Kisah Rika, Peternak Burung Kicau yang Sukses Raup Banyak Cuan dari Penangkaran Murai Batu
loading...
A
A
A
JAKARTA - Burung kicau bakal membawa cuan jika benar-benar dipelihara dengan baik, apalagi sampai diternak. Namun di balik pundi-pundi rupiah yang menanti, merawat burung kicau tak semudah yang dibayangkan alias butuh ketelatenan.
Setidaknya itulah yang dijalankan oleh Rika, pemilik penangkaran Murai Baru TAS (Tiga Anak Sukses) BF. Berlokasi di Mojokerto, Jawa Timur, Rika seperti membangun 'kerajaan' burung kicau berjenis murai batu.
Tak tanggung-tanggung, Rika sampai memiliki sebuah bangunan tiga lantai meliputi 150 kandang. Setiap kandang diisi mulai dari sepasang burung, sampai burung-burung kicau murai batu yang dibiarkan hidup berkoloni.
Dari banyaknya burung yang diternak sejak 2016, bisa dikatakan sosok Rika ini memang memiliki passion pada bidang tersebut. Ya, Rika mengaku, selain melihat keuntungan besar dari burung murai, ia merasa merawat burung kicau adalah hobi.
"Satu hobi, lihat sekitar banyak yang suka, dan melihat harga murai itu stabil terus, akhirnya saya tertarik" kata Rika, dikutip dari kanal YouTube Tanilink TV, Selasa (31/1/2023).
Tapi perlu diingat, modal Rika untuk menjadi peternak burung kicau murai batu bukan sekedar uang, keberanian, atau hobi saja. Ia juga belajar banyak hal seperti faktor kesuksesan, apa yang bisa membuat burung nyaman, hingga memahami betul risiko atau masalah yang dia dihadapi.
Faktor Sukses Bangun Penangkaran Burung
Foto/YouTube Tanilink TV
Mengelola ratusan burung murai batu dikatakan Rika membutuhkan kesabaran dan ketelatenan. Jika dua hal itu tak dipenuhi, tentu dia akan merasa kesulitan.
Pasalnya, Rika menjelaskan, setiap burung memiliki karakter masing-masing. Sebagai peternak burung, dia harus mampu memahami satu per satu keunikan karakter burung.
"Ada burung yang nggak suka ramai, macem-macem. Stres sedikit bisa mati burung itu. Harus teliti," kata Rika.
Ketika mampu merawat, sampai pada tahap menjodohkan, bertelur, dan keluarlah anak burung murai batu yang sehat hingga dewasa, semua itu pada akhirnya menjadi sebuah kepuasan bagi Rika.
Pakan dan Kandang Tak Boleh Sembarangan
Foto/YouTube Tanilink TV
Rika berusaha semaksimal mungkin memberikan suasana layaknya alam sungguhan meskipun burung murai batu hidup dalam kandang. Pemberian pakan maupun kandang diperhatikan sedemikian rupa agar burung-burung itu nyaman.
Dalam pemilihan jenis pakan, Rika hanya memilih yang bersumber dari alam. Misalnya jangkrik dan ulat hongkong.
Sementara untuk kandang burungnya, disediakan kamar-kamar terbuka dengan sirkulasi udara yang mumpuni. Rika tak ingin burung-burung murai batu miliknya sampai kepanasan dan stres dalam kandang.
"Kandang ini kami sesuaikan dengan alam, nyaman untuk kami, burung, pengunjung ke sini nyaman, jadi nggak panas. Fasilitas di sini, dengan suasananya, sirkulasi udara yang tepat untuk burung itu sendiri (sangat diperhatikan), jadi mereka betah di situ," ujar Rika.
Tak berhenti sampai di sana, usaha Rika membuat nuansa alam pada kandang pun terletak dari hujan buatan yang dihadirkan. Rika mengaku hal ini bertujuan supaya di kala cuaca panas, kandang burung murai batu bakal tetap sejuk.
