Selain India, Varian Covid-19 Arcturus Ditemukan di Singapura hingga Amerika

Selasa, 28 Maret 2023 - 19:02 WIB
loading...
Selain India, Varian...
Varian Covid-19 arcturus telah ditemukan di beberapa negara. Selain di India, varian ini juga terdeteksi di Singapura, Brunei Darussalam hingga Amerika Serikat. Foto/Getty Images
A A A
JAKARTA - Varian Covid-19 arcturus telah ditemukan di beberapa negara. Selain di India, varian ini juga terdeteksi di Singapura, Brunei Darussalam hingga Amerika Serikat.

Tak tanggung-tanggung, sebanyak 76 sampel varian arcturus ditemukan di India. Kemunculan virus ini dilaporkan menjadi penyebab naiknya kasus Covid-19 di India hingga 280 persen dalam 2 minggu terakhir.

"Bukan cuma di India, varian Arcturus sudah dilaporkan juga di beberapa negara lain seperti di Amerika Serikat, Brunei Darussalam. Bahkan Singapura," jelas laporan News18 dilansir Selasa (28/3/2023).

Di India, kasus arcturus terbanyak ada di Karnataka yaitu 30 kasus. Kemudian disusul Maharashtra (29), Puducherry (7), Delhi (5), Telangana (2), Gujarat (1), Himachal Pradesh (1), dan Odisha (1).





Mantan direktur CSIR Institute of Genomics and Integrative Biology (IGIB) Anurag Agrawal membenarkan kemunculan arcturus di India. Namun, dia meminta masyarakat untuk tidak khawatir.

"Ada varian baru betul, tapi sejauh ini tidak banyak peningkatannya. Khususnya pada kasus parah," kata Agrawal.

Agrawal mengungkapkan bahwa kemunculan varian baru arcturus bukan hal yang tidak terduga. Sebab, para ahli sudah memperkirakan akan ada varain baru Covid-19. Agrawal menduga arcturus muncul akibat kadar imunitas yang terus menurun di masyarakat.

"Mungkin karena penurunan imunitas dan kombinasi varian baru memberikan beberapa peningkatan kasus," ujar Agrawal.



Arcturus pertama kali teridentifikasi pada Januari 2023. Belum ada bukti kuat bahwa varian ini bisa menyebabkan gelombang baru seperti varian sebelumnya.

"Sejauh ini kasus arcturus yang dirawat serius di rumah sakit tidak banyak. Jadi, varian ini belum kuat untuk menjadi gelombang baru. Kalau pun ada peningkatan infeksi, angkanya tidak akan sebanyak gelombang sebelumnya," tandasnya.
(dra)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2198 seconds (0.1#10.140)