4 Makanan Khas Nisfu Syaban di Berbagai Daerah Indonesia, Ada Favoritmu?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nisfu Syaban menjadi salah satu malam yang banyak ditunggu umat Islam . Biasanya, malam ini diperingati pada pertengahan bulan Syaban.
Pada malam nisfu syaban ini, terdapat cukup banyak keutamaan yang membuatnya terasa spesial. Dengan statusnya ini, para umat Islam di dunia berlomba-lomba untuk meningkatkan ibadahnya dengan harapan bisa mendapat ampunan dan rahmat dari Allah SWT.
Di samping itu, dalam menghidupkan malam istimewa ini, sejumlah tradisi langka juga dimiliki berbagai daerah tanah air. Pada kegiatan tersebut, mereka biasanya juga menampilkan makanan khas yang dimilikinya.
Baca juga : 2 Keutamaan Menghidupkan Malam Nisfu Syaban
Berikut empat makanan khas nisfu syaban di berbagai daerah Indonesia.
Tradisi Bodho Puli menjadi bentuk usaha masyarakat dalam menjalin tali silaturahmi antar warga di desa Karangnongko. Puli sendiri adalah jenis makanan yang terbuat dari bahan nasi dicampur dengan bleng.
Kata ‘Puli’ sendiri berasal dari bahasa Arab ‘ufwu lii’ yang berarti maafkanlah atau ampuni aku. Makanan puli ini berasal dari bahan beras yang ditumbuk halus dan nantinya dimakan dengan parutan kelapa.
Nantinya, akan dilakukan sholat hajat, kemudian membaca surat Yasin tiga kali, sholat Isya, sholat taubat, sholat tasbih, dan ditutup dengan tahlilan serta doa. Tak sampai disitu, masyarakat setempat juga membawa makanan berupa nasi bungkus.
Jadi, sore hari sebelum datang ke masjid, para ibu-ibu memasak dan membuat nasi bungkus terlebih dahulu. Setelahnya mereka membawanya dengan berbagai macam lauk pauk.
Nasi ini akan dibagikan kepada seluruh jamaah setelah melaksanakan ibadan dan doa bersama. Semua orang tak memandang golongan akan mendapat bagiannya secara acak.
Baca juga : Keutamaan Malam Nisfu Syaban, Berikut Jadwal dan Amalannya
Sego Langgi menjadi salah satu tradisi makanan yang biasa dibuat saat memperingati malam nisfu syaban. Biasanya, masyarakat setempat membuatnya dengan tujuan berbagi atau sedekah ke mushola/masjid terdekat.
Pada sego langgi ini, terdapat tujuh macam dedaunan yang dibuat sayur. Nasi istimewa ini konon juga dikatakan menjadi kesukaan Mbah Raden Noer Rahmat Sunan Sendang.
Dalam hal ini, malam nisfu syaban juga banyak diperingati dengan hal tersebut. Setelah membaca doa dan segala bentuk ibadah lain, malam nisfu syaban ini akan diakhiri dengan tradisi makan ketupat dan lepet bareng.
Sebagai contoh, kegiatan ini dilakukan di IAINU Tuban. Pada filosofi Jawa, kupat lepet berasal dari kata lepat (kesalahan) dan lepet (silep sing rapet) yang berarti simpan dengan rapat. Jadi, tradisi kupat lepet ini adalah simbol bahwa manusia harus saling memaafkan pada sesamanya atas segala kesalahan.
Pada malam nisfu syaban ini, terdapat cukup banyak keutamaan yang membuatnya terasa spesial. Dengan statusnya ini, para umat Islam di dunia berlomba-lomba untuk meningkatkan ibadahnya dengan harapan bisa mendapat ampunan dan rahmat dari Allah SWT.
Di samping itu, dalam menghidupkan malam istimewa ini, sejumlah tradisi langka juga dimiliki berbagai daerah tanah air. Pada kegiatan tersebut, mereka biasanya juga menampilkan makanan khas yang dimilikinya.
Baca juga : 2 Keutamaan Menghidupkan Malam Nisfu Syaban
Berikut empat makanan khas nisfu syaban di berbagai daerah Indonesia.
1. Makanan Puli
Pada desa Karangnongko, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara terdapat salah satu tradisi bernama Bodho Puli. Mengutip informasi dari skripsi “Tradisi Bodho Puli di Desa Karangnongko Nalumsari Jepara” karya Ahmad Kamaluddin, tradisi ini dilakukan di bulan ruwah (kalender Jawa) atau malam nisfu syaban.Tradisi Bodho Puli menjadi bentuk usaha masyarakat dalam menjalin tali silaturahmi antar warga di desa Karangnongko. Puli sendiri adalah jenis makanan yang terbuat dari bahan nasi dicampur dengan bleng.
Kata ‘Puli’ sendiri berasal dari bahasa Arab ‘ufwu lii’ yang berarti maafkanlah atau ampuni aku. Makanan puli ini berasal dari bahan beras yang ditumbuk halus dan nantinya dimakan dengan parutan kelapa.
2. Nasi Balangan
Umat Islam di wilayah Kabupaten Balangan dan beberapa daerah lain di Kalimantan Selatan juga memiliki tradisi menghidupkan malam nisfu syaban. Mengutip Antara, kegiatan dimulai setelah sholat Maghrib.Nantinya, akan dilakukan sholat hajat, kemudian membaca surat Yasin tiga kali, sholat Isya, sholat taubat, sholat tasbih, dan ditutup dengan tahlilan serta doa. Tak sampai disitu, masyarakat setempat juga membawa makanan berupa nasi bungkus.
Jadi, sore hari sebelum datang ke masjid, para ibu-ibu memasak dan membuat nasi bungkus terlebih dahulu. Setelahnya mereka membawanya dengan berbagai macam lauk pauk.
Nasi ini akan dibagikan kepada seluruh jamaah setelah melaksanakan ibadan dan doa bersama. Semua orang tak memandang golongan akan mendapat bagiannya secara acak.
Baca juga : Keutamaan Malam Nisfu Syaban, Berikut Jadwal dan Amalannya
3. Sego Langgi
Masyarakat Sendang (sendangduwur dan sendangagung) juga memiliki makanan khas yang biasa ditampilkan pada malam nisfu syaban. Namanya adalah Sego Langgi.Sego Langgi menjadi salah satu tradisi makanan yang biasa dibuat saat memperingati malam nisfu syaban. Biasanya, masyarakat setempat membuatnya dengan tujuan berbagi atau sedekah ke mushola/masjid terdekat.
Pada sego langgi ini, terdapat tujuh macam dedaunan yang dibuat sayur. Nasi istimewa ini konon juga dikatakan menjadi kesukaan Mbah Raden Noer Rahmat Sunan Sendang.
4. Ketupat
Bagi sebagian masyarakat umum, ketupat mungkin cukup identik dalam perayaan lebaran atau Hari Raya Idul Fitri. Namun, ternyata ketupat ini tak hanya dihidangkan saat perayaan tersebut.Dalam hal ini, malam nisfu syaban juga banyak diperingati dengan hal tersebut. Setelah membaca doa dan segala bentuk ibadah lain, malam nisfu syaban ini akan diakhiri dengan tradisi makan ketupat dan lepet bareng.
Sebagai contoh, kegiatan ini dilakukan di IAINU Tuban. Pada filosofi Jawa, kupat lepet berasal dari kata lepat (kesalahan) dan lepet (silep sing rapet) yang berarti simpan dengan rapat. Jadi, tradisi kupat lepet ini adalah simbol bahwa manusia harus saling memaafkan pada sesamanya atas segala kesalahan.
(bim)