Sapardi Djoko Damono di Mata Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid
loading...
A
A
A
TANGERANG SELATAN - Di antara eks mahasiswa Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono , tampak Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Hilmar Farid.
Mengenakan kemeja hitam dengan lengan digulung, Hilmar yang rambutnya sudah mulai memutih itu tampak setia menemani kepergian Sapardi di Eka Hospital BSD, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Banten.
Sosok Sapardi sangat berkesan bagi Hilmar. Menurutnya, Sapardi seperti buku yang tidak pernah akan selesai dibaca. Dia juga sumber mata air sastra yang tidak akan kering. ( )
"Peninggalan beliau karya yang seperti sumur nggak ada dasarnya. Itu peninggalan beliau yang sangat fenomental. Saya pernah dapat kesempatan belajar langsung dari beliau," kata Hilmar kepada SINDOnews, Minggu (19/7) sore.
Sebagai sastrawan, Sapardi terkenal ramah. Pembawaannya juga hangat. Almarhum tidak pernah membedakan orang yang menimba ilmu kepadanya, termasuk pada anak muda.
"Tentu ini satu kehilangan yang sangat besar. Beliau orangnya hangat, orang yang sangat ramah, egaliter dalam memberikan ilmu, dan sangat terbuka. Saat itu saya mahasiswa 30 tahun lalu, beliau sudah senior," ungkapnya.
Sebagai bentuk penghargaan terhadap pujangga tersebut, Hilmar mengaku, akan terus melanjutkan apa yang sudah dimulai Sapardi dan para mahasiswanya, seperti Festival Bulan Juni. ( )
"Bulan Agustus akan menerbitkan buku beliau dan tetap melanjutkan Festival Hujan Bulan Juni tahun 2021, meski itu bukan dari pemerintah. Ke depannya kita akan bekerjasama dengan mereka," pungkas Hilmar.
Mengenakan kemeja hitam dengan lengan digulung, Hilmar yang rambutnya sudah mulai memutih itu tampak setia menemani kepergian Sapardi di Eka Hospital BSD, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Banten.
Sosok Sapardi sangat berkesan bagi Hilmar. Menurutnya, Sapardi seperti buku yang tidak pernah akan selesai dibaca. Dia juga sumber mata air sastra yang tidak akan kering. ( )
"Peninggalan beliau karya yang seperti sumur nggak ada dasarnya. Itu peninggalan beliau yang sangat fenomental. Saya pernah dapat kesempatan belajar langsung dari beliau," kata Hilmar kepada SINDOnews, Minggu (19/7) sore.
Sebagai sastrawan, Sapardi terkenal ramah. Pembawaannya juga hangat. Almarhum tidak pernah membedakan orang yang menimba ilmu kepadanya, termasuk pada anak muda.
"Tentu ini satu kehilangan yang sangat besar. Beliau orangnya hangat, orang yang sangat ramah, egaliter dalam memberikan ilmu, dan sangat terbuka. Saat itu saya mahasiswa 30 tahun lalu, beliau sudah senior," ungkapnya.
Sebagai bentuk penghargaan terhadap pujangga tersebut, Hilmar mengaku, akan terus melanjutkan apa yang sudah dimulai Sapardi dan para mahasiswanya, seperti Festival Bulan Juni. ( )
"Bulan Agustus akan menerbitkan buku beliau dan tetap melanjutkan Festival Hujan Bulan Juni tahun 2021, meski itu bukan dari pemerintah. Ke depannya kita akan bekerjasama dengan mereka," pungkas Hilmar.
(tsa)