Kurangnya Orisinalitas pada Konten Bisa Bikin Influencer Ditinggalkan Gen Z

Selasa, 23 Mei 2023 - 17:58 WIB
loading...
Kurangnya Orisinalitas...
Gen Z justru cenderung lebih percaya pada komunitas-komunitas dengan pemikiran atau minat yang sama. / Foto: ist
A A A
JAKARTA - Influencer berbayar kini mulai tidak memperoleh kepercayaan dari publik, terutama Generasi Z. Bahkan, terdapat studi yang menunjukkan bahwa mereka mulai kehilangan pengaruhnya terhadap Gen Z.

Turunnya tingkat kepercayaan itu salah satunya lantaran sang influencer tidak menggunakan produk yang dipromosikannya.

Data Global Web Index (GWI) misalnya, menunjukkan bahwa Gen Z yang tertarik pada influencer telah turun 12 persen sejak 2020. Padahal, Gen Z merupakan target utama bagi para influencer.



CEO PT Mitra Komune Nusantara, perusahaan yang bergerak di bidang Teknologi Campaign, Communication, dan Community, Jennifer Ang mengungkapkan bahwa konsumen terutama yang berusia muda seperti Gen Z memang mulai kehilangan kepercayaan pada influencer berbayar.

Kini, mereka justru cenderung lebih percaya pada komunitas-komunitas dengan pemikiran atau minat yang sama.

Selain itu, kampanye influencer juga telah mengubah lanskap media sosial yang ditujukan untuk berinteraksi menjadi tempat untuk mengunggah iklan bersponsor.

"Kini, orang-orang telah muak dengan postingan yang menunjukkan influencer selebritas berpose serupa, mengedepankan sebuah produk seraya menjelaskan kelebihannya dan melengkapi postingan itu dengan menyebut brand serta menggunakan tagar atau hashtag bermerek," ungkap Jennifer Ang dalam keterangan tertulisnya, baru-baru ini.

Sebuah riset oleh Bazaarvoice juga menunjukkan sekitar 47% konsumen lelah dengan konten influencer yang serupa dan berulang. Dengan kata lain, konsumen mulai meninggalkan para influencer karena kurangnya orisinalitas pada konten bersponsor mereka.

Selain itu, masalah lain juga timbul dari transparansi dan efektivitas kampanye influencer. Pasalnya, tak sedikit influencer yang membeli pengikut atau menggunakan bot untuk meningkatkan keterlibatan atau engagement palsu hanya untuk mendapatkan bayaran yang lebih tinggi.

Studi perusahaan cyber security CHEQ, menemukan sekitar 15% dari biaya iklan influencer justru dihabiskan untuk membeli pengikut atau followers palsu. CHEQ mencatat, penipuan influencer jelas merugikan merek hingga USD1,3 miliar/tahun.

"Hal ini tentu menyesatkan konsumen dan menciptakan masalah kepercayaan," lanjut Jennfier.

"Setelah bertahun-tahun mempercayai influencer yang mempromosikan produk yang bahkan tidak mereka sendiri gunakan, konsumen pada akhirnya memutuskan untuk tidak lagi mempercayai apa yang dikatakan oleh influencer," jelasnya.

Influencer besar dengan jutaan followers memang dapat mendatangkan pelanggan baru, namun menurutnya, lebih baik brand memilih influencer yang benar-benar memiliki pengalaman dengan produk mereka.

Gen Z lebih tertarik pada komunitas yang di dalamnya berisi orang-orang yang berbagi informasi dan konten orisinal tentang brand dan produk yang mereka sukai.



"Karena Gen Z lebih mempercayai konten autentik yang disediakan oleh orang yang mereka percayai, brand yang cerdas harus mencari model keterlibatan yang lebih autentik dengan membina komunitas orang-orang yang menyukai produk mereka," tutupnya.
(nug)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2799 seconds (0.1#10.140)