Nikmatnya Mencicipi Kopi Luwak Borobudur yang Dipanen dari Hutan Pinus Gunung Sumbing
loading...
A
A
A
MAGELANG - Kopi luwak Borobudur memiliki citarasa yang unik dengan kadar asam rendah. Kopi termahal di dunia ini dipanen langsung dari hutan pinus Gunung Sumbing, Magelang, Jawa Tengah.
Para petani sengaja menanam kopi arabika dan robusta di tengah hutan pinus untuk dimakan luwak. Hewan ini pintar memilih. Mereka hanya memakan biji yang matang dan manis.
Pencernaan dan proses fermentasi di tubuh musang menghasilkan biji-biji kopi mentah atau green beans yang tak lagi berdaging dan berlendir. Setiap pagi para petani di lereng Gunung Sumbing mengumpulkan, merendam, mencuci green beans tadi kemudian menjemurnya.
Pawon Luwak Coffee, sebuah kedai kopi skala usaha kecil menengah (UKM) di Dusun Brojonalan, Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, memprosesnya lebih lanjut secara tradisional.
Foto/Armydian Kurniawan
Baca Juga: 5 Dampak Minum Kopi saat Perut Kosong, Nomor 4 Paling Sering Terjadi
Foto/Armydian Kurniawan
“Green beans kopi luwak tadi kemudian disortir, ditumbuk, dijemur lagi lalu disangrai dan digiling hingga siap seduh,” tutur pemilik Pawon Luwak Coffee Prana Aji baru-baru ini.
Prana Aji mendirikan Pawon Luwak Coffee pada akhir 2013. Merek dagangnya sudah dipatenkan. Pawon diambil dari nama Candi Pawon yang lokasinya di seberang kedai. Dalam bahasa Jawa, pawon artinya dapur.
Nama ini memiliki filosofi. Pawon Luwak Coffee sangat membuka urusan dapur mereka kepada pengunjung. Cerita tentang proses pengolahan kopi luwak hingga siap disajikan.
Bahkan pada bagian teras depan kedai terdapat sejumlah tampah penuh dengan biji kopi yang dijemur. Pegawai kedai menjelaskan proses penjemuran hingga pencucian. Masuk ke bagian dalam, ada proses sangrai hingga penggilingan.
Para petani sengaja menanam kopi arabika dan robusta di tengah hutan pinus untuk dimakan luwak. Hewan ini pintar memilih. Mereka hanya memakan biji yang matang dan manis.
Pencernaan dan proses fermentasi di tubuh musang menghasilkan biji-biji kopi mentah atau green beans yang tak lagi berdaging dan berlendir. Setiap pagi para petani di lereng Gunung Sumbing mengumpulkan, merendam, mencuci green beans tadi kemudian menjemurnya.
Pawon Luwak Coffee, sebuah kedai kopi skala usaha kecil menengah (UKM) di Dusun Brojonalan, Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, memprosesnya lebih lanjut secara tradisional.
Foto/Armydian Kurniawan
Baca Juga: 5 Dampak Minum Kopi saat Perut Kosong, Nomor 4 Paling Sering Terjadi
Foto/Armydian Kurniawan
“Green beans kopi luwak tadi kemudian disortir, ditumbuk, dijemur lagi lalu disangrai dan digiling hingga siap seduh,” tutur pemilik Pawon Luwak Coffee Prana Aji baru-baru ini.
Prana Aji mendirikan Pawon Luwak Coffee pada akhir 2013. Merek dagangnya sudah dipatenkan. Pawon diambil dari nama Candi Pawon yang lokasinya di seberang kedai. Dalam bahasa Jawa, pawon artinya dapur.
Nama ini memiliki filosofi. Pawon Luwak Coffee sangat membuka urusan dapur mereka kepada pengunjung. Cerita tentang proses pengolahan kopi luwak hingga siap disajikan.
Bahkan pada bagian teras depan kedai terdapat sejumlah tampah penuh dengan biji kopi yang dijemur. Pegawai kedai menjelaskan proses penjemuran hingga pencucian. Masuk ke bagian dalam, ada proses sangrai hingga penggilingan.