Perjodohan Sesuai Karakter
Foto/YouTube Tanilink TV
Ada hal unik di penangkaran Murai Batu TAS BF milik Rika. Burung-burung di sana melalui fase perjodohan.
Tak sembarangan menjodohkan burung, Rika biasanya akan melihat terlebih dulu karakter masing-masing betina dan jantan. Mengapa sampai harus disesuaikan betul karakter dua burung tersebut?
"Karena masing-masing burung ini tidak sama karakternya, sama seperti manusia. Tapi ada juga yang gampang burungnya, sama siapa pun dia oke," ucap Rika.
Apabila salah menjodohkan burung yang tidak cocok, Rika akan kehilangan salah satu burung. Ya, ketidakcocokan burung membuat mereka bertengkar dan bahkan dihajar sampai mati.
Tantangan
Tak mungkin sebuah usaha berjalan mulus semulus-mulusnya. Pasti ada masalah muncul di tengah perjalanan.
Begitu pula yang dialami oleh Rika. Bagi Rika, ada banyak risiko dalam merawat burung-burung murai batu, antara lain stres, penyakit tetelo, serta gangguan dari luar.
Gangguan dari luar ini semacam kerasnya suara petir yang dapat membuat burung stres dan lain sebagainya. Tapi Rika mengaku, masalah yang kerap dia dapati berkaitan dengan burung-burung mengalami tetelo.
Melihat dari beberapa sumber, penyakit tetelo pada murai batu biasakan bakal membuat mereka berkelakuan aneh seperti berputar-putar, gemetar, sulit bernapas, baruk, dan turunnya nafsu makan. Penyakit ini banyak menyerang industri peternakan, khususnya unggas.
Rika menjelasakn, sumber penyakit ini adalah virus dan faktornya bermacam-macam. Maka itu, guna menghindari penyakit tersebut, Rika begitu menaruh perhatian pada makanan sampai kadang.
Apa pun kesulitan yang datang, Rika tetap menanganinya dengan sabar dan telaten. Pada akhirnya, semua itu bakal berbuah manis.
Ya, bayangkan saja, satu ekor burung murai batu bisa dihargai Rp2 juta sampai Rp3 jutaan. Jadi begitulah, dari tahun 2016 Rika bisa tetap mempertahankan kesuksesannya sampai sekarang.
Setidaknya itulah yang dijalankan oleh Rika, pemilik penangkaran Murai Baru TAS (Tiga Anak Sukses) BF. Berlokasi di Mojokerto, Jawa Timur, Rika seperti membangun 'kerajaan' burung kicau berjenis murai batu.
Tak tanggung-tanggung, Rika sampai memiliki sebuah bangunan tiga lantai meliputi 150 kandang. Setiap kandang diisi mulai dari sepasang burung, sampai burung-burung kicau murai batu yang dibiarkan hidup berkoloni.
Dari banyaknya burung yang diternak sejak 2016, bisa dikatakan sosok Rika ini memang memiliki passion pada bidang tersebut. Ya, Rika mengaku, selain melihat keuntungan besar dari burung murai, ia merasa merawat burung kicau adalah hobi.
"Satu hobi, lihat sekitar banyak yang suka, dan melihat harga murai itu stabil terus, akhirnya saya tertarik" kata Rika, dikutip dari kanal YouTube Tanilink TV, Selasa (31/1/2023).
Tapi perlu diingat, modal Rika untuk menjadi peternak burung kicau murai batu bukan sekedar uang, keberanian, atau hobi saja. Ia juga belajar banyak hal seperti faktor kesuksesan, apa yang bisa membuat burung nyaman, hingga memahami betul risiko atau masalah yang dia dihadapi.
Faktor Sukses Bangun Penangkaran Burung
Foto/YouTube Tanilink TV
Mengelola ratusan burung murai batu dikatakan Rika membutuhkan kesabaran dan ketelatenan. Jika dua hal itu tak dipenuhi, tentu dia akan merasa kesulitan.
Pasalnya, Rika menjelaskan, setiap burung memiliki karakter masing-masing. Sebagai peternak burung, dia harus mampu memahami satu per satu keunikan karakter burung.
