Mengenal Pentingnya IVUS dan OCT, Teknologi yang Digunakan untuk Penanganan Penyakit Jantung
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pasien jantung koroner mungkin akan disarankan menjalani terapi Percutaneous Coronary Intervention (PCI) yang biasanya melibatkan balonisasi atau pemasangan stent.
PCI sendiri menurut laporan resmi National Cardiovascular Center Harapan Kita adalah prosedur intervensi non bedah dengan menggunakan kateter untuk melebarkan atau membuka pembuluh darah koroner yang menyempit, bisa menggunakan balon atau stent.
Penyempitan pembuluh darah dapat terjadi akibat proses aterosklerosis. Aterosklerosis adalah endapan yang terdapat di dalam pembuluh darah koroner jantung atau di pembuluh darah utama dari hasil proses metabolisme tubuh selama bertahun-tahun.
"Plak itu terdiri dari deposit lemak, kolesterol, kalsium, sampah metabolisme, sel, dan fibrin atau zat pembekuan darah," kata Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah RS Mitra Keluarga Kelapa Gading dr Utojo Lubiantoro, Sp.JP, saat ditemui MNC Portal, beberapa waktu lalu.
Dalam pelaksanaan terapi PCI untuk penanganan penyakit jantung koroner, dokter akan memompa balon untuk kemudian didorong atau menekan plak ke dinding pembuluh darah arteri, sehingga darah bisa mengalir setidaknya lebih lancar.
"Ini biasanya ditandai pasien merasa napasnya lebih lega atau tubuhnya tidak terasa sesak terhimpit sesuatu," kata dr Utojo.
Selain dengan balonisasi, PCI juga bisa dikerjakan dengan pemasangan stent. Agar hasil terapi lebih optimal, sebelum pasang stent, dokter bakal melakukan tindakan IVUS atau OCT supaya dapat diketahui bagian mana di area pembuluh darah jantung koroner yang membutuhkan stent.
IVUS merupakan kepanjangan dari IntraVascular UltraSound. Teknologi ini diperlukan sebelum pemasangan stent untuk melihat bagian dalam pembuluh arteri.
"Ini pentingnya IVUS, jadi dokter akan tahu berapa keperluan stent untuk pasien, dan lokasi pasti pemasangan pun bisa ketahuan. Bukan atas dasar kira-kira dari proses pengamatan kateterisasi atau angiografi," jelas dr Utojo.
Kalau OCT, lanjut dr Utojo, adalah pembaharuan IVUS. Dengan OCT, dokter akan diperbantukan melalui gambaran yang lebih jelas (berwarna). Ya, tindakan IVUS menghasilkan gambar hitam-putih. Tujuannya sama yaitu melihat bagian dalam pembuluh arteri.
"Dengan melakukan IVUS atau OCT, pemasangan stent yang punya risiko komplikasi jika dilakukan dengan tidak tepat, bisa diminimalisir," jelasnya.
"Pemasangan stent pun pada akhirnya bisa memaksimalkan hasil, sehingga risiko terjadinya trombosis atau pembekuan darah bisa lebih kecil," tambah dr Utojo.
Jadi, dr Utojo menegaskan bahwa pemakaian alat IVUS dan OCT cukup penting pada tindakan PCI dan pemasangan stent, untuk mendapatkan hasil yang optimal dan mengurangi risiko komplikasi.
PCI sendiri menurut laporan resmi National Cardiovascular Center Harapan Kita adalah prosedur intervensi non bedah dengan menggunakan kateter untuk melebarkan atau membuka pembuluh darah koroner yang menyempit, bisa menggunakan balon atau stent.
Penyempitan pembuluh darah dapat terjadi akibat proses aterosklerosis. Aterosklerosis adalah endapan yang terdapat di dalam pembuluh darah koroner jantung atau di pembuluh darah utama dari hasil proses metabolisme tubuh selama bertahun-tahun.
"Plak itu terdiri dari deposit lemak, kolesterol, kalsium, sampah metabolisme, sel, dan fibrin atau zat pembekuan darah," kata Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah RS Mitra Keluarga Kelapa Gading dr Utojo Lubiantoro, Sp.JP, saat ditemui MNC Portal, beberapa waktu lalu.
Dalam pelaksanaan terapi PCI untuk penanganan penyakit jantung koroner, dokter akan memompa balon untuk kemudian didorong atau menekan plak ke dinding pembuluh darah arteri, sehingga darah bisa mengalir setidaknya lebih lancar.
"Ini biasanya ditandai pasien merasa napasnya lebih lega atau tubuhnya tidak terasa sesak terhimpit sesuatu," kata dr Utojo.
Selain dengan balonisasi, PCI juga bisa dikerjakan dengan pemasangan stent. Agar hasil terapi lebih optimal, sebelum pasang stent, dokter bakal melakukan tindakan IVUS atau OCT supaya dapat diketahui bagian mana di area pembuluh darah jantung koroner yang membutuhkan stent.
IVUS merupakan kepanjangan dari IntraVascular UltraSound. Teknologi ini diperlukan sebelum pemasangan stent untuk melihat bagian dalam pembuluh arteri.
"Ini pentingnya IVUS, jadi dokter akan tahu berapa keperluan stent untuk pasien, dan lokasi pasti pemasangan pun bisa ketahuan. Bukan atas dasar kira-kira dari proses pengamatan kateterisasi atau angiografi," jelas dr Utojo.
Kalau OCT, lanjut dr Utojo, adalah pembaharuan IVUS. Dengan OCT, dokter akan diperbantukan melalui gambaran yang lebih jelas (berwarna). Ya, tindakan IVUS menghasilkan gambar hitam-putih. Tujuannya sama yaitu melihat bagian dalam pembuluh arteri.
"Dengan melakukan IVUS atau OCT, pemasangan stent yang punya risiko komplikasi jika dilakukan dengan tidak tepat, bisa diminimalisir," jelasnya.
"Pemasangan stent pun pada akhirnya bisa memaksimalkan hasil, sehingga risiko terjadinya trombosis atau pembekuan darah bisa lebih kecil," tambah dr Utojo.
Jadi, dr Utojo menegaskan bahwa pemakaian alat IVUS dan OCT cukup penting pada tindakan PCI dan pemasangan stent, untuk mendapatkan hasil yang optimal dan mengurangi risiko komplikasi.
(hri)