Helicopters membukukan kesepakatan senilai 1,5 miliar euro untuk membuat lebih dari 300 helikopter sipil dan militer di Korea Selatan (Korsel), bermitra dengan Korea Aerospace Industries (KAI).

”Kontrak ini skalanya luar biasa untuk pembangunan dan konstruksi 214 helikopter militer dan sekitar 100 helikopter sipil,” ungkap Norbert Ducrot, Vice President Airbus Helicopters, di Asia bagian utara, dikutip kantor berita AFP. ”Kontrak pembangunan dan produksi ini bernilai 1,5 miliar euro bagi Airbus Helicopters selama 20 tahun.”

Perusahaan itu harus bersaing dengan grup Italia-Inggris, AgustaWestland, dalam memenangkan kontrak tersebut. Kesepakatan itu dibuat untuk menggantikan armada helikopter militer dan sipil yang sudah tua di Korsel. Selain itu, kesepakatan ini memberikan pijakan kuat bagi Airbus Helicopters di pasar yang sangat strategis.

Pada 2005 Airbus Helicopters mendapatkan kontrak serupa untuk helikopter militer di Korsel, juga bermitra dengan KAI. Pasar Korsel untuk helikopter sipil terus meningkat. ”Korsel saat ini memiliki lebih dari 700 helikopter di armada militer yang masih menggunakan mesin buatan Amerika Serikat yang usianya sudah tua dan perlu diperbarui,” kata Ducrot.

Pengiriman pertama akan dilakukan pada 2021 untuk helikopter sipil (Light Civil Helicopter/LCH) dan helikopter militer (Light Armed Helicopter/ LAH). ”Airbus memperkirakan pasar global untuk jenis helikopter ini sekitar 600 unit, yang berarti bisa mencapai beberapa miliar euro bagi Airbus Helicopters dalam 20 tahun mendatang jika Anda menambah dukungan dan layanan penawaran,” papar Ducrot.

Sementara, Boeing Co dalam posisi yang tepat untuk mencapai rekor target produksi untuk pesawat 737 pada 2018. Hal itu diungkapkan kepala sistem industri Boeing Co Pat Shanahan. ”Untuk menunjukkan bahwa kami dapat mengakomodasi ketidakpastian dan risiko, atau mengurangi risiko, kami memiliki kondisi lebih baik saat ini dibandingkan pada masa lalu,” ujarnya.

Shanahan menjadi pengawas produksi di perusahaan pesawat terbesar dunia tersebut. Target untuk memecahkan rekor produksi itu seiring dengan langkah Boeing Co yang mulai menggunakan sistem otomatis baru untuk membuat panel sayap untuk pesawat 737.

Langkah penting ini disiapkan untuk mencapai rekor kecepatan produksi sambil memperkenalkan model baru pesawat.

Syarifudin
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1753 seconds (0.1#10.140)