"Ada burung yang nggak suka ramai, macem-macem. Stres sedikit bisa mati burung itu. Harus teliti," kata Rika.
Ketika mampu merawat, sampai pada tahap menjodohkan, bertelur, dan keluarlah anak burung murai batu yang sehat hingga dewasa, semua itu pada akhirnya menjadi sebuah kepuasan bagi Rika.
Pakan dan Kandang Tak Boleh Sembarangan
Foto/YouTube Tanilink TV
Rika berusaha semaksimal mungkin memberikan suasana layaknya alam sungguhan meskipun burung murai batu hidup dalam kandang. Pemberian pakan maupun kandang diperhatikan sedemikian rupa agar burung-burung itu nyaman.
Dalam pemilihan jenis pakan, Rika hanya memilih yang bersumber dari alam. Misalnya jangkrik dan ulat hongkong.
Sementara untuk kandang burungnya, disediakan kamar-kamar terbuka dengan sirkulasi udara yang mumpuni. Rika tak ingin burung-burung murai batu miliknya sampai kepanasan dan stres dalam kandang.
"Kandang ini kami sesuaikan dengan alam, nyaman untuk kami, burung, pengunjung ke sini nyaman, jadi nggak panas. Fasilitas di sini, dengan suasananya, sirkulasi udara yang tepat untuk burung itu sendiri (sangat diperhatikan), jadi mereka betah di situ," ujar Rika.
Tak berhenti sampai di sana, usaha Rika membuat nuansa alam pada kandang pun terletak dari hujan buatan yang dihadirkan. Rika mengaku hal ini bertujuan supaya di kala cuaca panas, kandang burung murai batu bakal tetap sejuk.
Perjodohan Sesuai Karakter
Foto/YouTube Tanilink TV
Ada hal unik di penangkaran Murai Batu TAS BF milik Rika. Burung-burung di sana melalui fase perjodohan.
Tak sembarangan menjodohkan burung, Rika biasanya akan melihat terlebih dulu karakter masing-masing betina dan jantan. Mengapa sampai harus disesuaikan betul karakter dua burung tersebut?
"Karena masing-masing burung ini tidak sama karakternya, sama seperti manusia. Tapi ada juga yang gampang burungnya, sama siapa pun dia oke," ucap Rika.
Apabila salah menjodohkan burung yang tidak cocok, Rika akan kehilangan salah satu burung. Ya, ketidakcocokan burung membuat mereka bertengkar dan bahkan dihajar sampai mati.
Tantangan
Tak mungkin sebuah usaha berjalan mulus semulus-mulusnya. Pasti ada masalah muncul di tengah perjalanan.
Begitu pula yang dialami oleh Rika. Bagi Rika, ada banyak risiko dalam merawat burung-burung murai batu, antara lain stres, penyakit tetelo, serta gangguan dari luar.
Gangguan dari luar ini semacam kerasnya suara petir yang dapat membuat burung stres dan lain sebagainya. Tapi Rika mengaku, masalah yang kerap dia dapati berkaitan dengan burung-burung mengalami tetelo.
Melihat dari beberapa sumber, penyakit tetelo pada murai batu biasakan bakal membuat mereka berkelakuan aneh seperti berputar-putar, gemetar, sulit bernapas, baruk, dan turunnya nafsu makan. Penyakit ini banyak menyerang industri peternakan, khususnya unggas.
Rika menjelasakn, sumber penyakit ini adalah virus dan faktornya bermacam-macam. Maka itu, guna menghindari penyakit tersebut, Rika begitu menaruh perhatian pada makanan sampai kadang.
Apa pun kesulitan yang datang, Rika tetap menanganinya dengan sabar dan telaten. Pada akhirnya, semua itu bakal berbuah manis.
Ya, bayangkan saja, satu ekor burung murai batu bisa dihargai Rp2 juta sampai Rp3 jutaan. Jadi begitulah, dari tahun 2016 Rika bisa tetap mempertahankan kesuksesannya sampai sekarang.
(tsa)