Dukung Pariwisata Bali, Yayasan Puri Kauhan Ubud Rilis Buku dan Film Pendek tentang Budaya

Jum'at, 17 Februari 2023 - 21:57 WIB
loading...
Dukung Pariwisata Bali, Yayasan Puri Kauhan Ubud Rilis Buku dan Film Pendek tentang Budaya
Yayasan Puri Kauhan Ubud meluncurkan tiga buku dan lima film pendek sebagai bagian dari Program Saraswati Sewana 2022. / Foto: Novie Fauziah
A A A
JAKARTA - Yayasan Puri Kauhan Ubud meluncurkan tiga buku dan lima film pendek sebagai bagian dari Program Saraswati Sewana 2022. Di dalamnya bercerita mengenai pemuliaan air serta pelestarian alam dan lingkungan Bali, yang mana juga berkaitan dengan pariwisata di Pulau Dewata tersebut.

"Ini bagian dari rangkaian kegiatan Saraswati Sewana 2022 yaitu acara tahunan yang diadakan oleh Yayasan Puri Kauhan Ubud," ungkap Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud, AAGN Ari Dwipayana dalam launching Buku dan Film Pendek Sastra Saraswati Sewana di The Club Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Jumat (17/2/2023).

Menurutnya, buku yang diluncurkannya itu berjudul Toya Uriping Bhuwana Usadhaning Sangaskara yang artinya Air Sumber Kehidupan Penyembuh Peradaban. Kemudian, Nyapuh Tirah Campuhan atau Jejak Peradaban Kuno DAS Oos, dan Jaladhi Smreti atau Menelusuri Pelahuhan Kuno di Ketewel dalam Ingatan Masyarakat dan Catatan Kolonial.

Baca juga: Desa Wisata Berbasis Heritage dan Alam Berpotensi Tingkatkan Kunjungan di Bali

Sementara, untuk lima film pendek yang akan dirilis di bioskop Bali pada awal Maret 2023 berjudul Tonya Bindu, Boni Tari Rejang Pala (Buah), I Swarnangkara, Kacang Dari serta I Tundung. Film-film tersebut merupakan hasil kompetisi Purwa Carita Campuhan.

Tonya Bindu merupakan sebuah cerita rakyat Bali yang diangkat dari sebuah tukad atau sungai di Denpasar yaitu Tukad Bindu yang menyimpan begitu banyak fungsi penting bagi kehidupan di Bali.

Boni Tari Rejang Pala (Buah) adalah salah satu tarian sakral yang diwariksan di Desa Nongan Karangasem yaitu setiap anak remaja di desa ini diwajibkan untuk menarikannya dengan gelungan atau hiasan kepala dan menggunakan buah buahan.

I Swarnangkara terinspirasi dari Buku I Swarnangkara atau Si Penjaga Hutan yaitu berkisah tentang I Swarnangkara yang merasa ada yang mengikutinya dari balik pepohonan yaitu makhluk berbadan besar dengan rambut panjang dan mata merah.

Kacang Dari merupakan cerita rakyat dari Pujungan, Tabanan berkisah tentang wanita sebatang kara yang setiap hari hanya mencari kayu bakar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya hingga menemukan sebuah kacang bersinar.

I Tundung berkisah tentang seorang yang bertekad menjaga tanah, air dan hutannya yang tinggal di Desa Sangkan Gunung, Tenganan.

Ari, yang juga Koordinator Staf Khusus Presiden, mengatakan, seluruh cerita baik di buku dan film berkisah mengenai sumber daya alam (SDA) yaitu air yang di Bali menjadi sumber kehidupan dan peradaban.

Maka dalam hal ini, pendekatan yang dilakukannya bersama warga Bali adalah dari hulu sampai ke hilir jadi menceritakan air dari gunung sampai ke laut sebagai gambaran penghormatan masyarakat dalam menjaga air sebagai sumber kehidupan.

"Karena air sangat penting bagi kehidupan masyarakat Bali baik secara Sekala maupun Niskala," kata Ari.

Secara Sekala sesuai dengan realita kehidupan karena Bali mengalami krisis air namun saat bersamaan juga berlebihan air yang menyebabkan banjir sehingga harus dikelola dengan baik.

Secara Niskala artinya air sangat penting dalam ritual masyarakat Bali sehingga harus terus didorong seperti melalui pemuliaan air yang dilakukan dengan pendekatan kebudayaan dan ekonomi konservasi.

Baca juga: Yayasan Puri Kauhan Ubud Lestarikan Budaya Bali lewat Lima Film Pendek

"Pada saat bersamaan itu bisa jadi potensi desa-desa wisata. Dengan desa-desa wisata yang hidup berbasis heritage dan alam akan menambah destinasi wisata di Bali sehingga tidak hanya di laut atau gunung tapi juga di sepanjang sungai," tutupnya.
(nug)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1871 seconds (0.1#10.140)